Kelopak mata itu terbuka, memperlihatkan iris amber khas serigala.
Kim Yechan mengerjap, mendapati dirinya masih di tempat yang sama. Tempat di sisi terdalam dari seorang bocah yang sudah lama menjadi inang bagi jiwanya.
"Jadi, aku masih di sini?"
Berpikir bahwa pertarungan tadi akan menjadi akhir. Nyatanya, ia memang tak akan bisa kemana-mana.
Namun, meski masih ada, ia merasakan bahwa Shin Yechan tidak dalam keadaan yang baik juga.
Bisa saja ia mengambil alih tubuh ini, tapi tidak tahu mengapa ia hanya ingin diam dan tak melakukan apa-apa. Bahkan saat kesadaran inangnya sudah kembali, tubuh yang semula rusak juga perlahan sudah diperbaiki, ia masih ingin berdiam diri.
Beberapa kali ia mendengar Shin Yechan yang terus memanggil dan mencoba masuk ke tempatnya saat ini, tak ada yang ia lakukan selain mengunci.
Ia merasa lelah, tapi ia juga tahu, bahwa tujuannya datang lagi ke Antella belum juga terlaksana.
Bagaimana caranya?
Apa yang harus dilakukannya?
Bagaimana agar Moon Jehyun mau mengakui semuanya?
Bagaimana agar semua hal ilegal yang berhubungan dengan Enigma ini dihentikan dan tak lagi memakan korban?
Satu-satunya hal yang sudah ia relakan hanya Jaehan. Tak ada lagi dendam, tak ada lagi benci, bahkan cinta yang dulu menghancurkannya ... ia tak bisa lagi merasakannya.
Kim Yechan kembali memejamkan mata. Berharap saat matanya kembali terbuka, jawaban itu sudah ada di depan mata.
**
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bertukar?"
Shin Yechan mengiyakan. Namun, enigma dalam dirinya itu menolak.
"Kenapa? Bukankah kau juga mengakui jika merindukan mereka? Kebersamaan ini ... kau juga menantikannya, bukan?"
Namun, tak terdengar lagi suara Kim Yechan menjawabnya. Enigma itu justru meringkuk dan kembali menyembunyikan dirinya.
Ini bukan Kim Yechan yang ia kenal.
"Sejujurnya aku merindukanmu yang cerewet seperti dulu."
Hanya saja, sekeras apapun ia mencoba, tak ada jawaban apapun setelahnya.
Keheningan di dalam pikirannya sungguh tak nyaman.
Sementara itu, menyadari mate-nya yang tak lagi menanggapi, Jaehan menyentuh lengannya, bertanya ada apa.