Chapter 56.3

2 0 0
                                    

Setelah selesai, Hideyoshi menghela napas berat. "Ini benar-benar melelahkan." Terlibat perasaan sangat menguras energi.

"HIDEYOSHI!"

Pemilik nama itu lantas menoleh pada sang pemanggil. Matanya terbelalak sempurna saat ratusan monster kuantum menyerbu Anggita dan teman-temannya.

"Oh, sial!" Hideyoshi menatap sekelilingnya jengkel. Ruang alam Kuantum telah hancur porak-poranda, menyisakan api dan listrik yang berkobar-kobar di segala tempat.

Hideyoshi melirik sumber Energi Kehidupan dan energi kuantum di bubble universe. Itu sudah retak.

"Ck! Bagaimana bisa aku menghancurkannya?!"

"Apa yang kaulakukan, Hideyoshi?! Cepat bantu kami!" omel Anggita sambil menahan serangan monster quantum. Pedangnya tidak bisa menembus tubuh makhluk itu sehingga dia hanya bisa menangkap serangannya.

"Baiklah, aku akan-"

"AWAS! DI BELAKANGMU!"

Hideyoshi spontan melompat tinggi sebelum satu monster menghantam tangan kuatnya ke tanah untuk menggepreknya. Pukulan itu menciptakan kawah kecil.

Hideyoshi mendarat di belakang sang lawan. "Ck! Dia sangat kuat! Untung saja aku berhasil menghindari serangannya! Jika tidak, aku akan gepeng!"

Monster itu menoleh ke belakang. Matanya merah menyala. Taringnya mencuat dari mulutnya. Dia tampak mengerikan.

"Omong-omong, dari mana asal muasal para monster ini?" Dia melirik ke jantung Energi Quantum. "Apakah mungkin-"

"DI BAWAHMU, HIDEYOSHI!"

Pria itu refleks melonjak tinggi saat satu monster abu-abu itu muncul satu tanah sambil menepuk tangannya untuk menangkap Hideyoshi seperti seekor nyamuk.

"Perhatian sekitarmu, Bodoh!"

Hideyoshi melirik Anggita sinis. "Aku tahu!"

KRAK! KRAK!

Terdengar suara berderak-derak diiringi gempa bumi.

"Apa yang terjadi?"

"Tempat ini sepertinya akan rubuh!" Salah satu anggota Soarta berseru panik.

"Kita harus kabur!" timpal anggota lainnya.

"Tidak!" tegas Anggita. "Guncangan ini bukan disebabkan itu, melainkan karena ulang mereka." Wanita itu berpaling, menatap was-was ke suatu titik.

Ketiga anggota Soarta itu mengikuti arah pandang Anggita. Mereka membeliak.

"Ya ampun!"

Ribuan monster itu muncul dari tanah.

Mereka melongo menyaksikan kebangkitan para monster-monster itu.

Termasuk Anggita.

"Ck!" Hideyoshi kesal karena harus kembali bertarung.

"Mereka terlalu banyak, Anggita! Kita tidak bisa mengalahkan mereka sekaligus! Sebaiknya kita kabur sebelum kita mati!" Seseorang menyarankan.

"Tidak!" tegas Anggita. "Kita harus membasmi mereka! Bagaimanapun caranya!"

"Apa kau sudah gila?! Mereka sangat banyak seperti kerumunan semut! Apalagi Kalyan tidak ada bersama kita!"

Hideyoshi melirik mereka sinis. 'Mereka sangat menjengkelkan! Sampai kapan mereka tidak mengakui keberadaanku?! Mereka selalu saja mengandalkan teman bodohku itu, padahal mereka sudah menyaksikan saat aku mengalahkannya!'

Hideyoshi menyandang kembali kedua belatinya dengan tekad membara.

"Baiklah. Aku harus membasmi kalian agar mendapatkan kehormatan itu!"

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang