Hyuk gelisah. Merasa ada yang salah.
Terjadi sudah hampir satu bulan ini. Ia hanya menyembunyikan, berusaha untuk tidak membuat keributan.
Masalah Yechan yang mengamuk di Antella belum juga reda. Yang menyakitkan adalah ia masih harus menyaksikan sahabatnya itu dibawa pergi dengan rantai besi. Hyuk menduga pasti ada lapisan perak di atasnya.
Kim Yechan yang biasa melawan jika ada ketidak-adilan, kini tampak diam. Keduanya saling pandang, namun sebelum benar-benar pergi, Hyuk bisa melihat seringai sang sahabat yang jujur saja itu membuat kekhawatirannya untuk sesaat sirna.
"Yechan ... dia akan baik-baik saja, 'kan?"
Di sisinya, Sebin hanya menghela. Berkata tak bisa berharap apa-apa.
Kim Yechan sudah menjadi musuh Antella.
"Aku bahkan tak tahu akan diapakan adikku di sana. Jaehan Hyung juga belum membaik juga."
Tak hanya fisik, namun juga mental yang diobrak-abrik.
Setelah acara pemakaman kedua orang tuanya, Jaehan masih mengurung diri dan tak mau bicara.
"Dia akan jadi leader pack, Jaehan tak boleh berlarut-larut karena banyak juga yang masih harus diusut. Jika kalian membiarkan dan tampak diam sementara banyak korban berjatuhan yang belum dimintai pengampunan, itu tak akan bagus untuk kepemimpinannya ke depan."
Bahkan jika rumor Yechan dikalahkan oleh Jaehan sudah menyebar, namun menjadi pemimpin tak hanya soal kekuatan.
Sebin mengangguk. Akan tetapi, tak bisa gegabah juga. Perasaan Jaehan sampai kepadanya, ia juga merasakan sakitnya pengkhianatan yang dilakukan Yechan.
Sebin hanya tak mau semakin melukainya.
"Kau sendiri bagaimana, Sebin-ah?"
"Aku? Aku serigala penyembuh. Jadi, aku bisa menyembuhkan diriku dengan cepat. Tapi, terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku, Hyuk-ah."
Sebin mendongak, tersenyum padanya. Cantik seperti biasa, membuat Hyuk saat itu juga terdiam karena terpesona.
"Mungkin sejak hari itu. Sejak saat aku mulai menyadari perasaanku, kondisi tubuhku juga mulai berubah semakin tak menentu."
Hyuk menyadari, namun tak bisa mengendalikan diri. Ia menjadi lebih kasar. Bahkan hal kecil pun mampu membuat Hyuk sangat gusar.
Kim Yechan terdiam. Menjepit dagunya, seolah ia mencoba merangkai kejadian-kejadian yang tampaknya berkesinambungan.
"Jadi, apa racunnya mengalami kegagalan karena kita berdua melibatkan perasaan?"
Hyuk menggeleng pelan, namun mengungkapkan kekhawatiran beberapa detik setelahnya. "Jika begitu, kau harus mengawasi anak ini. Bisa jadi selama ini ia terkendali karena tak ada satu orang pun yang ia sukai."
Kim Yechan menganggukkan kepala. "Yang terpenting dari semua ini adalah aku harus mencari bukti, tapi kembali ke tempat itu ..."
"Jangan gegabah. Saat pertama kali masuk ke sana, itu adalah kesalahanku. Karena aku yang memaksamu. Sekarang, kau harus lebih berhati-hati, Yechanie."
"Mm. Aku tahu ..."
Sepulang dari kantornya, Jaehan melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua rumahnya. Tempat di mana Yechan berada.
Sebin sendiri sudah pamit ingin menemui elder malam ini. Saat Jaehan bertanya ada perlu apa, Sebin hanya penasaran atas apa yang Jaehan ceritakan soal penuturan Kim Yechan.
Masih teringat jelas dalam ingatan Sebin saat ia kehilangan ke-alpha-an, beberapa elder tampak mencurigakan. Namun, saat itu ia terlalu kalut untuk memperhatikan.
Akhir- akhir ini pun sama membuatnya bertanya-tanya, karena banyak sekali laporan yang datang tentang Enigma.
Enigma merajalela, begitu serentak, dan begitu tiba-tiba.
Banyak alpha depresi dan berakhir bunuh diri karena hilangnya dominasi.
Ia salah satu penyintas, beruntung bahwa yang mengubahnya menjadi begitu lemah adalah Yang Hyuk. Jika itu orang lain, entah Enigma itu dihukum mati, atau dirinya mungkin juga akan mengakhiri hidupnya sendiri.
Awalnya, ia pikir semua berjalan secara alami. Karena keterlibatan manusia, mungkin banyak werewolf yang berubah menjadi Enigma karena naluri liar mereka bereaksi. Namun, sekarang ia tak bisa berpikir seperti itu lagi. Antella mungkin sedang menguji, karena Enigma bisa menjadi senjata terbesar jika ingin melakukan invasi.
Sebin, meski dia tak lagi memiliki suara, tapi ia tetap bertanggung jawab karena darah sang pemimpin tak hanya mengalir pada diri Jaehan, melainkan dirinya juga. Bahkan Yechan -adiknya yang dianggap penjahat, rela kembali dengan segala resiko hanya untuk memperingatkan mereka tentang ini.
Sebin akan mencoba mencari tahu, walau sedikit ia berusaha untuk membantu.
Jaehan mengangguk, hanya satu pesannya, "Hati-hati, Sebinie ..."