"Boss.. gue tadi udah chat.. liat shareloc dari gue ya" ujar Juna dalam sambungan telfon dengan Nino
"Oke, gue anter Jihane dulu abis itu gue kesana" ujar Nino sembari menoleh kearah Jihane yang terlihat sedang bertanya tanya mengenai siapa yang menelfon Nino saat ini
"Oke bos, ditunggu" ujar Juna yang langsung mematikan sambungan telfon nya
Jihane masih menatap Nino dengan penuh tanda tanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 wib, namun ia mendengar Nino akan menghampiri seseorang diluar jam kerja. Dan itu membuat Jihane bertanya tanya tentang siapa yang menelfon Nino barusan.
"Kamu mau kemana ?" Tanya Jihane kemudian sembari tetap memandang wajah Nino yang tengah fokus mengemudi
"Ga kemana mana sayang, cuma ngecek proyek aja sama Juna" ujar Nino dengan lembut sembari tersenyum ke arah Jihane
"Malem malem gini ?" Tanya Jihane mencurigainya
"Ya mau gimana lagi yang, aku harus ngecek ke proyek.. apa iya ada kecurangan yang dilakukan sama rekan kerja aku ? Ya meskipun nominal di laporannya ga bikin aku miskin, tapi aku ga suka dengan tikus tikus sialan yang suka menggerogoti uang itu" ujar Nino sembari mencengkram setir namun ia tetap berusaha memperlihatkan ekspresi tenangnya
"Cuma ngecek ke proyek kan bisa besok ?" Tanya Jihane lagi
"Kalo pagi atau siang, aku ga punya bukti untuk menjerat mereka.. aku harus ngecek sekarang ke proyek" ujar Nino berusaha meyakinkan Jihane
Jihane menghela nafasnya sejenak lalu menghembuskannya dengan kasar. Pasalnya ia pernah melihat Nino secara brutal menghajar orang yang mengganggunya, apa yang kali ini ia rencakan ? Jihane hanya takut Nino akan melakukan sesuatu diluar nalar yang akan mengancam keselamatannya sendiri.
"Bener cuma ngecek proyek doang ?" Tanya Jihane lagi untuk memastikan bahwa Nino takkan membohonginya
"Iya sayang, kamu mau aku telfon Juna biar Juna yang ngomong sama kamu ?" Tanya Nino balik sembari tetap memfokuskan diri menatap jalanan dihadapannya
"Ya udah, iya.. tapi kamu hati hati ya ? Jangan aneh aneh dan macem macem, inget.. aku ga suka kalo kamu aneh aneh" ujar Jihane dengan tegas
"Iya sayang" jawab Nino sembari menoleh ke arah Jihane dan tersenyum
Sesampainya di apartemen Jihane, Nino tak mampir terlebih dulu. Ia hanya memastikan bahwa Jihane sudah sampai dengan masuk ke dalam apartemennya. Barulah ia pergi menuju lokasi yang di share oleh Juna.
Dadanya bergemuruh, ia benci dengan tikus tikus nakal yang berani menggerogotinya. Emosi menguasai batinnya hingga ia hanya memikirkan bagaimana caranya menghilangkan dua nyawa sekaligus dalam satu malam ini.
Sesampainya di lokasi, Nino berjalan pelan seolah tak ada emosi yang menguasai dirinya. Ia nampak tersenyum saat melihat Nadine dan Justin yang tengah diikat oleh Juna dan yang membuat Nino puas adalah Juna dapat melakukannya sendiri.
"Boss.." sapa Juna kemudian dan Nino langsung tersenyum melihat Juna, ia menepuk bahu Juna dengan pelan saat Juna memberikan bukti bukti pendukung perselingkuhan antara Justin dengan Nadine lewat ponselnya
"Mau diapain mereka boss ?" Tanya Juna sembari mengusap pergelangan tangannya, ada bekas cakaran dan Nino menduga itu disebabkan oleh Nadine karena hanya dia yang memiliki kuku panjang
"Biar jadi urusan saya" bisik Nino pelan namun terdengar sangat mematikan dan Juna hanya mengangguk patuh
Nino berjalan pelan sembari tersenyum, ia mengambil sebuah tongkat besi yang tergeletak begitu saja. Lalu menaruhnya di bahu sembari berjalan melenggang mendekati target pertama, Jeremiah Justin Sianturi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're So Fine
Non-Fictionini kisah Nina Bastara Tjahjono yang akrab dipanggil Nino dengan segala konflik dalam hidupnya. Melanjutkan segala kerumitan yang ada di season 1 dengan judul "Are You My Sunshine ?". Akankah semuanya baik baik saja ? akankah Nino sembuh dari traum...