“Izin laporan, Yang Mulia!” Seorang prajurit berlutut di depan pria yang duduk singgasana.
Tianzhi, Kaisar Dinasti Yuan, menatap prajurit itu dingin. “Ada apa?” dua wanita cantik setia mengipasi pria berjanggut itu.
Dengan napas terengah-engah dan panik, prajurit tersebut melaporkan, “Konflik antara Dinasti Yuan dan Etnis Hui kian memanas! Mereka menuduh kita membunuh warga mereka, padahal kami tidak pernah melakukannya! Sekarang mereka nekat melancarkan serangan dengan mengirim ribuan prajurit menyerang perbatasan kita!”
“Bunuh mereka.” Tianzhi sama sekali tidak terkejut.
“Tetapi mereka sangat kuat, sedangkan kami telah kehilangan banyak pasukan prajurit akibat pembantaian misterius itu, Yang Mulia.”
“Ck!” Kaisar Tianzhi berdecih kesal. “Sebenarnya metode apa yang mereka lakukan? Aku sangat yakin mereka adalah pelaku pembantaian itu! Tidak mungkin etnis lain, karena buktinya mereka makin kuat!”
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Yang Mulia? Kami sangat terjepit. Jika tidak bertindak, maka
“Di mana Jenderal Zou?! Apa yang Bedebah itu lakukan saat ini, hah?!” bentak Kaisar Tianzhi. “Seharusnya dia terjun ke medan perang!”
“Dia meminta waktu untuk mengatur taktik,” jelas prajurit itu gemetar. “Dia memerintahkan kami untuk menghadang prajurit Hui semampu kami sampai dia kembali!”
“Bodoh! Itu sama saja dia ingin membiarkan prajuritku binasa!”
“Sekarang panggil dia! Aku harus bicara dengannya—”
Krek!
Belum selesai Kaisar Tianzhi berbicara, seorang pria gagah perkasa masuk. Entakan kakinya terdengar ngeri, mampu membuat bulu kuduk semua orang yang mendengarnya, meremang.
Aura membunuh terpancar darinya.
Semua orang di ruang itu langsung menunduk untuk memberi hormat.
“Siapa yang kaukatai Bedebah, Yang Mulia?” Jenderal Zou memprotes.
Kaisar Tianzhi menatap Jenderal Zou sinis. “Kau dari mana saja? Prajurit kita nyaris binasa! Tetapi kau bisa-bisanya tidak ikut berperang! Sekarang bukan waktunya kau bersantai! Kau harus segera bertindak! Jika tidak, orang-orang bermata sipit itu akan berhasil merebut Dinasti Yuan lagi!”
“Aku sudah membuat rencana untuk menghabiskan mereka. Aku akan—”
BRUK!
“YANG MULIA!” Seorang prajurit lari tertatih-tatih menghampiri Jenderal dan Kaisar. Baju perangnya tercabik-cabik dan tubuhnya berlumuran darah dan tanah.
“Ada apa?!” Kaisar Tianzhi jengkel. “Apa kau buta?! Aku sedang berbicara dengan Jenderal!”
“Ada seorang pria asing membantai seluruh prajurit kita!”
Kaisar Tianzhi terbeliak. “Siapa yang kau maksud?!”
“Aku tidak kenal dia, karena dia mengenakan tudung hitam! Dia dan para prajuritnya membantu prajurit Etnis Hui mengalahkan kami!”
“Sial! Siapa mereka?” Kaisar Tianzhi mondar-mandir dengan gelisah. “Aku tak menyangka mereka mendapatkan bantuan dari negeri asing!”
“Kau tenang saja. Aku akan segera membalas mereka.” Jenderal Zou pergi meninggalkan ruang itu.
“Kaisar, sepertinya kau harus mencari jenderal lain untuk menggantikan Jenderal Zou,” bisik prajurit terluka itu.
“Kenapa?” Tianzhi mengernyit heran.
“Karena …,” Dia memelankan suaranya. “Jenderal Zou tidak pernah ikut kami berperang atau bahkan memberikan taktik pada kami.”
Kaisar Tianzhi jengkel mendengar itu. “Apa maksudmu, huh?! Kau menuduh jenderal Zou seorang pengkhianat!?”
“Bu-bukan begitu, Yang Mulia! Tetapi—”
“Bunuh dia!” teriak Tianzhi pada pengawalnya.
Pengawal itu mengangguk, lalu menusuk dada prajurit itu dengan pedang.****
Cleon memeriksa tubuh Lie Chen yang mulai terbujur kaku. Tidak ada tanda-tanda kekerasan atau keracunan. Kulitnya pun normal, tidak mengalami korosi atau pembusuk dari Black Death.
Sementara itu, Kang Yang berusaha menenangkan Liu Xingsheng sembari mengorek informasi tentang kematian gadis itu.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Aku tidak tahu. Aku menemukan putriku sudah tergeletak di tengah hutan.” Liu Xingsheng terisak-isak. Hatinya tercabik-cabik.
Pria tua itu tak berhenti merutuki dirinya karena gagal melindungi Lie Chen, satu-satunya hartanya di dunia.
Kang Yang menghela napas berat. Dia tidak bisa menolong banyak karena Kaisar melarangnya ke luar.
“Siapakah pelaku sebenarnya?” gumam Kang Yang putus asa.
“Izin bicara, Tuan-Tuan.” Cleon berdiri di depan mereka. “Aku ingin—”
“Kau!” Liu Xingsheng terbelalak. “Bagaimana kau bisa berada di sini? Kau seharusnya di penjara!”
“Lie Chen … yang mengajakku ke sini,” jawab Cleon penuh rasa bersalah.
PLAK!
Suara tamparan menggema di ruang bawah tanah itu. Cleon mematung saat rasa nyeri menjalar di pipinya.
“Gara-gara kau putriku mati!” teriak Liu Xingsheng murka dan frustrasi.
Cleon membisu, tak menyangkal hal itu. Rasa bersalah itu menikamnya seperti belati. Dia bahkan tak berani menatap mata ayah Lie Chen.
“Dasar pembunuh! Kau harus mati!” Liu Xingsheng langsung mencabut pedang di pinggangnya, hendak menebas kepala Cleon.
“Tenanglah, Liu Xingsheng!” Kang Yang merentangkan kedua tangannya untuk melindungi Cleon dari kenekatan abdinya. “Kau jangan terpancing emosi!”
“Kenapa kau membela dia, Tuan?! Dia penyebab putriku dibunuh!”
“Sekalipun Cleon tidak berkunjung ke tempatku, Lie Chen akan tetap mati jika Dewa sudah menakdirkannya mati hari ini!” seru Kang Yang bijaksana.
Tangis Liu Xingsheng meledak. Dia jatuh tersungkur sambil meraung keras.
Air mata Cleon meleleh tanpa ia sadari. Dia memahami perasaan Liu Xingsheng saat ini saat membayangkan adiknya yang mati.
‘Bajingan itu ….!’ Tangan Cleon terkepal kuat-kuat. Amarahnya meledak. Dia harus membunuh pelaku misterius itu sebelum makin banyak menimbulkan kesedihan di antara orang-orang tak berdosa.
“Aku bersumpah akan mencari tahu pelakunya dan membunuhnya dengan tanganku!” Cleon bertekad.
“Kau jangan nekat!” tegur Kang Yang. “Kau bisa terbunuh!”
“Tetapi—”
“TUAN!”
Tiba-tiba seorang pria tua datang dengan tergesa-gesa.
“Ada apa, Jianheeng?” Kang Yang terkejut saat anak buahnya itu tampak panik.
“Banyak gadis-gadis ditemukan di hutan dengan keadaan telanjang!”
Ketiga pria itu syok. “Apa?!”
“Sepertinya mereka telah diperkosa!”
“Bajingan!” Cleon menggeram.
“Aku sudah melaporkan hal itu pada Kaisar Tianzhi! Jenderal Zou sedang menyelidikinya!”
“Jenderal Zou?” Tiba-tiba Liu Xingsheng pergi dengan amarah menggebu-gebu.
“Kau mau ke mana, Liu Xingsheng?!” seru Kang Yang khawatir.
“Kau tenang saja. Aku akan mengurusnya!” Jianheeng pergi, meninggalkan Cleon dan Kang Yang.
“Cleon, bisakah kau menjaga Liu Xingsheng? Dia sangat sulit mengontrol amarahnya.” Kang Yang memohon.
“Baik!” Cleon sigap mengangguk, lalu bergegas menyusul mereka sebelum kehilangan jejak. Namun, dia memutuskan membuntuti mereka daripada ikut bergabung, karena mereka pasti akan melarangnya ikut campur.
Mereka menuju lokasi penemuan mayat gadis-gadis malang itu dan menemukan banyak prajurit sedang berkeliaran di hutan untuk mencari jejak pelaku.
“Jenderal Zou!” teriak Liu Xingsheng murka.
Cleon mengintip dari balik pohon raksasa. Dia menyipitkan mata untuk mengamati mereka. Pria bertubuh kekar dan tinggi menatap mereka dingin. Auranya sangat gelap dan tak bersahabat.
“Kita perlu bicara!” tegas Liu Xingsheng.
“Aku sedang sibuk,” jawabnya singkat.
“Jika kau menantangku, maka aku akan membongkar kebusukanmu!”
Cleon terkejut mendengar itu. ‘Apa yang dia maksud?’
Jenderal Zou menatap Liu Xingsheng dingin tetapi tajam. “Di mana putrimu sekarang?”
Liu Xingsheng tampak syok. Ternyata dia sudah tahu tentang kematian anaknya.
“Apa yang akan kaulakukan?!”
“Aku harus memeriksanya untuk mencari jejak pelaku.”
“Dia ada di tempat Kang Yang.”
“Ayo, kita ke sana.”
Ketiganya pergi ke tempat persembunyian Kang Yang. Cleon bergegas pulang mendahului mereka sebelum mereka tiba.
Sesampainya di sana, Jenderal Zou langsung mengecek mayat Lie Chen.
“Apa yang akan kaulakukan, Jenderal?” tanya Kang Yang sopan.
Jenderal Zou berjongkok untuk meneliti mayat gadis itu lebih dekat, lalu bangkit berdiri. “Dia terbunuh oleh racun misterius dari etnis Hui.”
Kang Yang terbelalak tak percaya. “Bagaimana kau bisa tahu hal itu?” Dia sudah berpengalaman menjadi tabib selama puluhan tahun, tetapi dia gagal mendeteksi racun itu.
“Racun itu berasal dari serbuk bunga. Aku baru saja berhasil menyelidikinya saat menyusup masuk ke etnis Hui,” jelas Jenderal Zou. Ekspresinya tidak berubah, tetap datar.
“Sedangkan pelaku pemerkosaan gadis-gadis dinasti Yuan adalah para prajurit Hui saat mereka berhasil mengalahkan pasukan prajurit kami. Mereka melakukan itu untuk memadamkan semangat para prajurit Dinasti Yuan.”
Tangan Cleon terkepal kuat-kuat. Urat-urat di lehernya bermunculan karena amarah menggebu-gebu.
Meskipun para prajurit Hui melakukan kekejian itu karena Kaisar telah merebut wilayahnya, Cleon tidak bisa memaafkannya begitu saja.
Dia harus menghentikan perang itu, bagaimanapun caranya.
“Kaisar harus bertindak menyelesaikan hal ini!” sela Cleon tegas. “Jika tidak, peperangan ini akan memakan lebih banyak korban! Peperangan ini hanya akan mengobarkan dendam ke generasi selanjutnya!”
“Siapa kau?” Jenderal Zou menatap Cleon tajam menusuk.
“Aku Cleon,” jawabnya tanpa takut.
“Sebaiknya kau pulang ke negerimu. Jangan ikut campur urusan negeri kami.”
“Aku tidak akan diam saja saat temanku terbunuh!” Cleon menentang keras. Meskipun tubuh jenderal Zou berkali-kali lipat lebih besar, dia sama sekali tidak takut.
“Pergi, atau aku akan mengantarmu ke neraka dengan pedangku,” ancam Jenderal Zou berapi-api.
Cleon memilih diam, malas berdebat. Akan tetapi, dia tidak akan pernah membiarkan seorang pun menghalanginya.
Sesudah Jenderal Zou pergi, mereka memakamkan jenazah Lie Chen. Ketika Keluarga besar Liu Xingsheng mengadakan acara berkabung di rumahnya, Cleon memutuskan pergi ke istana.
Sebelumnya, dia berpamitan pada Kang Yang.
“Kau mau ke mana?”
“Ke istana Kaisar Tianzhi.”
“Aku tahu niatmu baik, Nak. Tetapi Kaisar Tianzhi tidak akan mungkin mendengar permintaanmu, apalagi kau orang asing. Aku takut dia malah membunuhmu. Dunia politik itu sangat kejam, Nak. Pikirkan keluargamu. Terutama adikmu.”
Cleon tertegun, perkataan Kang Yang sangat menohok hatinya.
Kang Yang berharap Cleon akan berubah pikiran, karena dia tidak ingin pemuda baik sepertinya menjadi korban kebrutalan para petinggi.
“Maaf, tetapi aku tidak bisa,” Cleon menatap Kang Yang dengan tekad berkobar-kobar. “Di negeriku, aku tidak bisa berbuat apa-apa bagi rakyat saat raja menindas mereka. Aku terpaksa menutup mata atas penderitaan rakyat karena aku tidak berani menentang raja dan para petingginya. Itu membuatku hidup dalam rasa bersalah yang tak berujung. Tetapi, sekarang, aku harus bertindak.”
Kang Yang syok mendengar itu. Untuk pertama kalinya, dia bertemu seseorang berani mati untuk orang lain.
Dia tersenyum kagum. Rasa takut itu berubah menjadi rasa hormat.
“Aku akan membantumu, Nak.”
Cleon terkejut. “Apa kau yakin?” Dia tahu Kang Yang tidak pernah mau terlibat masalah politik.
Kang Yang mengangguk mantap. “Aku baru menyadari bahwa rakyat Dinasti Yuan dan Etnis Hui bukan hanya ingin diselamatkan dari virus Shiang Pian, tetapi juga penderitaan.”
“Tetapi Kaisar akan memarahimu jika kau keluar.” Cleon khawatir.
“Kau tidak perlu khawatir. Lagi pula, aku sudah tua. Aku tidak tahu kapan aku akan mati. Tetapi aku bisa memilih alasan kematianku, yaitu aku ingin menyelamatkan banyak orang. Aku ingin namaku terus dikenang sebagai tabib hebat dan pahlawan.” Kang Yang terkekeh, berusaha mencairkan suasana.
Cleon tersenyum bahagia. Akhirnya, dia mendapatkan dukungan dari seseorang.
“Aku juga ikut.” Tiba-tiba Liu Xingsheng menyela. Matanya diliputi kekecewaan dan dukacita mendalam. “Peperangan ini harus segera dihentikan.”
Cleon terkejut, tetapi Kang Yang tersenyum lembut.
“Bagaimana denganmu, Jianheeng?” Kang Yang berpaling pada anak buahnya, yang ikut datang bersama Liu Xingsheng.
Jianheeng termenung sambil menunduk. Itu keputusan yang sangat sulit. Dia tahu konsekuensinya akan menghancurkan masa depan keluarganya.
“Jika kau tidak mau berjuang, tidak masalah.” Kang Yang mengompori. “Kau ikut atau tidak, tidak akan mengubah bahwa keluargamu juga akan menjadi korban.”
Jianheeng mendengus berat. Kang Yang selalu saja melibatkan keluarganya. “Baiklah. Aku ikut.”
Kang Yang terkekeh lebar. “Ayo. Kita ke istana Kaisar.”
Mereka berangkat.
Penjaga pintu langsung membuka pintu gerbang saat melihat Kang Yang dan kedua abdinya datang.
“Kau?! Apa yang kaulakukan di sini?! Beraninya kau kabur dari penjara!” Penjaga pintu memarahi Cleon.
“Dia tidak kabur, tetapi aku yang mengangkatnya menjadi abdiku.” Kang Yang berbohong.
Mendengar itu, prajurit mengizinkan Cleon masuk.
Cleon menghela napas lega saat berhasil memasuki istana. Dia mengira dia akan berakhir di penjara lagi. Untungnya, Kang Yang merupakan orang penting bagi raja dan rakyat.
“Aku ingin bertemu Kaisar Tianzhi.” Kang Yang berpapasan dengan Panglima Perang.
“Kaisar sedang rapat dengan Jenderal Zou.”
“Kapan dia selesai?”
“Aku tidak tahu. Aku diperintahkan untuk menjaga mereka sampai mereka selesai, karena rapat itu sangat rahasia.”
“Baiklah. Kami akan menunggu.”
“Sebaiknya kalian menunggu di ruang tunggu para tamu Kaisar.” Panglima berpaling pada salah satu bawahannya. “Antar mereka, lalu suruh pelayan menyajikan minuman.”
“Baik.”
Keempat pria itu mengikuti prajurit itu, lalu dia mempersilahkan mereka duduk di ruang tunggu.
Sementara menunggu, Kang Yang, Cleon dan kedua abdinya berbincang-bincang.
Tak lama kemudian, seorang wanita membawa minuman dan camilan khas Dinasti Yuan untuk mereka.
Karena haus, Kang Yang mengambil gelas itu dan hendak meminumnya, tetapi Cleon refleks menepisnya hingga gelas itu jatuh.
“Apa yang kaulakukan, Cleon?!” Jianheeng berteriak murka. “Di mana sopan santunmu, huh?!”
“Tak apa-apa.” Kang Yang tetap tersenyum.
“Lihatlah!” Cleon berseru panik.
Tumpahan teh itu mengeluarkan asap hijau yang membuat lantai melepuh.
Ketiganya terbelalak.
“Ada racun di minuman itu!” sambung Cleon.
Liu Xingsheng spontan berdiri dan menampar pelayan wanita itu. “Beraninya kau ingin meracuni tuanku! Siapa yang menyuruhmu?! CEPAT JAWAB!”
Pelayan itu menangis ketakutan sambil bersikeras menyangkal tuduhan itu.
“Ada keributan apa ini?” Panglima Xiang bergegas datang saat mendengar suara keributan dari salah satu bilik.
“Ada seseorang yang memasukkan racun di minuman Tabib Kang Yang!” lapor Jianheeng.
Panglima Xiang geram karena musuh berhasil menyusup masuk. “Bahkan dia bisa menyusup ke istana dengan mudah.”
Kang Yang masih syok atas peristiwa itu. Dia mengira istana Kaisar adalah tempat paling aman karena ada Jenderal, Panglima dan prajurit terlatih yang bertugas menjaga keselamatan Kaisar.
“Apa kau tahu pelakunya?” Cleon menyadari ekspresi Panglima yang tampak mengetahui sesuatu.
Panglima Xiang membisu, enggan menjawab......BERSAMBUNG.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Judgement I : Zero
ActionNovel ini mempunyai kontrak eksklusif dengan Noveltoon. Link : https://noveltoon.mobi/id/share/3938200 Credits Penulis : 1. Syarif22 2. Varjomies 3. Rayi