4. Pamit

859 64 0
                                    

Tepat 1 tahun yang lalu Gio dikejutkan dengan sebuh kabar yang tidak pernah dia duga.

Small cell lung cancer, kata seorang dokter yang baru saja ia temui. Siapa sangka penyakit penyebab kematian itu kini bersarang pada tubuhnya dan dokter tersebut memberi penjelasa secara rinci mengenai penyakit tersebut yang kini membuatnya semakin takut. Ingin berteriak rasanya namun terasa sulit.

Gio bingung apa yang harus dia lakukan. Melakukan pengobatan bukan lah hal mudah dan membutuhkan biaya yang tak dikit. Dia tidak ingin membebankan ayahnya yang kini juga sedang fokus melakukan pengobatan pada Alfa.

Setelah berlama-lama di taman rumah sakit Gio pun beranjak untuk meninggalkan tempat itu. Rumahnya kini menjadi tujuannya.

Setelah sampai di rumah Gio melihat keluarganya yang kini sedang makan malam bersama, senyumnya terukir melihat keluarganya yang hangat tidak mungkin dia ingin merusak kehangatan keluarganya itu. Gio pun melangkah mendekat.

"Wah makan enak nih sekarang." Ucap Gio kemudian langsung duduk di kursi makan yang kosong sebelah Jeno.

"Kamu dari mana aja sayang, baru pulang gini dari tadi dipanggilin ga nyaut." Ucap Alya sang ibu.

"Hehe biasa mah main dulu pulang sekolah." Balasnya.

Tangannya terulur untung mengambil nasi dan lauk yang sudah tersedia di hadapannya.

" Gio coba kali-kali kamu makan sayur yang banyak. Kekurangan nutrisi itu kamu makanya badannya ga gemuk " ucap Dafa. " Ih aku gasuka dedaunan yah gaenak " jawab Gio.

" Ya kamu coba dulu jangan bilang gaenak duluan ".

" Alfa sama Jeno aja suka, masa kamu ga suka " sambung Alya.

" Mereka mah emang anak kambing makanya doyan " jawab Gio. " Enak aja, sembarangan kalo ngomong. Gini-gini gua ganteng ya bang" ucap Alfa.

" Iya deh iya lu paling ganteng Al ".

" Gio, besok libur kan? " tanya Dafa.

" Iya yah, kenapa? ".

" Kamu ikut ayah ya temenin Alfa chek up ya ke om fajar di rumah sakitnya " ucap Dafa. " Oke pah " jawab Gio.

" Awas lu kalo besok chek up tapi hasilnya ga bagus gua ga bakal tinggal diem " ancam Gio pada Alfa.

Alfa ini memang punya riwayat penyakit yang membuatnya terus mendapatkan perhatian lebih dari keluarganya. Semenjak tiga tahun yang lalu ketika Alfa ditemukan tidak sadarkan diri saat pulang sekolah keluarganya baru mengetahui kalau Alfa mempunyai kelainan jantung dan harus segera mendapatkan pendonor.

Mereka takut suatu saat tidak dapat melindungi Alfa dengan benar karena itu semua perhatian langsung ditumpahkan kepada Alfa, Gio pun begitu karena dia sangat sayang dengan adik bungsunya itu.

Karena itu kini Gio akan merasa bersalah jika dia mengatakan tentang penyakitnya pada kedua orang tuanya. Dia tidak mau menambah beban kedua orang tuanya.

.
.

"Dek, bangun dek. Ayo kita olahraga keliling komplek." Ucap Jeno sambil menepuk bahu Gio.

Bukanya bangun Gio malah menutupi seluruh badannya dengan selimut karena tidak mau tidurnya diganggu.

"Ckkk, ayo bangun pagi-pagi gini bagus buat olahraga." Tidak menyerah juga Jeno kini menggoyangkan tubuh Gio sedikit kasar.

"Enggh... 1 jam lagi." Gumam Gio masih dengan mata yang terpejam.

Jeno berdecak kesal karena adiknya ini sangat susah dibangunkan ketika hari libur, karena menurut Gio weekend adalah hari sempurna untuk bermalas-malasan. lalu kini Jeno beralih ke kamar Alfa untuk membangunkan adik bungsunya.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang