Hari ini adalah hari dimana Gio harus kembali bertemu dengan Arta. Arta bilang kalau hasil pemeriksaanya sudah keluar dan dia diharuskan datang menemuinya hari ini juga.
Sebenernya Gio males karena harus ke Jakarta apalagi dia baru saja selesai kerja kelompok. Tubuhunya sudah lelah tapi Arta malah memaksanya untuk dateng kalu ga dia sendiri yang bakal menjemput Gio.
Bahkan Gio harus menggunakan kereta karena motornya masih di sita oleh Dafa.
Kini Gio sudah sampai di depan ruangan Arta. Gio menghela nafasnya sejenak sebelum mengetuk pintu ruangan itu.
Tak lama kemudian Arta keluar setelah Gio mengetuk pintunya.
"Gio, sini masuk kamu duduk dulu ya benta disitu om ada urusan bentar." Ucap Arta kemudian pergi dari ruangan.
Gio berdecak kesal, padahal dirinya sudah rela datang jauh-jauh tapi malah disuruh menunggu terlebih dahulu. Gio pun melangkahkan kakinya dan langsung meluruhkan tubuhnya diatas sofa.
Setelah beberapa menit Arta pun kembali dan Gio langsung mengubah posisinya jadi duduk.
"Jadi gimana om hasilnya?" Tanya Gio to the point.
"Kamu duduk sini dulu." Ucap Arta sambil menepuk kursi yang ada di depan meja kerjanya.
Gio pun menurut dan langsung melangkahi kakinya mendekat.
"Sebelumnya kamu ada keluhan ga? Kaya misalnya demam tiba-tiba, sesek, badan sakit atau dadanya sakit?" Tanya Arta.
Gio menggelengkan kepalanya karena seingatnya dia sehat-sehat saja sejauh ini. Gelengan kepalanya terhenti ketika dia mengingat kalau kemarin dadanya sempat sakit.
"Eh tapi kemaren si dada aku sempet sakit si om." Ucap Gio dengan jujur.
"Kamu abis ngapain emangnya?" Tanya Arta.
"Naik bus ke sekolah terus kan ujan ya jadi sedikit keujanan jadi kendinginan deh."
Arta mengangguk paham dia tau kalau Gio memang tidak tahan dingin.
"Terus ada lagi ga keluhannya?"
Gio menggelengkan kepalanya dengan yakin.
"Gini... om bingung gimana bilangnya ke kamu.." Arta mulai mengeluarkan kertas yang ada di amplop coklat bertuliskan nama rumah sakit ini lalu memberikan kertas tersebut pada Gio.
Gio membacanya perlahan. Dia paham apa yang tertuliskan di kertas itu karena ini bukan pertama kali dia melihatnya. Gio mengatupkan bibirnya tidak percaya dengan apa yang dia baca.
"Setelah pemeriksaan 2 bulan yang lalu om kira hasilnya baik baik aja. Tapi pas om teliti lagi om merasakan ada yang janggal dengan hasil scan itu dan pas om teliti lagi ternyata om salah."
"Terdapat sell kanker di paru-paru kamu, sangat kecil sampai-sampai om salah liat."
"Dan ini, hasil pemeriksaan terbarunya, sel itu udah jauh lebih besar dari yang 2 bulan lalu."
Arta menunjukkan Gio hasil scan kemarin lusa pada Gio. Dia menunjukkan dimana tepatnya posisi sell kanker itu berada.
"Yang ini beda dari tahun lalu Yo, operasi ga bisa lagi di lakuin lagi karena dulu sell kanker kamu itu belum menyebar dan masih ada di satu sisi aja. Beda sama sekarang, sell itu udah hampir menyentuh trakea."
Gio menghela nafasnya berat setelah mendengar perkataan Arta, "terus Gio haru apa om?" Tanyanya.
"Lakuin kemo ya Yo, itu cara yang terbaik buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Teen FictionBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...