51

135 19 7
                                    

Kembali dari Yeomra, Jaehan langsung pergi ke kamarnya. Tak peduli dengan Hyuk yang masih berdiri dengan bau anyir dan noda merah yang tak bisa hilang meski sudah diseka dengan handuk yang tadi Jaehan beri. Jalan satu-satunya memang dia harus mandi.

Hyuk menghela napasnya, lalu dengan lelah berjalan ke arah kamar yang memang ia tinggali sejak kembali.

Jika ditanya mengapa tak pulang ke kediaman Yang, jawabannya adalah ia sudah dibuang.

Tak apa. Ia merasa pantas mendapatkannya.

Ia sudah mengecewakan orang tuanya di masa lalu. Sebenarnya ia merasa tak layak untuk tinggal di manapun di Antella, hanya saja ia tak bisa berjauhan lagi dengan Sebin. Tidak setelah ia lama menunggu untuk tetap bersama pria itu.

"Hyuk-ah?!"

Hyuk tersenyum, tangan pun ia rentangkan karena tahu akan mendapat pelukan.

Dalam sekejap, pria sebesar Sebin pun langsung tenggelam dalam dekapan.

"Uh, kau bau darah."

"Kalau begitu biarkan aku membersihkan diri dulu."

Sebin enggan, tapi tahu bahwa ia memang harus melepaskan pelukan itu. Keduanya berjalan beriringan, dengan tangan bergandengan.

"Jaehanie hyung mana?" tanya Sebin yang menyadari belum melihat kakaknya meski Hyuk sudah kembali.

"Langsung melesat secepat kilat ke arah kamarnya."

Sebin tertawa, membiarkan kakaknya yang pasti sedang sibuk dengan Yechan. Lagi pula, ia punya kesibukan sendiri juga. Mereka bisa bertemu esok hari.

**

Hyuk selesai mandi langsung menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, tepat di sisinya ada Sebin yang tengah menatapnya. Menunggu cerita apa yang ia dapat dari perjalanan kali ini.

Tapi, sebelumnya Sebin bertanya, "Hyuk-ah, kau lapar?"

Hyuk mengangguk, namun berkata ingin makan nanti saja. Tubuhnya terasa remuk, meski ia bisa dengan cepat memulihkan diri, tapi rasanya tetap sakit dan lelah sekali.

"Kau tahu desa Yeomra?"

Sebin tahu. Lagi pula, adiknya di segel di tempat itu. "Uhm, kenapa?"

"Yechan ... maksudku, Shin Yechan ... anak itu berasal dari sana, dia juga anak dari kepala desa, pemimpin di sana."

Sebin sempat terdiam beberapa saat, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.

Shin Yechan ...

Tentu saja, bagaimana mereka bisa melupakan bahwa sudah pasti bukan sembarangan bayi yang akan dipilih untuk menampung kekuatan besar yang Kim Yechan miliki.

Tak mungkin dan tak akan pernah bisa jika itu hanya bayi biasa.

"Lalu, apa keluarganya masih ada?"

Hyuk menggeleng. "Ayah dan ibunya sudah lama meninggal. Keluarga yang mengasuhnya pun habis dengan cara yang ..." Hyuk sejenak ragu, "-cukup tragis."

"Apa Yechan menghabisi mereka semua?"

Hyuk mengangguk, sementara Sebin menghela napas berat.

"Aku tak membela apa yang anak itu lakukan, tapi saat kami mendengar bahwa keluarga asuhnya tak memperlakukannya dengan baik setelah kepala desa meninggal dunia, kurasa itu cukup adil bagi mereka."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang