17. Ke khawatiran Alfa

911 63 0
                                    

Alfa dibuat terkejut ketika melihat Vernon yang sedang sibuk di dapur rumahnya. Entah apa yang di lakukan abang sepupunya itu. Dia pun menghampiri Vernon.

"Bang, lu ngapain anjir ko tiba-tiba ada di sini." Tanya Alfa. Sambil memperhatikan Vernon yang sibuk memotongi wortel.

Vernon menghentikan aksinya lalu menatap Alfa, "loh Fa? Kok udah pulang jam segini?" Tanya Vernon.

Alfa ragu untuk menjawab dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya tadi dia bolos sekolah dan memutuskan pulang ke rumah karena dia pikir tidak akan ada siapa-siapa di rumah. Eh ternyata ada Vernon.

"Bolos lu ya?"

Tidak menjawab Alfa malah langsung duduk di kursi bar yang ada di dapurnya.

"Lo sendiri ngapain kesini bang? Lo bolos sekolah juga kan?" Tanya Alfa.

Vernon hanya bisa menghela nafas pasrah karena pertanyaannya malah dilemparkan kembali.

"Itu si Gio sakit makanya gua mau nemenin dia dulu disini." Ucap Vernon.

Alfa mengerutkan keningnya, "sakit apa bang? Gara-gara kenapa emangnya?" Tanya Alfa.

Vernon diam sejenak kembali teringat mengenai penyakit kanker yang di derita Gio membuatnya bersedih. Namun sepertinya Vernon tidak bisa mengatakan itu pada Alfa.

"Demam, kemaren anaknya abis ujan-ujanan sama si Fito." Ucap Vernon.

Alfa mengangguk lalu kembali bertanya. "Parah ga bang demamnya?"

"Semalem panasnya tinggi banget tapi sekarang udah mendingan, tapi dia belom bisa masuk sekolah sampe besok kayanya."

"Loh kenapa? Se parah itu emangnya?"

"Ya pokonya buat jaga-jaga aja si lebih baik ga masuk sekolah soalnya sekarang aja anaknya masi lemes gitu. Kasian gua ngeliatnya."

"Terus sekarang lu lagi ngapain nguyek di dapur rumah gua gitu?" Tanya Alfa.

"Ohh ini, gua lagi buat bubur buat si Gio dari tadi belum makan anaknya." Ucap Vernon.

Tangannya melanjutkan aksinya memotong sayuran kemudian meracik bumbu-bumbu. Tangannya sudah lihai untuk melakukannya. Vernon ini memang jago masak jadi ga heran karena nanti makanannya pasti rasanya enak.

"Lu ada masalah dek sama Gio?" Tanya Bernon tiba-tiba.

Alfa yang awalnya fokus menatap layar ponsel kini beralih menatap punggung tegap Vernon. "Kenapa?" Tanya Alfa.

"Gua sering denger Gio kena masalah mulu gara-gara lu." Ucap Vernon.

"Itu si dianya aja yang ikut campur sama masalah gua." Alfa berdecak kesal mengingat Gio yang selalu saja melibatkan diri dengan apa yang dia lakukan di sekolah.

"Jangan gitu Fa, lo ga kasian sama dia? Sering di panggil ke bk, di marah-marahin padahal bukan dia yang salah."

Alfa terdiam, enggan untuk menjawab lagi perkataan Vernon. Alfa kemudian memutuskan pergi dari dapur untuk membersihkan dirinya. Sedangkan Vernon hanya pasrah dengan sikap adik sepupunya yang memang minim akhlak itu.

.
.
.

Langit sudah gelap, hanya kesunyian yang menyelimuti dalam rumah. Di rumah kini hanya ada Gio dan Alfa. Alfa sedari tadi berdiri di depan kamar Gio. Dia bimbang dengan dirinya sendiri untuk memutuskan masuk atau tidak ke kamar Gio.

Tangannya membawakan semangkuk bubur yang tadi dibuat Vernon. Vernon sudah pulang tadi sore dan dia menitipkan Gio padanya.

Alfa sedikit merasa khawatir karena kakaknya tidak kunjung keluar dari kamarnya sejak dia datang ke rumah.Bahkan Alfa sengaja diam di sofa depan ruang kamar Gio agar bisa memantau pergerakan Gio dari luar.

Setelah lama bergelut dengan pikirannya sendiri Alfa memutuskan untuk masuk ke kamar Gio.

Alfa mengetuk pintu kamar Gio dan tak lama kemudian dia mendapatkan jawaban dari dalam dan langsung saja masuk.

Dapat di lihat Gio yang malah sedang asik dengan ponselnya sambil sesekali tertawa sebagai reaksinya.

Alfa mendengus kesal ketika melihatnya. Seharian ini dia di buat khawatir sama Gio yang ga kunjung keluar kamar. Dan ternyata Gio malah sedang meng scroll tikt*k di hpnya.

Gio menghentikan tawanya ketika melihat Alfa yang sudah berdiri sempurna di samping kasurnya.

Sedikit terkejut ketika melihat tenyata Alfa yang masuk ke kamarnya, dia kira Vernon lah yang datang.

"Lo dek? Kenapa kesini, butuh sesuatu kah?" Tanya Gio.

Alfa meletakan mangkuk yang di bawa ke atas nakas samping kasur Gio, "makan abisin, pokonya gua balik lagi kesini itu piring harus udah kosong." Lalu Alfa kembali beranjak keluar dari kamar Gio tanpa menunggu jawaban dari Gio.

Gio pun terheran-heran dengan tingkah adiknya yang tidak seperti biasanya.

Gio menatap semangkuk bubur yang ada di atas nakasnya lalu tersenyum, pasti adiknya itu sedang khawatir dengannya. Pikir Gio.

.
.
.

Di ke esokan harinya Alfa memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah untuk menemani Gio di rumah. Meskipun binRatih sudah kembali entah mengapa dia tetap khawatir.

Alfa membuka ponselnya dan mengetikkan beberapa pesan pada mamahnya.

Sebenernya dia bisa saja langsung bolos ga usah bilang ke Alya tetapi karena ada bi Ratih di rumah jadi dia harus izin agar tidak dimarahin takut bi Ratih melaporkannya kepada Alya.

Anda
Mah Alfa ga sekolah dulu ya hari ini.

Mmhku
Loh kenapa sayang?
Kamu sakit? Perlu mamah pulang?

Anda
Ga mah, bukan aku yang sakit
A Gio lagi sakit
Aku mau nemenin dia di rumah.

Mmhku
Sakit apa dia dek?

Anda
Demam mah
Udah mendingan si
Tapi masih pucet gitu mukanya kasian

Mmhku
Ohhh, yaudah kalau gitu.
Udah ya mamah ada meeting penring dulu.

Alfa kini memperhatikan Gio yang sedang bersantai atas sofa ruang keluarga.

Tadi sebenernya Gio sudah mau berangkat sekolah namun tidak jadi karena Alfa memarahinya terlebih dahulu. Jadilah Gio hanya rebahan di atas sofa dengan menggunakan seragam sekolahnya.

.
.
.

Tidak terasa seharian sudah Gio lalui hanya dengan nonton, makan dan bermain game. Benar-benar dia tidak melakukan hal lainnya.

Sebenarnya sekarang dia sangat bosan dan ingin bermain keluar, jarang sekali dia ada di rumah seharian. Biasanya kalau sore hari gini Gio berkeliling kota Bogor mengendarai motor sambil menghirup udara sore hari, namun Alfa terus melarangnya untuk keluar bahkan mengancamnya untuk melaporkan Dafa.

Ingatkan kalau motor Gio sedang di sita oleh Dafa jadi Gio tidak bisa se enaknya menggunakan motor untuk sekarang. meskipun kuncinya disimpan di tempat yang terjangkau olehnya.

Begitulah seharian yang Gio habiskan dengan penuh kebosanan meskipun ada Alfa sekalipun di rumah tetapi mereka tidak banyak berinteraksi.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang