25

451 52 7
                                    

Sebin bersandar pada pinggiran kolam mandinya. Ia pun memejamkan mata saat tiba-tiba merasakan kantuk yang luar biasa.

Namun, baru sebentar terlelap, ia dipaksa bangun saat mendengar suara pecahan kaca dari jendela di depannya.

Mencoba melindungi kepalanya, Sebin  menghalangi dengan tangan sebisanya. Namun, saat ia berusaha melihat orang gila mana yang masuk ke tempat pribadinya dengan paksa, Sebin seketika itu juga melonggarkan penjagaan.

"Hyuk-ah?! Ada apa?"

Tak peduli pada pertanyaannya, Hyuk yang tampak tak biasa itu pun langsung masuk ke dalam kolam pemandian yang Sebin gunakan.

Saat werewolf itu mendekat dan terlihat berbeda di matanya, barulah Sebin yang merasa waspada langsung mengubah wujudnya.

Ia berusaha keras menyadarkan Hyuk yang benar-benar tak bisa diajak bicara.

Hyuk justru menyerangnya dengan membabi buta. Sesaat, Sebin teringat adiknya, "Yechan-ah ..."

Tanda-tandanya sedikit mirip, hanya saja Hyuk terlihat lebih liar.

Karena tak ingin sahabatnya melakukan kesalahan yang sama, Sebin dengan cepat menubruk serigala setengah manusia yang sebenarnya berpostur dua kali lipat lebih besar dari dirinya hingga membentur tembok di belakang mereka.

"Hyuk-ah! Sadarlah!"

Tenaganya bahkan terasa sangat luar biasa. Sebin dilempar dengan mudahnya.

Geraman bersahutan. Kini, tak hanya cakaran, tapi juga gigitan Sebin berikan dengan tujuan untuk melumpuhkan. Namun, Hyuk semakin ganas saja.

Sebin berusaha. Mencoba menghalau setiap serangan, juga masih berusaha memanggil nama Hyuk agar mereka berhenti untuk saling melawan, namun ia yang sedari tadi memang sudah merasa kelelahan dan tak enak badan, pada akhirnya berhasil ditumbangkan.

Werewolf coklat itu lagi-lagi dilempar hingga punggungnya membentur kolam.

Tempat itu sudah kacau berantakan, namun tak ada satupun yang datang. Sebin terbatuk, lalu perlahan-lahan berubah lagi ke dalam bentuk manusianya.

Sudut bibirnya mengalir darah, ia usap pelan menggunakan punggung tangan.

"Hyuk-ah, hentikan ..."

Namun, Hyuk  tak mendengarkan. Ia berjalan penuh aura intimidasi dan menyeramkan menuju ke arah Sebin yang berusaha menyandarkan tubuhnya. Tampak kelelahan, kesakitan, dan karena merasa tak berdaya, ia pun mengakhiri segala perlawanan dengan kepasrahan.

Jaehan berada di perpustakaan, sudah pasti tak akan mendengar teriakannya. Jadi, ia hanya berharap akan ada yang datang, walau mustahil karena ini purnama dan semua orang jelas memiliki urusannya.

Lebih banyak yang mengurung diri daripada berkeliaran di luaran.

Hyuk mendekat dan mengangkat Sebin dengan mudahnya.

Werewolf itu membawanya pergi, ke dalam hutan gelap, hutan terlarang yang membuatnya semakin yakin tak akan ada lagi yang bisa menolongnya.

**

Sebin merasa aneh, tak seperti tadi, kali ini Hyuk memperlakukannya dengan lembut sekali.

Ia disandarkan pada pohon besar. Satu-satunya yang membuatnya tak nyaman hanya ia yang tak mengenakan satu lembar pun pakaian.

" Hyuk-"

Namun, Hyuk tak menjawab. Werewolf itu tak mengatakan apa-apa selain mengulurkan tangan dan mengusap pelan pipinya.

Kedua mata Sebin terpejam, sempat menghindar, namun Hyuk tak mengizinkan.

"Lihat aku."

Perlahan kelopak mata Sebin terbuka, ia dapati sosok tampan Hyuk sudah kembali. Kedua matanya membola, "Hyuk-ah, kau kembali?"

Hyuk hanya mengangguk, hanya saja mata kuningnya masih menyala, membuat Sebin yang sempat berpikir semua sudah baik-baik saja, kini kembali meragukannya.

Bahkan belum selesai dengan keterkejutannya tadi, Sebin semakin ditambah tak mampu berkata-kata saat Hyuk menjepit kedua pipinya, mencium bibirnya.

Ciuman pertama yang terasa tak seharusnya. Terasa salah, Sebin merasa bahwa ia dan Hyuk tak boleh dan tak bisa melakukannya.

Tanpa sadar, air matanya mengalir. Namun, mau menghindar pun terasa sulit sekali.

Entah kemana sikap tegasnya pergi. Mungkin karena ini adalah Yang Hyuk, mungkin karena ini adalah sahabat terbaik dan satu-satunya yang ia miliki.

Bahkan saat bibir Hyuk mulai menelusuri seluruh tubuhnya yang memang terbuka, Sebin hanya bisa mengeluarkan tangisannya. Bukan ia tak bisa melawan, melainkan karena besarnya kekecewaan yang ia rasakan.

Saat Hyuk menunduk, tangan Sebin sempat mengeluarkan cakar tajamnya, namun itu menghilang karena mungkin jauh di lubuk hatinya, ia tak ingin membuat Hyuk terluka.

Naifkah ia?

"Aku menyukaimu, Sebin-ah ... sejak dulu, tak pernah berubah ..." Hyuk justru merasa itu semakin bertambah. Semakin dipendam, semakin ia tenggelam.

Sebin tak menjawab pengakuan itu. Ia hanya mengeluarkan geraman kesakitan saat Hyuk yang tiba-tiba mengubah wujudnya, langsung memasukkan kemaluannya ke dalam anal Sebin yang jelas terluka karena dimasuki dengan paksa. Ukuran tubuh mereka pun benar-benar berbeda.

Tak ada sedikit pun desah menyenangkan yang keluar dari bibirnya. Bahkan saat Hyuk terus menerus menghujamnya, yang bisa Sebin lakukan hanya menggigit bibir menahan tangisan, juga ... kesakitan.

Harga dirinya sebagai seorang Alpha sudah terluka.

Harga dirinya sebagai anak dan adik dari pemimpin Antella sudah dikoyak tak bersisa.

Ia bukan apa-apa selain hanya pecundang yang tak bisa melawan sahabatnya.

Kini ... mate-nya sudah tak lagi terikat benang merah dengannya. Bahkan impian untuk membangun pack sendiri pun tak mungkin bisa diwujudkan.

Tubuhnya masih terus dihentak dengan begitu kerasnya.

Semakin lama, tangisnya pun mulai berhenti, tak ada pula teriakan menyakitkan yang keluar dari bibirnya lagi. Sekarang yang ada hanya kekosongan di matanya.

Begitupun saat Hyuk menggigit lehernya dan membubuhkan racun werewolf-nya di sana, Sebin tak lagi bereaksi seperti sebelumnya.

Ia hanya diam, seolah nyawa pun sudah terenggut darinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









"Apa yang kau sebut suka itu adalah dengan memutus semua takdirku? Hyuk-ah, apa benar yang kau rasakan padaku adalah cinta? Karena yang aku rasa hanya keegoisanmu saja ...."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang