50. Kota Pelajar

508 51 2
                                    

"Kemana si?"

"Kita mau kemana?"

Alfa mundar mandir melihat semua keluarganya sedang sibuk mengemaskan barang mereka ke dalam koper. Memangnya mau pindah rumah?

Entah apa yang di rencanakan mereka Alfa berdecak kesal karena sedari tadi tidak ada yang menggubrisnya. Malah, mereka menyuruhnya untuk segera mengemas bajunya juga.

Mau tidak mau Alfa hanya menurut saja takutnya kalau tidak dia akan ditinggal sendirian.

Setelah selesai dia pun menyusul Jeno yang sedang menuruni tangga.

"Bang kita mau kemana?" Tanya Alfa untuk kesekian kalinya.

"Pergi dari rumah." Jawab Jeno.

"Haaa? Emangnya rumah kita kenapa? Jangan bilang papah bangkrupt sampe harus jual rumah?"

"Iya."

Satu kata yang di lontarkan Jeno berhasil membuat Alfa terkejut. Kini dia mematung di ujung anak tangga terakhir.

Jadi pada akhirnya perusahaan ayahnya beneran gulung tikar setelah sekian lama di ambang kebangkruptan?

Alfa jadi merasa kasihan pada ayahnya yang diberi ujian terus menerus.

Dia kemudian berlari ke arah Dafa dan langsung memeluk ayahnya itu dari belakang, "papah maafin Alfa, Alfa janji bakal jadi anak yang rajin belajar biar bisa bantuin papah."

Alfa menangis dalam pelukannya.

Pemandangan itu tidak terlepas dari semua orang yang berada di ruangan.

Mereka terheran-heran kenapa tiba-tiba si bungsu bertingkah seperti itu. Sedangkan Jeno bersusah payah menahan tawanya.

Hingga akhirnya tawa Jeno pecah tidak dapat dia tahan lagi.

Semua mata kini tertuju pada Jeno yang tertawa terbahak-bahak. Heran? Tentu saja! Siapa sangka seorang Jeno bisa tertawa seperti itu. Bahkan Alfa berhenti menangis setelah melihat Jeno.

"Bang lu ga lagi kerasukan kan?" Tanya Gio dengan herannya.

Jeno bersusah payah menghentikan tawanya kemudian menyeka air maat yang keluar dari sudut kelopaknya dengan jemarinya.

"Ga kok." ucap Jeno sambil terkekeh, dirinya jadi merasa canggung sendiri.

"Kenapa kamu nangis?" Tanya Dafa sambil menarik lengan Alfa untuk melepaskan pelukannya.

"Bang Jeno bilang papah bangkrupt terus jual rumah. Makanya sekarang kita kemas-kemas barang." Jelas Alfa.

Setelah mendengar perkataan Alfa, Dafa pun ikut tertawa begitu pun dengan yang lainnya.

"Bisa-bisanya lu ketipu sama yang begituan." Ucap Gio memengangi perutnya yang keram karena tertawa barusan.

"Jadi bang Jeno bercanda?" Wajah Alfa seketika memerah karena malu.

"Polos banget si lu," ucap Jeno.

"Yaampun mamah kira ada apa kamu nangis kaya gitu taunya kena tipu abngnya."

"Ya siapa juga yang ga ketipu kalau bang Jeno yang bilang." Kesal Alfa.

Siapapun tau kalau Jeno ini memang orang yang serius dan datar. Jadi apapun yang di ucapkan Jeno pasti akan dianggap serius.

"Terus kita kemas-kemas barang buat apa?"

"Kan hari ini kita mau ke Yogyakarta." Jawab Dafa.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang