"Bagaimana mungkin aku berbagi takdir dengan inang dari adikku sendiri?!"
Sebin yang tadi masih setengah mengantuk itu kini benar-benar membuka mata. Lebih lebar dari saat ia bertanya apa maksud dari saudaranya.
Jaehan dan Shin Yechan adalah mate.
Mate?!
Benar kata Jaehan, bagaimana itu mungkin?
Lantas, bagaimana dengan Kim Yechan?
Apa ini ada hubungannya dengan adiknya?
Sebuah kebetulan ... atau memang sudah diramalkan?
Elder ... ia tahu ada dari sebagian Elder Antella yang bisa meramal masa depan, tapi apakah mungkin ini juga direncanakan?
Jika iya, untuk apa?
Sebin mengernyitkan dahi, merasa pusing sekali lagi.
Benang merah ini, setidaknya mereka harus mengetahui. Karena pada dasarnya, ia sungguh tak percaya bahwa kebetulan itu nyata.
"Hyung, apa kau ... menerimanya?"
"Menerimanya? Aku-" Jaehan tampak ragu.
Sebin meneguk ludah saat melihat itu, karena jika Jaehan menerima, walau hanya secuil saja di dalam hatinya, mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa.
"Kawanan tidak boleh tahu soal ini, Hyung."
Karena bagaimana bisa kakaknya ini memimpin kawanan, jika mereka sendiri tahu bahwa tak mungkin bagi Jaehan mendominasi werewolf yang jelas-jelas berstatus sebagai Enigma?!
Sekuat apapun Jaehan, nasib keduanya kini tak akan mungkin jauh berbeda.
Namun, tak seperti dirinya yang dipaksa menjadi omega, Jaehan terikat takdir yang lebih suci, mungkin kealpha-annya masih akan diterima, walau Sebin belum yakin juga.
Enigma adalah entitas rumit yang tak seharusnya ada.
"Sebin-ah, apa ada cara untuk membatalkannya?"
Sebin mendesah, itu mungkin saja.
Shin Yechan berbeda dari adiknya, dan mungkin naluri Jaehan pun secara otomatis akan menerimanya. Akan tetapi, membatalkan ikatan juga bukan solusi. Keduanya bisa tersakiti atau bahkan saling menyakiti jika itu terjadi.
"Kurasa ... itu bukan ide yang bagus, Hyung. Tapi jika menerima, kau juga sudah pasti tahu kan apa resikonya?"
Bahkan meski Yechan tak berniat merenggut sisi alpha dari dirinya, kepemimpinan yang kini Jaehan sandang, tetap harus ia lepaskan.
Tak ada alasan. Itu sudah menjadi peraturan.
Jaehan menjadi Leader Pack karena ia yang paling mendominasi di dalam kawanan ini. Sekarang, mungkin sudah tidak lagi.
**
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Hyuk menggila. Menolak mate-nya, dan kini mengamuk karena masa rut yang datang padanya.
Keluarganya mencoba yang terbaik. Mengurungnya, bahkan memberi obat tidur agar werewolf itu tenang.
Namun, keinginannya jauh lebih besar.
Manusia setengah serigala yang berparas rupawan itu membuka mata yang sudah berubah warna menjadi kuning keemasan. Hanya butuh beberapa detik sebelum sosoknya beralih rupa, tampak menyeramkan karena senada dengan gelapnya malam.
Menggeram rendah, Hyuk menoleh ke arah pintu kamar sebelum melompat menerjang kaca jendela yang sebenarnya juga sudah dipasang teralis dari dua sisinya.
Perlindungan itu tampak biasa, namun Hyuk sedikit merasakan efeknya karena rupanya ada rantai perak yang terpasang di sana.
Tak peduli dengan rasa sakit karena luka yang mulai membakar kulitnya, Hyuk tetap berlari menuju seseorang yang menjadi alasan terbesarnya melakukan ini semua.
Kim Sebin, temannya bermain sejak ia masih sangat kecil.
*
*
*
"Enigma seperti kalian, mengapa tidak musnah saja dari dunia?"
Menjijikkan.
Menyusahkan.
Memuakkan.
Tidak. Sebin tak benar-benar membenci Enigma. Ia hanya membenci Yang Hyuk yang merupakan salah satunya.
Hyuk yang seharusnya bisa menjadi rival bagi kedua saudaranya, namun saat itu Hyuk memilih mengikuti jalannya.
"Jika kau menjadi pemimpin, aku yang pertama akan mengikutimu, Kim Sebin."
Omega yang dulunya adalah alpha itu menangis tak jauh dari jeruji yang mengurung sahabat terbaiknya -dulu ia pernah menganggap begitu.
Tapi, tidak setelah malam itu.
"Kau berkata akan mengikuti langkahku, tapi kau bahkan tak bisa memenuhi janjimu."
Tak ada jawaban. Sebin tak peduli karena ia juga tak sudi mendengar suaranya lagi.
"Kau juga berkata bahwa kau melakukan itu karena mencintaiku. Tidak, Hyuk-ah ... kau hanya bajingan yang sudah menghancurkan impianku."
Bahkan meski ia alpha yang lemah dan tak sekuat kedua saudaranya, Sebin tetap ingin membangun pack-nya sendiri suatu hari nanti.
Tak masalah sekalipun ia masih harus tunduk di bawah kepimpinan Antella. Tapi, ia tetap ingin berdiri di atas kakinya sendiri. Sebagai alpha dan pemimpin dari kawanan yang ia pilih sendiri.
Lantas, "Bagaimana aku bisa membalas kasih yang kau miliki, jika yang menghancurkanku, nyatanya adalah orang yang katanya paling mencintaiku."