Chapter 3

12 4 0
                                    

Keesokan harinya, matahari mulai terbit di arah timur dan menerangi area perkotaan di dalam benteng pertahanan. Berbagai suara aktifitas manusia mulai terdengar dimana-mana, baik masyarakat kalangan atas, prajurit valkries ataupun kalangan kelas bawah.

Masyarakat kalangan atas lebih memilih bekerja daripada bertarung diluar benteng yang memiliki kemungkinan kecil untuk selamat dan tetap hidup. Konon sudah banyak penelitian yang mengatakan bahkan jika laki-laki menjadi prajurit seutuhnya akan sia-sia, sama sekali tidak bisa menghilangkan mental lemah mereka. Kecuali mereka bisa mengatasi ketakutan dalam diri mereka sendiri. Karena itu mereka memilih bekerja didalam benteng, mulai dari menjadi pekerja kantoran hingga menjadi buruh pabrik.

Sementara itu, kebanyakan masyarakat kalangan bawah menderita diskriminasi antar etnis yang masih memiliki dendam dan kebencian terhadap kaum pendatang. Biasanya mereka masih mengungkit masa lalu dari negara asal mereka.

Ditambah masyarakat kalangan atas memiliki moralitas buruk, mereka sering melakukan korupsi demi perusahaan pribadi agar bisa mendapatkan keuntungan dari fasilitas bantuan sosial dari pemerintah dunia yang seharusnya di berikan kepada kalangan kelas bawah.

Hak asasi kalangan bawah tidak pernah di anggap serius. Para masyarakat kalangan atas sama sekali tidak peduli dengan tuntutan agar hak warga biasa dipenuhi meski demo sudah banyak dilakukan dimana-mana.

Diskriminasi antar etnis tidak hanya dilakukan oleh konglomerat dan kalangan atas, tetapi juga terjadi diantara warga biasa seperti pribumi china yang tidak jarang mendapat perlakuan rasisme. Sering kali sifat buruk manusia berupa iri dengkilah yang memicu hal ini.

***

Seluruh prajurit Valkries bergegas menuju kantin untuk sarapan. Setelah sarapan, sebuah pengumuman terdengar yang menugaskan mereka untuk berkumpul ditempat latihan.

Aku juga sangat bosan dengan keseharian bermain game hanya bisa mengawasi mereka latihan. Walau terkadang bersyukur tidak mengeluh, sebenarnya aku lebih senang seperti ini dibandingkan menjadi prajurit. Paling tidak, jika ada seekor monster datang, aku bisa melawan menggunakan kedua tanganku sendiri.

Yang kupegang ini memang bukan pedang asli, hanya pedang kayu khusus latihan untuk kuambil sebagai latihan tambahan. Omong-omong, saat aku memikirkan gadis barusan yang Menyiksaku, aku jadi teringat saat pertama kali kami bertemu. Raut wajahnya sangat kaku, seolah memiliki emosi yang dia sembunyikan. Tatapannya hampa saat tidak mau menjelaskan siapa nama aslinya.

Bisa dikatakan, aku dan dia pernah menghadapi realita kehidupan yang begitu pahit. Sebenarnya aku tidak memiliki keinginan untuk mengetahui masa lalu orang lain dan justru ingin melupakan masa lalu.

Peringatan darurat dari pengeras suara tiba-tiba terdengar.

"Peringatan! Peringatan! Peringatan!"

"Monster buas emperor seukuran sedang mendekati wilayah benteng pertahanan! Segera evakuasi warga sekitar!"

Seketika perisai pelindung benteng diaktifkan untuk melindungi beberapa wilayah seperti distrik Chongqing, Chengdu dan Xi'an, kecuali Distrik Henan, Nanjing dan Shanghai.

Ruang aura sudah ramai dengan para prajurit yang berkumpul, siap menghadapi musuh umat manusia yang sudah mendekati benteng pertahanan.

Aku berlatih ayunan pedang terlebih dahulu sebelum kupelajari hal baru tentang  teknikal ayunan pedang, selain ayunan pedang di game. Kali ini mungkin aku akan menggunakannya Teknik baru ketika melawan monster.

******************

Aku sangat enggan Mengawasi mereka berkumpul di ruang aura. Bukan hanya karena perasaanku benar-benar tidak nyaman berada di ruang yang kebanyakan dipenuhi oleh perempuan, tapi juga karena aku mengidap anti sosial sejak mengurung di kamar dinas.

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang