20

484 65 5
                                    

Saat pertama datang, masih terselip sedikit rasa benci di hati Kim Yechan. Sampai ia tahu ternyata begitu banyak beban yang ditanggung Jaehan, juga kesakitan yang Sebin rasakan.

Tentu ia berusaha untuk tetap keras kepala. Namun, seolah menjadi titik balik terbaik saat ia mendapati benang merah dan garis takdir antara sang kakak dan inangnya.

Ada perasaan senang tak tergambarkan yang ia rasakan.

Jika dulu, mungkin ia akan cemburu, mengamuk jika perlu. Akan tetapi, Shin Yechan yang ia bicarakan di sini.

Shin Yechan, Alpha yang ia besarkan. Bisa dikatakan, mereka adalah satu. Satu pemikiran dengan sifat yang membedakan.

Shin Yechan masih muda, jadi seringkali tingkah lakunya cukup merepotkan. Nekat dan cenderung idealis.

Sementara dirinya, Kim Yechan bisa mengatakan bahwa penyesalan sudah cukup untuk membuatnya memikirkan segalanya sebelum melakukan tindakan.

Walau tetap saja, ia tak bisa mengatur Shin Yechan ini sesuka hatinya.

"Jadi, siapa yang mengendalikan siapa?"

Pertanyaan Sebin tak bisa ia jawab tanpa harus menyelipkan keraguan, karena ada saat ia dengan mudah bisa mengambil alih tubuh Yechan, namun ada juga saat di mana Shin Yechan yang cukup mampu untuk menekan.

Satu-satunya hal yang bisa Kim Yechan pastikan hanyalah, "Aku terkurung dalam wadah yang benar-benar aku inginkan. Jadi, tak peduli siapa yang lebih mendominasi, kita berdua akan tetap saling menghargai."


(cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(cr. lovesome__jh)


***


... begitu pintu terbuka, Jaehan langsung berlari dan memeluk Yechan seerat yang ia bisa.

"Jaehanie, kenapa?"

Jaehan menggeleng, "Aku tak bisa menyembunyikanmu selamanya. Bagaimana ini, Yechan-ah ...?"

Mendengar itu, Yechan menghela. Ia dorong pelan  bahu Jaehan, tak mengatakan apa-apa, hanya mendekatkan wajah dan memberi satu kecil kecupan.

Meski hanya di dahi, tapi sudah cukup menenangkan Jaehan saat ini.

"Aku juga memahami, bahwa bersembunyi bukan solusi. Tapi-"

Tapi, Kim Yechan sudah mengambil alih di sini.

"Hyungnim?"

Jaehan mundur, tangan Yechan yang tadi berada di bahunya pun terlepas begitu saja.

"Tenang, aku sudah meminta izin pada Shin Yechan-mu itu. Aku hanya ingin meminta tolong padamu."

Jaehan menyipitkan mata. Ia memang memiliki ketertarikan dan juga keterikatan dengan Shin Yechan, namun entah bagaimana perasaan itu seketika sirna saat Kim Yechan mengambil alih tubuhnya.

Seolah ada alarm di tubuhnya yang langsung menariknya.

"Minta tolong padaku? Aku tak salah dengar soal itu?"

Kim Yechan menghela, "Tak banyak. Hanya ... kau tentu mengenal Moon Jehyun, 'kan? Bisakah kau mengatur pertemuan antara kami berdua?"

Ada banyak yang ingin Kim Yechan bicarakan dengan elder itu.

"Aku tidak tahu apa rencanamu. Kau jahat dan juga licik, siapa yang bisa menjamin bahwa kau tak akan membuat onar lagi?"

Jaehan jelas soal ini, jika ada makhluk yang tak ingin ia konfrontasi, jelas itu adalah elder dari kaumnya sendiri.

Mereka merepotkan, meski usia mereka terhitung banyak, tapi tetap rewel, dan sangat sensitif.  Seperti orang tua.

Sekali menyinggung, bisa dipastikan hidup mereka akan terus dihantui dengan sikap sinis yang elder beri.

Elder juga cukup memiliki kekuasaan untuk menyulitkan.

Jaehan tak ingin berurusan. Ditambah, ia takut itu akan membahayakan Shin Yechan

"Lagipula, memangnya apa hubunganmu dengan Moon Jehyun?"

Kim Yechan menatap Jaehan, cukup tajam. "Hyung tidak curiga kenapa dari sekian banyak waktu yang sudah berlalu, Enigma tiba-tiba muncul di waktu ini?"

Jaehan mengernyitkan dahi.

"Itu karena anak-anak yang dulu dijadikan kelinci percobaan sudah mulai dewasa. Enigma ... atau apapun penyebutannya, bahkan aku dan Hyuk, kami bukanlah entitas alami."

"Apa maksud-"

"Kami adalah entitas yang dibuat dengan sengaja oleh seseorang atau sesuatu yang berada di dalam Antella itu sendiri."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang