Kalau saja Dafa mempunyai jin dalam botol ajaib dia pasti akan menghabiskan ketiga permintaan itu untuk kebahagiaan, kesehatan dan umur yang panjang untuk anaknya. Dafa tidak bisa lagi melihat anaknya kesakitan seperti sekarang padahal baru saja kemarin dia bersenang-senang dengan temannya.
Genggaman Dafa tidak lepas dari tangan kurus Gio. Bahkan sejak pagi Dafa sudah menunggu Gio sadarkan diri hingga matahari terbenam pun masih belum ada kemajuan.
Tidak hanya Dafa yang amat khawatir akan keadaan Gio. Alya pun sama, dia bahkan tidak kepikiran untuk pergi meninggalkan ruangan bahkan sekedar untuk makan. Agar pikirannya tidak terlalu kosong dan memikirkan hal-hal buruk Alya menyibukkan diri dengan menata bunga pada pot sambil memperhatikan Dafa yang terus berada disamping Gio.
Dafa menciumi tangan Gio yang terbebas dari infus dan menempelkannya dipipinya sambil melapalkan ratusan doa sepanjang waktu untuk anaknya, berharap Gio dapat segera sadarkan diri. Air matanya pun sudah tidak terbendung lagi membayangkan semenderita apa Gio dengan sakitnya.
Hingga akhirnya Dafa merasakan pergerakan lemah pada tangan Gio. Perasaan tenang kini mulai menyelimuti hatinya.
"Mah, Gio udah siuman." Ujarnya.
Alya yang sedang sibuk menata bungan langsung saja meletakkan sembarang bunga tersebut dan melangkah mendekat ranjang Gio untuk memastikannya sendiri.
"Sayang, akhirnya kamu bangun juga."
"Gio... kamu udah bangun nak? Gimana perasaan kamu? Ada yang sakit?"
Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan Dafa dan Alya. Gio mengerjapkan matanya perlahan lalu melirik ke arah Dafa dan Alya meski tertutup dengan masker oksigen Dafa dan Alya masih bisa melihat senyum tipis Gio. Namun senyumnya kemudian hilang digantikan raut kesakitan. Dafa langsung saja menekan tombol untuk memanggil dokter agar Gio dapat segera ditangani.
Dokter mengecek kondisi Gio dan memberikan obat setelahnya Gio diminta untuk istirahat penuh. Kini hanya ada Gio dan Dafa dalam ruang rawat karena Alfa mengajak Alya untuk makan terlebih dahulu. Kalau saja Gio tidak memaksa Alya untuk makan mungkin dia tidak akan makan.
Dafa memperhatikan Gio yang terbaring lemah diatas ranjang pesakitan bahkan Dafa dapat medengar suara mengi pada nafas Gio, untuk sekedar bernafas saja Gio harus bekerja keras kalau saja tidak ada masker oksigen mungkin dia sudah tidak sanggup lagi bernafas.
"Pah..."
Begitu mendengar lirihan Gio, Dafa langsung saja mendekat menghapiri sisi ranjang. Tangannya terulur untuk mengelus kepala anaknya itu.
"Kenapa? Ada yang sakit?"
Gio menggelengkan dia kemudian berusaha untuk bankit dari posisi berbaringnya.
"Ngapain bangun, tiduran aja."
Dafa mencoba menghentikan aksi anaknya namun ditolak. Gio menggelengkan kepalanya kemudian meminta Dafa untuk membantunya duduk. Mau tidak mau membatu Gio. Dafa menekan remot pengontol untuk menaikkan sisi kepala pada ranjang tersebut agar Gio dapat duduk dengan nyaman sambil bersandar.
"Ada yang sakit lagi?"
Hening sejenak karena Gio enggan untuk menjawabnya. Jujur saja kalau ditanya seperti itu bahkan Gio tidak tau kapan terakhir kali dia tidak merasakan sakit. Setiap terbangun dari tidurnya dia selalu merasakan sakit bahkan terkadang tidurnya pun terganggu dengan rasa sakit itu.
Gio melepas masker oksigennya agar dia dapat leluasa berbicara. Awalnya Dafa melarangnya namun anak itu tetap keras kepala akhirnya Dafa hanya bisa pasrah.
"Bentar lagi ulang tahun aku kan pah?"
Meskipun kesulitan saat berbicara Gio berusaha untuk menyampaikan isi pikirannya. Jika tidak disampaikan sekarang juga mungkin pikirannya akan bertumpuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Fiksi RemajaBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...