Chapter 50

0 0 0
                                    

Kerja sama yang dilakukan oleh Akio dan gadis Valkries itu sangat efisien. Mereka dapat membunuh monster buas emperor secara terus menerus. Sehingga jumlah kematian monster buas di tangan keduanya sangat tinggi. Bahkan tubuh monster buas emperor baik yang terpotong maupun utuh menumpuk membentuk bukit kecil.

Gadis valkries itu melompat mundur dan menebas salah satu monster buas emperor yang cakarnya hampir mengenai Akio.

Dia berdiri tegak dan tersenyum pada Akio. Sambil memiringkan kepalanya, dia berucap dengan nada lucu, “Kau memiliki satu hutang budi.”

Mata Akio menajam saat dia maju selangkah dan menusuk ke arah gadis valkries dan membuat mata bulatnya membeliak syok. Tapi alih-alih menusuk gadis itu, Akio justru menusuk tepat disamping kepala gadis valkries itu.

Setelah terdiam beberapa detik, Akio menarik pedangnya yang memiliki noda berwarna merah cerah. Ada juga bunyi gedebuk sesuatu terjatuh dibelakang gadis itu yang membuatnya menoleh.

Barulah saat itu dia tahu bahwa Akio menusuk tenggorokan monster buas emperor kecil yang akan memakan kepalanya.

“Hutang budi itu lunas, terima kasih.” Ucap Akio sambil menyeringai lebar.

Sesaat kemudian keduanya tertawa dan melesat cepat, berputar untuk menebas para monster yang datang menyerang.

Karena efisiensi yang tinggi, keduanya menarik perhatian sosok gadis kecil malaikat yang mengontrol para binatang buas emperor.

Akio dan gadis valkries itu sangat waspada melihat gadis kecil malaikat yang menatap mereka dan sepertinya menargetkan mereka.

Keduanya saling menatap dan kemudian mengangguk bersamaan. Sedetik kemudian, keduanya melesat menyerang gadis kecil malaikat yang memiliki mata seperti tanpa dasar itu.

“Aku akan menyerang dari sisi sebelah kanannya!” teriak Akio.

“kalau begitu aku akan melakukannya dari sisi sebelah kiri.” Sahut gadis valkries itu.

Mereka berpisah ke dua sisi gadis kecil malaikat itu dan kemudian membelokkan arah untuk melesat menyerang gadis kecil malaikat itu secara bersamaan.

Tapi gadis kecil malaikat itu jelas bukan sesuatu yang bisa mereka anggap remeh. Terutama karena gadis kecil malaikat itu bisa mengendalikan banyak monster buas emperor dalam jumlah banyak.

Cahaya hitam dengan larik-larik kilat keunguan muncul di telapak tangan gadis kecil malaikat itu. tanpa penundaan, gadis kecil malaikat itu melemparkan bola energi ditangannya ke arah gadis valkries.

Gadis valkries juga melakukan serangan menggunakan energi katana nya disaat bersamaan, karena itulah dia tidak sempat menghindar.

Saat bola energi dengan larik cahaya keunguan itu menabrak tubuh gadis valkries, sebuah ledakan besar terjadi.

Akio terpana melihat tubuh gadis valkries itu hancur berkeping-keping dan menciptakan hujan darah dan daging.

“Tidak!!!” raung Akio dengan suara yang menyayat hati.

Dia tidak percaya ini. Gadis valkries yang baru saja bertarung bersamanya kini telah menjadi ribuan titik darah tanpa bisa dikenali lagi. seolah-olah tubuhnya telah dimasukan ke dalam penggiling daging.

Akio menatap hujan darah dan daging yang semakin menipis sebelum akhirnya berhenti. Matanya terpaku pada lokasi dimana gadis valkries itu berada sebelum meledak.

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?! Bagaimana mungkin?!” bisik Akio dalam kesedihan dan kebingungan.

Kemudian dia ingat apa yang dikatakan oleh Gadis Berambut Merah tentang perang yang tidak menjamin nyawa selalu melekat di badan.

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang