*Tadi ada kesalahan teknis. jadi maaf kalau nanti akan ada notifikasi dari chapter 1-11 apa 12 gt.
**
"Siapa mereka?"
Hyuk menggeleng, hanya menerima handuk yang disodorkan oleh Jaehan.
Ia kini duduk di bangku depan. Jaehan menolak bersebelahan dengan seseorang yang berlumuran dan penuh bau anyir darah.
"Kau serius mengalahkan mereka semua?"
"Tidak, aku sisakan satu dan mari kita lihat besok, apakah itu dari Antella atau memang murni penjarah jalanan saja."
Jaehan menghela, "Antella benar-benar tidak aman sekarang."
Belum permasalahan tentang Enigma yang sering lepas atau mungkin sengaja dilepas, para werewolf juga tampak menggila -entah apa motif mereka yang sebenarnya.
"Kau yakin ini sudah selesai?"
Hyuk tak mengatakan apa-apa, tapi kekhawatiran masih terpampang di wajah tampannya.
**
Dia jelas masih terlalu muda. Wajahnya yang seperti malaikat tak disangka hanya topeng belaka. Kecantikan yang menyimpan bencana di belakangnya.Itu adalah pertemuan pertama sejak Yechan resmi menjadi pemimpin -Yechan hanya tak tahu jika Moon Jehyun sudah bertemu dengan sekutunya lebih dahulu.
Tak banyak yang datang. Jelas hanya mereka yang berada di pihak Jaehan sejak awal dan beberapa yang masih tampak abu-abu meski di mata Yechan sudah berbeda karena ia jelas mencium kemunafikan di situ.
"Cukup dengan ucapan selamatnya. Di sini aku ingin berdiskusi mengenai penyerangan yang dilakukan oleh werewolf akhir-akhir ini."
**
🔞 (Boleh skip ya)
Jaehan yang sudah tiba di rumah langsung berlari ke arah tangga, menuju lantai di mana kekasihnya berada.
Tak pernah ia merasa serindu ini pada seseorang.
Membuka pintu, ia dapati Yechan yang tengah berdiri menatap ke arah jalanan. Entah apa yang pemuda itu pikirkan , tapi jelas ia sudah tahu perihal kedatangan Jaehan.
"Yechan-ah!!!"
Belum sempat Yechan menoleh, Jaehan sudah berlari dan memeluk pemuda yang sudah lama tak ditemuinya.
Saat ia pergi, Yechan masih memejamkan mata akibat luka yang dideritanya. Kini, Yechan terlihat jauh lebih sehat.
Pelukan itu sangat erat. Jaehan terus merapalkan kata rindu, sementara Yechan tersenyum di balik bahu. Ia tepuk pelan sebelum ia usap dengan lembut punggung pria yang sudah tenggelam dalam dekapan.