Setelah perdebatan kecil di parkiran bersama dengan para anggota Rather, Fito memutuskan pergi membawa Gio bersamanya.
Kini tujuan mereka adalah rumah Fito. Gio hanya menurut ketika Fito menariknya dan memintanya untuk ikut kerumahnya dengan alasan bundnaya sedang mencoba resep baru untuk restorannya.
Ya, bundanya adalah seorang pemilik restoran sunda yang cukup besar di kota Bogor ini. Dan dulu setiap kali bundanya ingin mencoba resep baru pasti Fito mengajak teman-temannya ke rumah untuk mencicipi masakan bundnaya dan menilai masakan tersebut.
Setelah 6 menit lamanya perjalanan yang di tempuh menggunakan motor akhirnya mereka pun sampai di rumah Fito. Setelah berhasil memarkirkan motornya di garasi, Fito langsung sama masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Gio.
Sudah Gio tebak pasti banyak sekali perubahan yang terjadi di rumah Fito. Hera, bundanya Fito memang sering kali mengubah set interior tiap ruangan di rumahnya bahkan hampir tiap bulan.
Namun setelah sekian lama Gio kemari tidak hanya Interiornya saja yang berubah bahkan layout rumahnya juga banyak yang sudah berubah.
Gio mengekori langkah Fito dari belakang sambil memperhatikan tiap sudut rumah Fito yang mungkin baru selesai renovasi. Matanya tertuju pada powder room yang ada di ruang utama. Pintunya terbuka sehingga Gio dapat jelas melihatt isi dari ruangan tersebut. Sepertinya terakhir kali dia kesini ruangan itu belum ada.
Dia tebak pasti gaya interior rumahnya sekarang adalah Shabby Chic, terilihat sangat feminim dengan warna putih yang mendominasi ruangan tidak lupa dengan sentuhan furniture yang berkesan vitage dan aksen ukiran yang mendukung. Selera tante Hera memang cukup bagus, batinnya.
Namun sepertinya gaya ini tidak cocok dengan tampilan Fito yang seperti pereman. Gio terkekeh membayangkan bagaimana jika Fito menjalankan kehidupan yang feminim.
Gio memang cukup tau beberapa hal mengenai gaya dalam interior karena dia sedikit tertarik untuk mempelajari hal tersebut. Apalagi dulu Hera selalu menanyakan pendapatnya setiap kali ingin merenovasi rumahnya.
Setelah sampai di dapur mereka langsung saja di sambut oleh Hera. Hera mendekat pada Gio dan memberikan sambutan berupa pelukan.
"Giooo... akhirnya kamu kesini lagi setelah sekian lama. Tante kangen banget sama kamu." Ucap Hera. Kemudian tangannya mendekap kedua pipi Gio setelah melepaskan pelukannya. Hera memandangi wajah Gio cukup lama. Gio yang merasa gugup mengalihkan pandangan ke arah lain.
Sebenernya ini adalah hal normal yang biasa Hera lakukan padanya tiap kali berkunjung. Namun sudah lama dia tidak seperti ini membuatnya sedikit gugup.
"Ahhh maaf, oh ya tante udah siapin makanan spesial buat kamu. Sebelumnya Gito udah bilang kalo kamu mau kesini jadi tante masak makanan favorit kamu." Ucap Hera. Kemudian menuntun Gio untuk duduk di kursi makan.
"Bun Vernon mau kesini juga katanya, kita tunggu dia dulu." Ucap Fito sambil menarik kursi makan untuk di dudukinya.
"Oh ya? Kalo gitu kita tungguin dia dulu." Ucap Hera.
"Lagi otw kok anaknya, tadi abis rapat osis dia langsung kesini katanya."
Vernon menjabat sebagai wakil ketua osis sekarang dan dia cukup aktif di organisasi tersebut. Karena itu dia tadi tidak datang saat Rather berkumpul di parkiran. Karena prioritasnya saat ini adalah organisasinya.
"Jadi kalian udah baikan beneran kan?" Tanya Hera sambil menatap Gio dan Fito bergantian.
"Udah bunnn, tenang aja kita ga akan musuhan lagi ko sekarang." Ucap Fito sambil merangkul pundak Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Fiksi RemajaBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...