Chapter 24

4 4 0
                                    

Di dalam ruangan kontrol mulai ada keheningan dalam sekejap mata, saat itu juga seorang komando mengebrak meja ketika mereka menatap layar komputer di ruangan kontrol untuk mengabarkan sesuatu yang darurat.

"Gawat! setengah dari Para valkries mulai kehilangan kontrol Pada tubuh mereka."

Seluruh Jenderal dan panglima Komando besar mulai panik lalu situasi dalam ruangan mulai serius.

Jenderal yang menundukkan kepala nya seketika tanpa sadar panik seketika. Saat itu juga project yang diajukan Society Of Scientiets menjadi seperti ini di dalam tubuh Valkries yang sudah dimodifikasi agar tidak terjadi apa-apa pada mereka. Tubuh mereka mulai terkikis oleh korosi, kemungkinan besar akan terjadi kehilangan kesadaran bagi tubuh. Itu menyebabkan akan tidak relevan, terkecuali menjalankan project trait terlebih dahulu yang masih belum bisa di terima oleh kalangan tertentu.

Keinginan dan keserakahan jenderal serta penjabat biasanya tidak menyetujui project trait untuk di luncurkan. Saat itu juga jenderal yang sedang panik mulai meninggalkan ruang kontrol tapi dicegah oleh panglima Komando besar.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya panglima Komando sambil memegang Pundak nya.

"Aku mau pergi ke dokter Mei, ini tidak boleh terjadi dan pasti harus ku beritahukan mengenai project trait demi manusia."

"Kita sudah sampai sini, pasti nya dokter Mei sedang sibuk dalam urusannya sendiri."

"Tapi kan, kita sudah tahu bisa lihat di layar," ucap jenderal dengan menunjukkan jari nya ke layar. Dia menengok ke layar dan seketika yang dilihatnya kemungkinan masih sempat ada harapan lagi.

Satu jenderal besar di belakang mulai terdiam, tanpa sadar dirinya juga berbicara secara samar-samar.

"Rencana mereka menjalankan project trait dibatalkan, kamu jangan khawatir."

"Kamu pasti harus tahu, di tahun mana kita akan memalsukan tanggal dan tahun demi manusia."

"Baiklah, kita akan berbicara satu mata demi berbincang hal ini."

Jenderal misterius tersebut menutup telepon dari seseorang yang begitu samar-samar dari suara nya, apalagi perawakannya seperti memang tidak peduli dengan dunia ini. Senyumannya tersebut mulai berubah drastis seketika, tanpa ada penyesalan sedikitpun yang ada di dalam pikirannya.

**************

Ruang kontrol sekarang sangatlah berisik hari-hari ini, dikarenakan adanya kepanikan. Saat itu juga Ruang kontrol Markas pusat di Benteng Pertahanan memberikan sinyal merah yang akan menandakan bahwa Hyperspace dalam keadaan gawat darurat yang menghantam mereka menghadapi musuh yang lebih besar dari monster buas Emperor seukuran Titan, melainkan ukuran Tidak Main-main. Ukuran ini bisa di katakan gila sangat dan dikategorikan memberikan warna merah api seperti Phoenix lalu sayapnya membentang dari Jepang hingga Samudera Pasifik.

Jenderal yang melihatnya dari layar monitor pengawas di satelit sangatlah ketakutan. Dia merinding melihat wujudnya seperti tampak cukup tidak bisa dijelaskan sama sekali. Napasnya mulai mengeluarkan api yang bisa menceburkan area perkotaan di Asia Tenggara dalam sekejap.

HYPERSPACE

Seluruh awak pesawat mulai merongok ke atas dan para Valkries ketakutan melihatnya, saking mengerikan tidak ada satupun gerakan dari mereka.

Tampaknya umat manusia akan selalu dihantui rasa takut yang mereka lihat di depan mata, sampai akan ada hal yang tidak penting. Mereka sangat paham tidak ada gunanya bertarung di dunia yang sudah rusak. Keinginan akan mulai dirusak oleh takdir serta kepunahan massal akan terus terjadi beberapa ke depannya.

Audrey sempat melihatnya, dia tidak percaya dan mulai berteriak sekencang mungkin saat melihat wujud dari musuh mereka serta wujud gabungan burung Phoenix, Dinosaurus dan Naga. Monster ini memiliki ukuran yang bisa menutupi Negara Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura. Kemungkinan akan kesusahan melawannya dalam wujud seperti ini dikarenakan persenjataan tak akan mampu menandingi kekuatannya.

Monster tersebut mulai mengaum sekencang mungkin sampai menghancurkan seisi gedung sekitar. Auman Monster sangatlah kuat sampai bisa menembus ke benteng pertahanan di ketiga negara. Bahkan sayapnya bisa menghancurkan segalanya yang ada di sekitar membuat Hyperspace sedikit terkena Kepakan sayapnya dari sang monster.

NEO TOKYO

Auman yang terdengar mulai dirasakan oleh penduduk benteng pertahanan di wilayah Jepang. Auman sangatlah kuat sampai memecahkan Kaca di gedung.

Penduduk sekitar mulai panik, berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri agar bisa selamat dari bencana yang begitu dahsyat.

Saat itu aku sedang menonton televisi yang seru di balkon, seakan-akan ada hal aneh membuatku keluar dikarenakan ada sebuah aura yang Sangatlah jarang kutemui.

"Hawanya seperti hawa yang cukup menakutkan," gumamku sambil merengkuh tubuh dan memeluk diri sendiri, menepis rasa dingin dari aura mencekam.

Aku berharap ingin keluar dari apartemen ini, sayang sekali karena pastinya akan diincar oleh musuh yang mereka cari sebelumnya untuk dibawa ke sesuatu. Pikiranku mulai tidak bisa memikirkan hal yang begitu jernih tanpa pikir panjang. Diriku mencoba keluar dari apartemen Audrey dan bergegas menuju ke akademi gakuen.

RUANG KONTROL

Banyak jenderal dan panglima Komando tidak bisa berkata apa-apa, selain harus menggunakan sinyal merah.

Jenderal yang berada di depan mulai menyuruh koordinator untuk menyalakan senjata yang berasal dari satelit, sebab senjata ini akan menjadi pemicu terakhir bagi umat manusia.

"Kordinator, serang monster itu dengan satelit terkuat!" ucap Jenderal begitu tegas.

"Ta--tapi Tuan, satelit nya membutuhkan waktu cukup lama untuk dinyalakan."

"Aku tidak peduli, cepat nyalakan! Jika tidak, kamu akan mendapatkan siksaan gara-gara tidak menyelamatkan umat manusia."

"Baik tuan, saya akan menyalakan senjatanya."

Koordinator begitu teguhnya mulai menuruti perkataan dari sang jenderal saat itu juga. Jenderal yang di sebelah nya mulai menyentuh jenderal di depannya.

"Tunggu."

"..."

Jenderal tersebut mulai menghampiri koordinator dan menyuruhnya untuk tidak menembakkan senjata terkuat untuk melawan Monster tersebut. Dirinya mengobrol dengan jenderal di sampingnya dengan lembut.

"Kamu tidak boleh menggunakan senjata terkuat akan ada resiko tinggi. Kita harus pake cara lain agar para valkries bisa menang," tegurnya.

"Diam kamu! Kita sudah berada di ambang batas dunia sekarang. Buat apa kita sembunyi dan tidak melakukannya," bantah jenderal di samping nya juga sambil emosi.

"Kita masih harus mempercayai para Valkries lain, jangan terlalu gegabah."

Jenderal dan panglima Komando hanya bisa terdiam saat mendengar obrolan dua jenderal tersebut mulai serius. Akan tetapi, sesuatu terjadi pada jenderal yang mulai ingin menyentuh dan menyuruh paksa koordinator agar bisa menyerang Monster dengan senjata terkuat. Hal itu di cegah oleh para jenderal dan panglima komando agar tidak menekan paksa.

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak boleh menekan itu," katanya sambil menahan jenderal yang kolot agar  bisa menenangkan diri.

"Tenang pak, jangan terlalu gegabah apa yang di katakan dia memang betul kita harus percaya pada valkries."

"Betul, kita harus percaya pada valkries lainnya agar bisa bertahan dan selamat dari perang."

"Diam kalian! Koordinator, ini perintah tekan sekarang!" ucap jenderal dengan amarah beruap-uap.

Koordinator tidak mau mendengarkan dikarenakan atasannya tidak diperintahkan untuk menggunakan senjata terkuat. Senjata terkuat akan menyebabkan kerusakan bagi bumi, jika digunakan secara fatal. Itu juga dapat membuat terjadinya kematian Valkries di sekitar area jika membunuh monster berukuran tak masuk akal.

.....BERSAMBUNG.....

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang