"Mama..." lirih Gio.
"Pah.."
Dia menatap sekeliling kamarnya, namun tidak ada siapapun disini.
Dengan tubuhnya yang lemas Gio berusaha bangkit dari kasurnya karena dia perlu ke toilet untuk menumpahkan isi perutnya.
Perlahan melangkah menuju toilet dengan langkah teratih dan tembok sebagai tumpuannya.
Barulah dia memuntahkan semuanya di kloset. Karena Gio belum banyak makan hari ini jadi yang keluar hanyalah cairan. Gio mengerang kesakitan dan tangannya memegang erat sisi kloset.
Seluruh tubuhnya terasa sakit dan lemas bahkan untuk kembali ke kasurnya dia tidak sanggup lagi. Dia kemudian menyandarkan punggungnya di tembok.
Gio memejamkan matanya sejenak untuk menetralkan nafasnya yang menderu. Kemudian matanya yang sayu kini memandang lurus dengan tatapan kosong.
Beberapa menit berlalu hingga dia dapat mendengar derap langkah seseorang mendekat.
"A?"
Gio menggulirkan pandangannya kearah suara.
"Fa..." lemasnya.
"A, lo oke kan?" Alfa datang dengan mimik wajah paniknya dan segera menghampiri Gio yang terkulai lemah di lantai.
Alfa langsung mendekap tubuh kurus kakaknya itu kedalam pelukannya. Alisnya mengernyit disaat suhu panas dari Gio dapat dia rasakan.
Dengan mudahnya Alfa mengangkat tubuh Gio ke punggungnya untuk menggendong sang kakak. Dia pun langsung memindahkan kakaknya ke kasur dan menyelimuti tubuh kakaknya yang mengigil.
"Gua panggil papah dulu, biar kita ke rumah sakit sekarang."
Baru saja Alfa ingin pergi tangannya di tahan oleh Gio. Gio menggelengkan kepalanya.
"Lo demam gini, lo juga abis muntah-muntah kan?"
"Ga...gapapa..." lirih Gio.
"Gapapa gimana, lo udah kaya mayat idup tau ga." Kesal Alfa.
"Plisss...temenin aja." Gio memohon kemudian dia menepuk sisi kasurnya yang kosong memberi isyarat agar Alfa tidur di sebelahnya.
Alfa menghela nafasnya pasrah dia pun mendekat dan duduk di sisi Gio.
"Obat gua." Gio menunjuk nakas di samping Alfa.
Alfa pun mengambil obat tersebut lalu memberikannya pada Gio tidak lupa dia juga menuangkan minuman.
Dia memperhatikan kakaknya menelan beberapa pil obat yang begitu banyak dan membuatnya sedikit kesulitan. Rasanya tidak sanggup Alfa melihat kakaknya seperti ini.
"Jangan bilang kalo lo lupa minum obat makanya drop?"
Gio hanya menampikkan senyum dengan bibir pucatnya itu.
"Please deh ya, lo jangan kaya tadi lagi, kalo butuh apa-apa panggil kita langsung."
"Panik kan lu?" Ucap Gio setelah tenanganya perlahan kembali.
"Ck... ya panik lah gila aja, siapa juga yang ga akan panik liat lo sekarat di toilet."
Gio terkekeh. "Dulu lu juga sering bikin gua panik kaya gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Teen FictionBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...