*
*
*
Butuh dua tahun baginya untuk menunggu. Akan menjadi apa inangnya, ia butuh waktu selama itu.
Bahkan alpha pun bisa menjadi sangat lemah dan ia tak mau inangnya menjadi alpha di urutan terbawah.
Kim Yechan hanya bisa meringkuk diam, tak pernah bicara, bahkan pada bayi -satu-satunya yang bisa mendengarnya.
Namun, hari demi hari ia amati perkembangan anak ini, nyatanya inang itu tumbuh sesuai dengan harapannya. Setidaknya sejauh ini, itu masih sesuai dengan ekspektasi.
Bayi ini juga jarang menangis, sungguh ia suka dengan anak kecil yang tidak merepotkan dan berisik seperti ini.
Walau ada alasan juga mengapa bayi ini yang dipilih untuk menjadi tempat penyegelan dirinya. Selain tanggal dan bulan lahir yang sama, bayi kecil ini juga dibenci oleh orangtuanya sendiri.
Jika boleh dikatakan, inangnya sengaja diberikan, berharap terjadi kegagalan, dan berakhir dengan kematian.
Tentu saja, sekalipun Kim Yechan dikurung karena kejahatannya, ia tak akan membiarkan terjadi sesuatu pada inangnya. Karena jika bayi ini mati, maka ia juga akan lenyap tak bisa kembali.
*
*
*
Jaehan masuk ke dalam kamar yang sebenarnya sering ia kunjungi, meski pemiliknya tak ada lagi. Tanpa sepengetahuan orang lain, ia meratapi adiknya yang ia benci, namun juga ia sayangi sepenuh hati.
Bagaimana pun, mereka bertiga lahir di saat yang hampir sama. Ikatan batin di antara ketiganya, tak bisa diragukan oleh siapapun juga.
Kini, Yechan kembali. Jaehan bahkan mulai bingung harus bahagia atau justru takut pada adiknya sendiri. Takut akan terulang lagi hal yang paling tak ia ingini.
Kali ini, ia tak sendiri, melainkan bersama Sebin.
Keduanya masuk lalu duduk di antara Yechan yang tengah tertidur lelap.
"Jadi, dia Yechan yang kita kenal atau ... bukan?"
Jaehan menghela, ia yang mengambil tempat di dekat kepala Yechan pun mulai menjelaskan.
"Percakapan ini pasti akan didengar oleh adik tersayang kita, Sebin-ah."
"Apa itu akan menjadi masalah?"
Jaehan menggeleng, memutuskan untuk melanjutkan, "Anak ini ... dia sudah menjadi inang bagi adik kita sejak bayi. Di dalam tubuhnya tersegel jiwa Kim Yechan."
Sebin tak butuh banyak penjelasan, ia sudah mengerti apa maksud kakaknya.
Dahulu saat penyegelan Yechan, mereka memang tak diijinkan untuk melihat. Sebin ingat saat Yechan di bawa pergi, dia mengurung diri karena ikut merasakan sakit di tubuhnya, sementara Jaehan yang sebenarnya juga merupakan inti dari permasalahan justru mengamuk, dan melukai hampir setengah dari gamma penjaga di pack mereka. Bahkan saat pembakaran jasad Yechan, Jaehan masih mengurung diri di dalam kamarnya sendiri.
Karena itu, ikatan antara kasih sayang dan benci ini sungguh tak bisa mereka hindari.
"Kau tak ingin memeluknya?" Sebin menatap Yechan. "Anak ini bukan adik kita, tapi aku benar-benar merindukannya."
Jaehan ikut menunduk, "Aku takut ... dia membenci kita, membenci Antella, Sebin-ah."
Sebin tahu kegelisahan Jaehan. Sebagai Leader pack, Jaehan harus segera mengambil keputusan. Karena Kim Yechan tak bisa mereka remehkan, tak bisa pula terus disembunyikan.
Ada alasan mengapa adiknya sampai disegel. Selain karena cinta terlarang yang dimilikinya, Yechan juga seorang Enigma.
Enigma yang menyadari kekuatan yang dimilikinya dan itu sangat berbahaya.
"Aku tidak lagi memiliki wewenang untuk ini, Hyung. Kurasa aku hanya bisa menyerahkan padamu."
"Sebin-ah, kau tetap adikku-"
Sebin tertawa, "Tentu saja, Hyung. Tak ada yang menyangkal ikatan yang kita punya, tetapi kealpha-anku sudah hilang sekarang. Tak akan ada lagi yang mendengarkanku bahkan jika aku memaksa untuk ikut ke dalam pertemuan itu."