10. Rencana Besar

671 45 0
                                    

Dua hari kemudian Gio kembali menampakkan dirinya ke sekolah. Tujuan utamanya kini adalah kelas Nara.

Dia benar-benar merasa bersalah dengan Nara karena kejadian dua hari yang lalu.

Saat sampai kelas Nara, Gio melihat Nara yang sedang duduk sambil menenggelamkan kepalanya di lekukan tangannya.

Gio menghampiri Nara dan menepuk bahunya pelan.

"Raa.." lirih Gio.

Nara yang merasakan tepukan itu pun bangun dan memposisikan badannya agar tegak. Pandangannya berubah menjadi tatapan kebencian setelah melihat siapa yang datang.

Hati Gio merasa seperti tertusuk ketika melihat pandangan tidak bersahabat dari Nara.

"Mau apa lo kesini?" Tanya Nara ketus.

"Ra gua mau minta maaf soal kemaren Ra."

"Enteng banget lo minta maaf, asal lo tau aja kita di diskualifikasi gara-gara lo yang ilang tiba-tiba dan dengan gatau malunya muncul dan minta maaf segampang itu." Ucap Nara.

Kalimat menusuk itu baru pertamakali Gio dengan dari Nara.

"Lo tau kan seberapa penting hal itu untuk gua?! Lo bilang lo bakal bertanggung jawab Yo, tapi apa? Loh malah ilang ga jelas dan ngancurin semua harapan gua. Gua udah kehilangan segalanya Yo gara-gara lo yang egois! Bajing*n lo Yo" kini emosi Nara benar-benar berada di puncaknya. Dadanya naik turun tidak beraruran karena amarah yang menelannya.

Gio menundukkan dalam kepalanya. Sungguk kata-kata yang amt menyakitkan baginya namun dia tidak menyangkalnya karena ini memang kesalahannya.

Untung saja hanya ada mereka berdua kini di kelas jadi setidaknya tidak menimbukan rasa penasara orang lain mengenai keributan yang terjadi.

"Maaf." Kesekian kalinya Gio meminta maaf.

Nara yang jengah pun memutuskan meninggalkan Gio karena dia tidak ingin dirinya kelepasan dan menimbulkan masalah.

.
.
.

Kini Gio berada di parkiran sekolah, tempat biasanya para anggota Rather berkumpul.

"Lagian salah lu juga si Yo kenapa tiba-tiba ilang." Ucap Fito.

Gio menceritakan semuanya pada teman-temannya mengenai kejadian hari itu.

"Coba lo ngomong baik-baik terus kasih alesannya ke dia supaya dia paham."

Gio hanya diam enggan untuk menjawabnya. Karena dia tidak berniat menjelaskan alasannya itu pada Nara.

Di hari itu dia sedang dalam perjalanan ke lokasi lomba. Dia tau tubuhnya sedang tidak baik-baik saja tetapi Gio memaksakan dirinya untuk tetap mengikuti lomba itu.

Gio segera berangkat saat Nara menelfonnya dan Gio berkata akan segera datang.

Dia bahkan kabur dari pengawasan Jeno agar tetap bisa mengikuti lomba namun di tengah perjalanan pandangannya kabur dan seluruh tibuhnya sakit bahkan motornya hampir menabrak tiang jalan kalau saja dia tidak segera menghidar.

Nafasnya sudah tidak karuan bahkan Gio terbatuk beberapa kali hingga darah keluar dari mulutnya.

Pas saat itu Nara menelfon dan Gio sempat mengangkatnya namun kegelapan lebih dulu menyita pandangannya dan hanya kata maaf yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya tidak sanggup lagi hingga kesadarannya pun hilang.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang