48. Langit Senja

564 57 6
                                    

(Gambar dari pin)

Langit senja yang memiliki warna yang menawan dengan gradasi jingga dipadukan ungu, indah bukan? Siapapun yang meilhatnya akan terhipnotis akan keindahannya.

Selain awan yang menghiasi langit matahari kini bersiap untuk terlelap bergantian dengan bulan yang perlahan muncul dengan sinarnya.

Gio menatap kagum langit itu di balik jendelanya dan tidak lupa mengabadikan pemandangan yang indah tersebut dengan memotretnya.

Meskipun dia tidak menyukai tempatnya saat ini, ruang rawatnya namun ada saat-saat tertentu dia senang berada di sini. Seperti saat ini, dia dpaat melihat keindahan yang menakjubkan dari jendela besar di samping ranjangnya.

Setiap kali Gio merasa bosan atau kesepian dia akan selalu memandangi jendelanya.

Sepertinya dia harus berterimakasih pada kakeknya karena memberikan ruangan yang bagus padanya. Padahal dulu dia juga di rawat di rumah sakit ini namun ruang rawatnya jauh berbeda dari yang sekarang.

Selain dapat memandangi langit, Gio juga bisa melihat jalan dan gedung-gedung di ibu kota ini. Gio juga dapat melihat aktivitas-aktivitas dari orang yang berlalu lalang dibawah sana, itu karena dia berada di lantai yang cukup tinggi.

Gio kemudian mengalihkan pandangannya pada sofa tepat di depan ranjangnya. Terdapat Alfa yang sedang tertidur pulas di atas sofa.

Siang tadi tiba-tiba saja Alfa mendatanginya sambil menangis lalu memeluknya dengan erat.

Gio tersenyum mengingat kembali kejadian tadi, ternyata Alfa masih adiknya yang manja dan cengeng seperti dulu.

Setelah lelah karena baru pulang sekolah langsung ke sini dan menangis-nangis Alfa tertidur bahkan dia masih mengenakan seragamnya.

Suara tarikan knop pintu mengalihkan pandangan Gio, dia kemudian tersenyum setelah melihat sosok ibunya yang datang.

"Mamah" serunya.

Alya pun membalas senyuman anaknya itu, "udah enakan?" Tanya Alya sambil mendekati Gio sambil menempelkan telapak tangannya diatas kening Gio.

Gio mengangguk sebagai jawaban. Alya menghela nafas lega setelah merasakan suhu tubuh Gio yang kembali normal.

"Itu apa?" Tanya Gio menunjuk totebag yang di bawa Alya.

"Ini baju salin buat Alfa sama makanan kesukaan kamu, sate taichan terus mamah masakin beberapa makan juga buat kamu." Ucap Alya sambil mengeluarkan isian dari tas yang dia bawa dan menatanya di atas nakas samping ranjang Gio.

"Waaa..." seru Gio, menatap takjub pada masakan yang di buat Alya nampak lezat.

"Sebentar ya, mamah bangunin adek kamu dulu biar kita makan bareng-bareng." Ucap Alya lalu beranjak mendekati Alfa.

"Alfa, bangun nak mau sampe kapan kamu tidur." Alya menggoyakan pelan bahu Alfa.

Alfa pun meringkukkan tubuhnya enggan untuk di ganggu. Tidak menyerah Alya terus menggoyangkan tubuh anaknya sekarang sedikit lebih kencang.

"Ayo alfa bangun, makan malem. Kakak kamu udah laper itu katanya." Ucap Alya.

Gio tersenyum melihatnya, padahal dia tidak mengatakan apapun.

Mendengar hal itu Alfa berdehem lalu langsung mengubah posisinya menjadi duduk kemudian menatap sayu kearah Gio.

Sepertinya membawa nama Gio untuk membujuk Alfa bukanlah hal yang sulit sekarang.

"Ganti baju kamu dulu, mandi sekalian." Titah Alya.

"Iya...iya." Jawab Alfa lalu beranjak menuju toilet.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang