Vernon kini duduk di kursi belajarnya sambil mendengarkan cerita Gio tentang apa yang baru saja terjadi sampai malem-malem gini sepupunya datang ke rumahnya.
"Bang gua ga salah kan kalau ngomong gitu kemereka?" Tanya Gio, sebenarnya dia sedikit menyesal dengan ucapannya kepada keluarganya.
"Gimana kalau malah mereka yang marah sama gua? Gua jadi ngerasa bersalah." Gio mengacak rambutnya frustasi.
Perasaannya tidak karuan, apalagi tadi dia mengatakan yang engga-engga tentang Alfa. Pasti adiknya itu akan kesal padanya soalnya Alfa tidak suka jika seseorang menyinggung tentang penyakitnya dulu.
Terdengar helaan nafas dari Vernon, Gio pun mengalihkan perhatiannya ke Vernon. "Ga kok, lo ga salah kan emang gitu faktanya."
Gio tampak berfikir sejenak, sepertinya kalimatnya tidak berefek untuk menenangi hatinya yang gusar entah mengapa perasaan bersalah tetap menghantui dirinya. Itu karena dia tidak pernah melakukan hal tersebut sebelumnya.
"Kalau sikap mereka masih gitu ke lu gua yang bakal bertindak Yo, seharusnya mereka sadar setelah lo ngamuk barusan. Atau apa gua kasi tau aja kalo lo kena kanker?" Ucap Vernon.
Gio menggelengkan kepalanya dengan cepat, "enak aja! Jangan bilang apapun ke mereka sebelum gua sendiri yang bilang."
"Ya gimana lu mau dapet perhatian mereka kalau lo sendiri aja ga bisa jujur ke mereka dengan nyembunyiin kondisi kesehatan lo." Kesal Vernon.
"Gua cuman belom siap bang, gua belom siap buat ngeliat gimana reaksi mereka."
"Emang reaksi apa yang lo bayangin dari mereka? Lo pikir orang tua lo bakal marah karena lo ga bisa jaga kesehatan lo? Ga akan yo, justru mereka bakal sedih kalau ternyata anaknya sakit gini..."
Vernon menjeda ucapannya, "...Gimana kalau lo ga sempet bilang ke mereka?" Ucap Vernon sedikit membuat Gio takut.
Gio menggelengkan kepalanya sambil menunduk, "pokonya jangan sekarang, tapi pasti gua bakal bilang sendiri bang."
Vernon bangkit dari kursinya percuma berdebat dengan Gio yang keras kepala, ia kemudian hendak mengambil kotak p3k yang ada di kamarnya lalu membukanya mengambil salep yang ada di sana, setelah itu dia lemparkan pada Gio.
Dengan cepat tangan Gio menangkap salep yang di lempar oleh Vernon.
"Obatin dulu tuh benjol lo." Ucap Vernon.
Gio memegang keningnya yang tentunya masih terasa sakit. Alisnya mengkerut karena ternyata kening mulusnya sudah benjol, dengan segera Gio mengusap salep barusan ke keningnya.
"Lain kali kalo kesini jangan lupa pake jaket Yo, apalagi lo aja baru sembuh gua gamau sampe lo sakit lagi."
"Udah tidur besok gua sekolah soalnya."
.
.
Setelah perdebatan yang panjang akhirnya Vernon mengizinkan Gio untuk pergi ke sekolah pasalnya Gio baru saja sembuh kemarin namun tetap saja namanya juga Gio pasti bersikeras untuk masuk sekolah karena suda beberapa hari ini ga masuk.Karena sikap keras kepala sepupunya itu akhirnya mau tidak mau dia mengalah dan Vernon meminjamkan seragam sekolahnya pada Gio.
Matanya menatap malas Gio yang sudah rapih dengan seragamnya yang sedikit kebesaran di badan Gio.
"Gua turun duluan ya bang, udah laper nih." Ucap Gio yang sudah rapih sedangkan Vernon bahkan belum mandi.
Sesampainya di anak tangga paling bawah Gio bertemu Fajar -omnya kakak sulung dari papahnya.
"Eh om? Apa kabar om." Gio mengulurkan tangannya untuk memberi salam.
Fajar pun membalas salaman Gio, "baik, kamu gimana? Udah jarang ketemu kamu loh om, kemana aja?" Tanya Fajar sekedar basa-basi. Sebenernya Fajar dan Gio tidak begitu dekat jadi ada sedikit perasaan canggung diantara mereka berdua.
"Lagi baik om, hehe ga kemana-mana ko om, om nya aja aja yang sibuk kerja." Jawab Gio sekenanya.
"Kurusan ya kamu sekarang lama ga liat." Celetuk Fajar untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung.
Sebenarnya Gio tau kalimat Fajar tidak bermaksud apa-apa namun entah mengapa itu sedikit menyinggungnya. Gio hanya terkekeh rasanya canggung dan entah harus balas apa.
"Vernon masih diatas ya? Yaudah ayo kita ke ruang makan, sarapan duluan temani om, om sudah telat soalnya." Ucap Fajar sambil merangkul bahu keponakannya itu.
Gio pun hanya menurut dan mengikuti langkah Fajar menuju ruang makan.
Suasana hening Memenuhi seisi ruang makan. Belum ada percakapan sama sekali diantara Gio dan Fajar.
Setau Gio, Fajar memang orang yang kaku dan minim ekspresi bahkan dengan anaknya sendiri dia ga banyak bicara. Karena itu Vernon sendiri juga tidak begitu dekat dengan ayahnya.
Tetapi hal itu berbeda lagi jika Fajar dengan Alfa. Mereka cukup dekat, mungkin karena Fajar dulunya adalah dokter pribadi yang menangani penyakit Alfa. Karena mereka lebih sering bertemu jadinya Fajar lebih dekat ke Alfa.
Suasana canggung ini membuat Gio merasa tak nyaman jadi mau tidak mau dia membuka suara terlebih dahulu, "kak Amel apa kabar om?" Tanya Gio.
Kalau kalian ingat Vernon bukanlah satu-satunya anak Fajar, dia masih memiliki kakak perempuan yang umurnya 6 tahun lebih tua darinya yang sudah menikah dan sekarang tinggal dengan suaminya di Berlin.
"Sehat, dia lagi ngandung anak ke-2 nya, sudah 4 bulan."
"Waaa, oh iya lupa Aska kan udah umur 4 tahun ya."
Fajar tersenyum mengingat Aska —cucuknya yang menggemaskan itu namun sayangnya dia jarang bertemu dengannya.
"Selamat ya om udah mau punya cucuk ke 2, semoga nanti Gio juga bisa liat keponakan Gio nanti." Ucapnya.
Tidak lama kemudian Vernon pun datang dan ikut bergabung untuk makan sarapannya. Fajar dan Gio pun melanjutkan menghabiskan makanan mereka masing-masing.
Setelah selesai makan mereka pun segera pegi, Fajar ke rumah sakit untuk bekerja dan Vernon juga Gio pergi ke sekolah.
Vernon sedang memarkirkan mobilnya untuk keluar dari garasi rumahnya. Sedikit kesulitan karena dia jarang memakai mobil. Dia memutuskan untuk memakai mobil karena gamau kejadian sebelumnya terulang dimana Gio malah drop saat menuju rumah sakit menggunakan motor.
Gio sempat menolak dan mengatakan tidak apa-apa kalau makai motor kan bisa lebih cepat namun Vernon memaksanya dengan mengancam mereka tidak akan berangkat ke sekolah jika tidak naik mobil.
Mau tidak mau Gio pun setuju dan menuruti perkataan kakk sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Teen FictionBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...