22. Kekecewaan

770 50 0
                                        

Sudah satu minggu Gio lewati dengan damai dan tenang. Hubungannya dengan Nara juga sudah membaik, tidak ada lagi tatapan kebencian dari Nara membuat hati Gio melega.

Hari ini adalah hari Jumat, yang dimana setiap siwa SMA Adiwijaya harus saling membantu untuk membersihkan kawasan sekolah bersama.

Setelah selesai mengikuti kegiatan tersebut, Gio tidak langsung masuk ke kelas melainkan pergi ke toilet terlebih dahulu. Sekarang dia melangkahkan kakinya untuk menuju ke kelas setelah balik dari toilet, namun langkahnya terhenti ketika melihat adiknya seperti sedang berusaha memanjat pagar tinggi belakang gedung sekolah.

Setelah Alfa berhasil melewati pagar itu Gio mulai bergerak untuk mengikuti adeknya itu. Melakukan hal yang sama, memanjat pagar.

Dia sedikit kesulitan saat memanjat pagar karena tubuhnya tidak sejangkung Alfa. Dan akhirnya setelah berusah payar Gio berhasil namun sayangnya dia kehilangan jejak Alfa.

Kepalanya menoleh kanan-kiri untuk mencari sang adik.

Setelah menelusuri jalanan akhirnya Gio menemukan Alfa di sebuah gang kecil berdiri sendirian. Gio sangat terkejut ketika melihat Alfa yang sedang merokok disana. Langsung saja Gio menghampiri Alfa dan merebut batang rokok dari tangan Alfa.

Meremat batang rokok tersebut tidak peduli dengan sumbu rokok yang masih menyala kemudian membuangnya ke sembarang arah. Tangannya mengibas-ngibas udara untuk menghilangkan asap rokok yang masih mengepul.

Alfa tersentak dikala batang rokok yang dia pengang di rebut tiba-tiba oleh seseorang. Matanya mebulat sempurna ketika melihat pelakunya adalah kakaknya.

"Sejak kapan?" Tanya Gio dengan tatapan datarnya.

Alfa meneguk salivanya. Entah mengapa tatapan Gio kini terlihat menyeramkan. "Bu...buka urusan lo." Jawab Alfa dengan terbata.

Mengabaikan Gio kini Alfa malah mengambil kembali batang roko yang masih ada di bungkusnya.
Gio menarik nafanya, jengah juga menghadapi adiknya yang semakin nakal ini.

Gio langsung saja merebut bungkusan rokok itu dari Alfa. Alfa kemudian berdecak kesal. "Apa-apaan si lo a?" Alfa mencoba merebut sebungkus rokok yang ada di tangan Gio namun tangannya di tepis secara kasar.

"Gua tanya sejak kapan lu mulai ngerokok Alfa?" Tanya Gio sekali lagi dengan nada yang di tinggikan sambil mencengkram kerah seragamnya.

Alfa sedikit memberontak namun akhirnya dia pasrah, tidak pernah sama sekali kakaknya itu melakukan hal sekasar ini padanya. Jadi dia tidak berani melawan lagi. "Baru pertama, gua cuman mau nyoba doang." Ucap Alfa dengan jujur.

Tangan Gio mulai merenggangkan cengkramannya. Menghela nafasnya sejenak sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan coba-coba sama rokok. Itu bikin kecanduan asal lo tau." Ucap Gio kini menatap mata Alfa.

"Lo harusnya bersyukur udah sehat sekarang, jadi jangan ngerusak bagian tubuh lo yang lain. Roko ga bagus buat paru-paru."

"Gua ga masalah lu sering bolos, berantem atau buat kekacauan lainnya asal jangan ngerokok, jangan bikin gua kecewa sama lu"

Gio melepaskan cengkraman tangannya lalu membenahi seragam Alfa yang kusut karena ulahnya. Kemudian rokoknya dia taruh di saku celananya.

"Gua bilang ini bukan demi lu doang tapi demi orang lain di sekitar lu. Kasian kalau mereka kena dampaknya juga cuman karena mereka jadi perokok pasif."

Entah mengapa ucapan Gio sedikit menusuk Alfa. Perasaannya berkecamuk tak karuan. Kini Gio sudah melangkah menjauhinya, Alfa hanya menatap punggung datar kakaknya itu yang kemudian menghilang perlahan.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang