"Jadi kamu Fito temennya Gio yang sekarang jadi ketua geng sma itu?" Tanya Gama pada Fito.
Gama menatap lekat pada Fito sedangkan yang di tatap kini sedang ketar-ketir. Entah mengapa di mata Fito, Gama begitu menyeramkan sejak dulu.
"I...iya om, eh kek." Jawab Fito sekenanya.
"Saya pernah denger kalau kamu berteman sama kedua cucuk saya dari kecil."
Kepala Fito mengangguk sebagai jawaban.
Terdengar helaan nafas panjang dari Gama. Fito memberanikan dirinya untuk menatap Gama untuk melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Gama.
"Kamu yang udah hasut cucuk saya buat gabung ke geng kamu itu?" Tanya Gama.
Mendengar jawaban tersebut tentu saja Fito menggelengkan kepalanya dengan yakin. Justru sebaliknya lah, Fito yang di hasut mereka untuk bergabung dalam geng tersebut.
"Bukan saya kek, serius. Justru itu geng buatan Gio sendiri." Jawab Fito.
"Gio?" Ucap Gama meyakinkan perkataan Fito.
"Iya, Gio sendiri yang membentuk geng itu."
Dalam hatinya sendiri Fito terus mengucapkan maaf pada Gio karena sudah mengatakan hal tersebut, demi menyelamatkan dirinya dari tuduhan tak berdasar Gama.
"Hahh, ternyata Gio sendiri ya yang menjerumuskan kalian kedalam pergaulan bebas itu."
"Maksud kakek apa? Geng kita ga seperti apa yang kakek pikirkan." Ucap Fito dengan beraninya.
Gama menatap tajam Fito membuatnya menciut, kembali menundukkan kepalanya.
"Saya tau kalian ikut balapan liar, dan kamu masih bilang itu bukan pergaulan bebas."
Ucapan Gama berhasil membungkam Fito. Tidak salah, tapi mereka punya alasan baik di balim itu.
"Saya tau kalian bertaruh uang disana, dan entah buat apa uang itu sampai-sampai Gio memohon-mohon pada saya untuk meminjamkannya uang untuk kalian."
Fito mengerutkan keningnya, Gio meminjam uang pada kakeknya sendiri demi Rather? Untuk apa?
"Saat itu saya memang tidak bertanya alasannya mengapa Gio meminta uang sebanyak itu pada saya."
"Saat Gio bilang uang itu untuk gengnya saya langsung berasumsi kalau dia kalah taruhan atau di palak dengan ancaman."
"Tentu saja saya marah pada Gio, dengan beraninya dia datang pada saya dan tanpa malunya meminjam uang pada saya."
"Pada akhirnya saya meminjamkannya karena dia satu-satunya cucuk saya yang akhirnya menemui saya, dengan syarat dia harus membubarkan geng tersebut setelahnya atau tidak saya sendiri yang akan membubarkannya."
"Tepatnya satu tahun yang lalu. Saya ingin tanya sekarang, untuk apa uang itu kalian gunakan?" Tanya Gama.
Fito kembali mengingat-ingat, uang yang di sebut Gama, matanya membulat sempurna ketika dia berhasil mengingat kejadian yang sempat terjadi di tahun lalu.
.
.
."Kita gagal taruhan," ucap Rakel yang baru saja tiba di markas Rather.
Tentu saja Rather memiliki markas khusus selain di parkiran sekolah. Sebuah bangunan tua yang terletak tidak jauh dari pusat kota Bogor. Meskipun sudah usai bangunan itu tetap berdiri kokoh dan menjadi tempat favorit beberapa anggota Rather.
Setelah kembali dari tempat taruhan Rakel, Fito , dan beberapa anggota Rather yang lain datang dengan wajah masamnya.
"Uang itu gagal kita bawa pulang." Ucap Fito kemudian menghela nafas beratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
Teen FictionBagaimana bisa dalam beberapa waktu dia mendapatkan tatapan kebencian dari semua orang? Dari kedua orang tuanya, adiknya, kekasihnya bahkan temannya "Dari mana aja kamu? Baru sekarang muncul? Kamu ga mikirin kondisi adek kamu hah? Dia lagi berjuang...