Keesokan harinya, Nino berangkat pergi kerja seperti biasanya. Sementara Tarra pergi ke coffeeshop yang dikelola olehnya. Keduanya beriringan masuk ke garasi dan untuk masuk ke dalam mobilnya masing masing.
Sembari memanaskan mobilnya, Nino menelfon Jihane dengan menggunakan airpods. Tentu saja agar tak terdengar oleh Tarra yang mobilnya terparkir tepat disebelahnya.
"Pagi, sayang" sapa Nino setelah ia tersambung dengan Jihane yang berada di ujung telfon sana
"Pagi sayang" balas Jihane dengan manja
"Kamu udah mau berangkat ke kantor ya, yang ?" Tanya Jihane kemudian
"Iya, kamu hari ini ngapain ?" Tanya Nino balik sembari mengetuk ngetuk setir mobilnya
"Aku nemenin Mama packing aja sih hari ini karena besok Mama sama Papa bakalan pulang ke Semarang, banyak urusan disana" jawab Jihane
"Oh ya udah, jangan capek capek kamunya tapi.. Mama sama Papa ada mau dibawain oleh oleh apa ga ?" Tanya Nino kemudian
"Apa ya ? Ga usah deh, yang.. nanti malah ngerepotin kamu" jawab Jihane sembari mengubah posisinya menjadi bertelungkup diatas tempat tidurnya
"Ga kok, ga repotin aku.. kebetulan rekan bisnis aku ada di Bogor dan nanti siang kita ketemuan.. nanti aku bisa minta tolong bawain ke dia buat oleh oleh Mama sama Papa" ujar Nino dengan tenang
Sungguh bagaimana Jihane tak jatuh hati pada Nino yang sekarang, yang perhatian dan juga lebih dewasa dan tenang dibandingkan dengan yang dulu meskipun hampir sama tapi ada sikap yang berbeda dari Nino yang sekarang.
"Ya udah kalo gitu macaroni panggang atau lasagna gulung kali ya ? Menurut kamu yang mana ?" Tanya Jihane kemudian
"Dua duanya juga boleh" jawab Nino sembari diam diam ia tersenyum
Nino memundurkan mobilnya untuk keluar dari garasi, sementara Tarra sudah lebih dulu keluar dan langsung pergi menuju coffeeshop milik Nino yang masih dikelola oleh Tarra.
"Jangan yang, nanti ga abis.. kan sayang jadi mubadzir" jawab Jihane dengan tegas
"Ya udah gini aja, kamu pastiin dulu mau yang mana.. nanti call aku kalo udah tau mana yang mau kamu pilih buat oleh oleh Papa dan Mama.. aku berangkat dulu ke kantor ya ?" Tanya Nino sembari melajukan mobilnya dengan pelan keluar dari gerbang rumahnya
"Ya udah deh iya, kamu hati hati di jalan ya ? Jangan kebut kebutan" pinta Jihane dengan sangat lembut membuat Nino semakin tersenyum saat mendengar suara Jihane
"Iya sayang" jawab Nino kemudian
Tak lama kemudian sambungan telfon pun dimatikan dan Nino menyegerakan diri melajukan mobilnya menuju kantor sebelum dirinya kesiangan dan terjebak macet di jalan.
Sementara itu di lain tempat, Justin baru saja menjemput Tere dari kediamannya dan langsung melaju menembus jalanan ibukota yang padat merayap. Sesekali Justin menoleh ke arah Tere dan memastikan bahwa tunangannya itu baik baik saja karena sedaritadi Tere hanya diam dan tak mengucapkan sepatah katapun kepadanya.
"Sayang, kamu kenapa ?" Tanya Justin kemudian sembari sesekali menoleh ke arah Tere
Tere menoleh sekilas pada Justin lalu ia kembali dalam diamnya.
"Kamu masih marah sama aku ?" Tanya Justin lagi karena Tere masih enggan untuk berbicara padanya
"Kenapa harus aku sih ? Kenapa bukan Nadine atau yang lainnya ? Harus banget ini aku ketemu lagi sama Nino ?" Tanya Tere kemudian, ia benar benar tak habis pikir dengan tunangannya sendiri yang menyuruhnya untuk menyerahkan beberapa berkas penting ke Tjahjono Group dan itu berarti besar kemungkinannya ia akan bertemu kembali dengan Nino, sang mantan kekasih yang amat sangat sulit untuk dilupakannya
KAMU SEDANG MEMBACA
You're So Fine
Non-Fictionini kisah Nina Bastara Tjahjono yang akrab dipanggil Nino dengan segala konflik dalam hidupnya. Melanjutkan segala kerumitan yang ada di season 1 dengan judul "Are You My Sunshine ?". Akankah semuanya baik baik saja ? akankah Nino sembuh dari traum...