Sekarang Gio sudah berada di rumahnya. Biasanya hari minggu semua anggota keluarganya berada di rumah.
Hari ini Gio berencana untuk bermalas-malasan di rumah. Bahkan kini Gio hanya berbaring sambil memainkan ponselnya diatas sofa.
Dia baru kembali ke rumah siang tadi karena dia masih harus membantu Fito membawa motornya ke bengkel terlebih dahulu dan memakan waktu cukup lama.
Gio melirik kearah Alfa yang baru saja datang kemudian duduk di sofa sebelahnya lalu menyalakan televisi.
"Sore dek," sapa Gio namun di abaikan oleh Alfa. Alfa melanjutkan kegiatannya menonton kartun yang ada di salah satu saluran tv.
Gio menghela nafanya mengingat-ingat masa dimana hubungan mereka belum renggang. Gio suka sekali usil dengan Alfa karena menurutnya ekspresi cemberut Alfa dapat menghiburnya.
Namun sekaran mana berani Gio mengusilinya yang ada kata-kata tajam dari adiknya menghujami hati lembutnya.
Bahkan sekarang pun Alfa enggan untuk merespon setiap perkataan Gio. Sebenernya Gio merasa sedih tetapi dia tidak bisa berbuat apapun karena ini memang murni kesalahannya.
Gio sudah meminta maaf untuk kesekian kalinya namun adiknya tidak menghiraukannya.
Alya kemudian datang menghampiri dengan sepiring makanan. Makanan itu sudah pasti dihidangkan untuk Alfa.
"Ini dek cumi kriuknya." Ucap Alya sambil mengelus surai hitam Alfa. Kemudian melirik Gio.
"Aa kalau mau juga ambil aja nanti kalau kurang mamah buatin lagi." Alya pun tersenyum pada Gio.
"Iya mah makasih, gausah repot-repot." Ucap Gio sambil membalas senyum Alya.
"Adek sama aa mau minum apa biar bunda buatin."
"Aku mau jus mangga mah." Ucap Alfa.
"Kalau aa?"
"Air putih aja mah."
Alya pun mengangguk lalu kembali ke dapur untuk menyiapkan minuman tersebut.
Mungkin kalian penasaran mengapa Jeno di panggil bang sedangkan Gio di panggil aa. Saat Alfa lahir merekaa baru saja pindah ke kota Bogor ini dan karena mengikuti culuture dari daerah ini yang memanggil kakak laki-laki dengan sebutan aa. Sedangkan Jeno di panggil abang oleh Gio karena dulu mereka masih tinggal di jakarta dan Alfa mengikuti panggilan Gio itu.
"Anak mamah gini kalo diluar bringas juga." Ucap Gio sambil terkekeh pelan dan tentu saja yang Gio dapatkan tatapan tajam Alfa sebagai balasan.
"Alfaaa... main sama paah yu." Teriak Dafa yang datang dari lantai 2 dengan menuruni tangga.
Kini Dafa sudah ada di samping Alfa dan membujuk anak itu agar mau bermain bersama dengannya.
"Ih pah jangan gangu, aku lagi seru nonton." Alfa mendorong tubuh kekar Dafa untuk menjauh darinya. Dia sangat malas ketika di ganggu oleh papahnya itu.
"Ayola del, hari minggi ini masa kamu gamau luangin waktu kamu buat papah." Dafa terus membujuk Alfa.
"Ga pah, aku malesss amu nonton tv aja. Tuh ada a Gio lagi nganggur."
Gio menghentikan tangannya untuk menyuap kripik di hadapannya lalu melirik Dafa.
Kini Dafa dan Gio pun saling tatap. Entah mengapa mereka malah canggung sendiri lalu Dafa memutuskan tatapannya terlebih dahulu.
Dafa melirik sedih kepada Alfa karena terus di tolak. Akhirnya Dafa kembali melirik Gio.
"Gamau tau pokonya kamu harus main raket sama papah." Ucap Dafa sambil menarik paksa Alfa untuk bangun dari sofa.
"Aahhh papah ganggu banget sihhh. Yaudah sejam aja tapi ya jangan lama-lama." Ucap Alfa sambil menghentakkan kakinya dengan kasar ke lantai.
Gio memperhatikan interaksi keduanya dengan tatapan sedih. Entah sampai kapan Gio dan ayanya perang dingin seperti ini. Gio juga ingin bisa bermain lagi dengan Dafa seperti dulu.
"Loh Alfa kemana?" Tanya Alya yang baru saja datang dan mebawa segelas jus mangga.
"Ke depan lagi mau main raket sama papah." Ucap Gio sambil menunjuknya.
Alya mengangguk paham lalu menyusul menghampiri Dafa dan Alfa.
Gio memperhatikan mereka yang sedang asik bermain dan bercanda dari dalam rumah. Sedikit ada rasa iri yang terbenam di hatinya namun dia tepis se segera mungkin.
Dia beruntung setidaknya keluarganya ini memiliki hubungan yang hangat. Meskipun kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan, mereka pasti akan meluangkan waktunya untuk mengajak main Alfa. Alfa sangat beruntung karena mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya.
Seperti banyak orang yang mengatakan mengenai keluarga cemara, bisa dibilang keluaranya masuk kedalam kategori tersebut. Dengan kedua orang tua yang lengkap, ekonomi yang memadai serta waktu yang diberikan meski hanya ketika di akhir pekan.
Kemudian Gio menglihkan fokusnya dengan membuka ponselnya dan melihat beberapa pesan yang dikirimkan oleh Fito.
Fito anj 👎🏻
Giooo....
Lu udah sampe rumah kan?
Kalo iya jawab guaGio tersenyum melihatnya, untuk pertama kalinya selama satu tahun terakhir sahabatnya itu kembali menghubunginya melalui chat pribadi.
Anda
Iyaaa gua udah sampe rumah, sans.Fito anj 👎🏻
Bagus dehhh...
Besok jangan lupa masuk sekolah ye.Anda
🫡Tadi sebenernya Gio balik ke bogor bareng sama Fito tapi Gio minta untuk di antar sampai halte bus dekat rumah Fito saja. Gio tidak mau merepotkan Fito karena jarak rumahnya yang cukup jauh dari rumah Fito. Fito awalnya menolah namun akhirnya setuju karena Gio beralasan ingin mampir ke suatu tempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Teen FictionBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...