"Makasih ya bang udah anterin gua sampe sini, lu juga Fito." Ucap Gio pada Vernon dan juga Fito yang sudah mengantarnya pulang dari rumah sakit.
"Sorry yo kita gabisa nemenin lo dulu soalnya kita ada rapat penting sama Rather." Ucap Fito.
Gio mengangguk paham, "tenang aja, gapapa kok lagian gua udah baik-baik aja."
Setelah menemani Gio untuk masuk hingga ke kamarnya mereka berdua pun pergi dan kini hanya Gio sendirian di kamarnya. Ia berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
Sunyi, itu yang di rasakannya. Saat tadi memasuki rumahnya tidak ada seorangpun yang terlihat sampai dia masuk ke kamarnya entak kemana semua orang yang ada di rumahnya.
Fito dan Vernon pun awalnya ragu untuk meninggalkan Gio sendirian di rumahnya namun Gio terus mengatakan tidak apa-apa dan menyuruh mereka pergi.
Merasa bosan karena hanya berbaring di kasur Gio memutuskan untuk turun kebawah. Dilangkahkan kakinya menuju taman belakang rumahnya.
Gio duduk di ayunan kecil yang ada disana sambil memandangi kolam renang dengan air yang begitu jernih. Sudah lama dia tidak berenang di kolam tersebut. Sebenernya Gio ingin masuk dan beredam di kolam tersebut namun urung karena mengingat kondisinya yang tidak fit.
Angin berhembus pelan meniup tiap helaian surai harus Gio membuat sang empu merasa kantuk dibuatnya. Gio merubah posisinya menjadi tidur di atas ayunan tersebut. Mata sayunya perlahan menutup dan tak lama kemudian dunia mimpi menjemputnya.
.
.
Tidak terasa langit sudah menggelap. Gio yang baru saja terbangun mengerjapkan matanya sambil mengumpulkan nyawa.Ditarik nafasnya perlahan lalu bangun dari posisi tidurnya. Gio mengangakat selimut yang membaluti tubuhnya, entah dari mana selimut itu berasal tiba-tiba saja ada saat dirinya bangun padahal seingatnya dia tidak membawa selimut kesini.
Matanya memandang lurus meliat seseorang yang tengah duduk diatas sun lounger di tepi kolam sambil memainkan ponselnya. Senyumnya terulas ketika melihat ternyata Alfa lah yang duduk disana itu berarti adiknya yang memberikannya selimut saat tidur kan?
"Ngapain malem-malem duduk di samping kolam? Awas ada mbak kunti yang godain lu" Tanya Gio yang menghampiri sang adik.
Merasa ada yang mendekatinya Alfa pun mematikan ponselnya dan memperhatikan kakaknya yang sudah berdiri tepat disampingnya.
"Ngapain kek, kepo banget jadi orang. Lu sendiri tidur di ayunan udah kaya gembel ga punya kamar aja."
Gio terkekeh dengan kalimat yang di lontarkan sang adik. Ia melirik jam dinding yang ada di dalam rumahnya dan sudah menunjukkan waktu makan malam.
"Laper nih makan yu, udah jamnya." Oceh Gio sambil mengusap perutnya yang memang terasa lapar, terakhir dia makan pagi tadi saat pulang dari rumah sakit dan itu pun hanya makan bubur sedikit.
"Duluan aja, mama udah masak ayam taichan kesukaan lu tuh." Ucap Alfa.
Mata Gio berbinar mendengarnya dan langsung saja dia beranjak menuju ruang makan. Jarang sekali mamanya itu memasak makanan kedukaannya.
"Wangi banget." Kata Gio sambil menghampiri Alya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. Meskipun ada bi Ratih tetapi untuk urusan menyiapkan makanan Alya selalu melakukannya sendiri dan biasanya bi Ratih bagian beres-beres setelahnya.
Melihat Alya yang sibuk memindahkan beberapa jenis hidangan ke meja makan Gio pun berinisiatif untuk membantu mamanya.
Alya tersenyum melihat Gio yang datang dan langsung membantunya, "ydah bangun sayang? Nyenyak banget kayanya." Ucap Alya.
Gio pun tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Tadinya mau mama suruh pundah tapi ga tega banguninnya jadi mama bawain selimut aja."
Ah jadi bukan Alfa yang memberikannya selimu? Tidak apa siapapun itu Gio senang karena mendapatkan perhatian dari keluarganya.
"Makasih mah." Ucapnya.
"Oh ya mamah masakin ayam taichan khusus buat kamu." Alya menunjukkan mangkuk berisi daging ayam panggang yang sudah dimarinasi berbagai macam bumbu-bumbuan sesuai resep.
Biasanya taichan ini dubuat sate tapi agar lebih mudah dibuatnya jadi hanya dipanggang biasa.
"Wih pasti enak soalnya mamah yang buat semua masakan mama kan enak."
Alya pun tersenyum lalu membelai surai hitam milik Gio. "Kamu ini ya makanya kalau mau nikmatin masakan mama tu pulangnya ke rumah jangan ke apartemen mulu, padahal jauhan apartemen loh daripada rumah."
"Hehe, iya ma maaf. Abis sayang apartemen mahal gitu masa dikosongin." Jawab Gio sekenanya. Padahal alasannya tidak pulang beberapa hari ini pulang bukan karena itu namun karena dia perlu dirawat di rumah sakit.
Mungkin kalian heran kenapa orang tua Gio ini tidak mencarinya padahal jarang pulang kerumah. Itu karena Gio beralasan tidur di apartemen agar tempat itu tidak dikosongkan terlalu lama.
Mereka pun akhirnya berkumpul di ruang makan namun belum menyantap makanannya akrena sang kepala keluarga belum bergabung.
Tidak lama kemudian Dafa pun ikut duduk di ruang makan. Sebelum duduk Dafa memperhatikan Gio dengan tatapan tajamnya, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denga Gio namun sebaiknya dia urungkan sekarang karena anakn makan malam. Tidak baik kalau berbicara saat ingin makan.
Alya menyindukkan nasi ke piring anak-anaknya dan suaminya tidak lupa dengan lauk-lauk yang sudah dia masak dengan penuh kasih sayang.
Santapan yang di buat Alya memang nikmat dan tidak butuh waktu lama bagi Alfa dan Dafa untuk menghabiskannya meskipun sudah menambah beberapa porsi. Meskipun Gio tidak nambah karena perutnya yang sudah kekenyangan bahkan makanannya masih tersisa di piringnya sedangkan yang lainnya sudah menghabiskan makanannya.
Dafa meletakkan sendoknya diatas piring se usai makan.
"Masih ada muka kamu buat pulang kerumah?" Ucap Dafa tidak peduli jika Gio belum menyelesaikan makanannya.
Gio yang awalnya sedang mengunya sesuap nasi sambil menatap kosong kesembarang arah kemudian memusatkan perhatiannya kearah sang pemilik suara.
Entah apa yang akan dikatakan Dafa dia tidak tau. Dari nada bicaranya terdengar seperti sedang emosi, memangnya kesalahan apa yang dia perbuat?
"Pah," tegur Alya. Alya sendiri juga tidak tau kenapa tiba-tiba sekali Dafa terlihat emosi. Alya tidak suka jika di meja makan gini ada keributan. Apalagi Alya melihat Gio yang belum menyelesaikan makanannya.
"Salah Gio apa ya pah?" Tanya Gio sambil meletakkan sendoknya lalu menatap lurus Dafa yang duduk tepat dihadapannya.
Tangan Dafa mengepal erat menahan emosinya. "Tadi pagi, papa liat kamu bersama kakek tua itu." Jelas Dafa.
Gio terdiam sejenak. Pagi tadi dia memang sedang bersama kakeknya di rumah sakit, jadi Dafa melihatnya disana?
"Apa rencana kamu kali ini? Ga cukup kamu udah mempermalukan papah kamu ini dulu? Atau kamu udah lupa?"
Hehe update lagii~~~ maaf lama banget 😭🙏🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Fiksi RemajaBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...