Jaehan sedang rapat dengan dewan direksi di kantornya. Ada Sebin juga di sisi kiri. Keduanya menyimak sebelum suara dering ponsel Jaehan menginterupsi.
Dari Yechan rupanya.
Tak berpikir dua kali, Jaehan mengangkatnya tanpa permisi. Takut terjadi sesuatu adalah hal yang pasti.
Satu tangannya terangkat dan semua yang ada di sana langsung serentak berhenti tanpa ia harus mengatakannya lagi.
"Ada apa?" sengaja ia tak menyebut nama.
Namun, hela lega keluar dari bibirnya saat mendengar bahwa Yechan tak kenapa-kenapa selain meminta izin untuk mengunjungi Hyuk di penjara.
"Tentu, tapi hati-hati. Jika dia mulai tak terkendali, kau harus segera pergi."
Tentu setelah syaratnya dipenuhi, Jaehan segera menutup telepon kembali, dan memulai lagi pembahasan soal perusahaannya yang tadi sempat terhenti.
Melirik Sebin, Jaehan yakin jika saudaranya itu tak bertanya karena sudah mendengarnya.
"Kau tak keberatan, 'kan?"
Sebin tersenyum, namun tak menjawab selain dengan anggukan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yechan melangkah, selangkah demi selangkah. Semakin ia masuk, semakin gelap juga keadaan. Anehnya, tak ada penjaga yang berdiri di luar sana seperti sebelumnya.
Hanya kemungkinan bahwa Jaehan sudah memberitahu adalah hal yang bisa Yechan pikirkan saat itu.
Tak masalah.
Ia masuk ke lorong terakhir. Jika menilik ke belakang, mengapa saat ditangkap ia ditempatkan di tempat tergelap?
Tempat ini pengap dan bahkan terasa sangat sulit untuk bernapas.
Tiba di depan jeruji besi yang memenjara sahabat Kim Yechan ini, ia berjongkok, sembari melihat dimana kiranya Hyuk berada, dan sedang apa Enigma itu di dalam sana.
"Pasti membosankan di sini."
"Tidak bisakah kau fokus?"
Shin Yechan terkekeh mendengarnya.
"Hyung, sudah belasan tahun kau di sini, 'kan?"
Pupil kuning itu menyala seiring dengan terbukanya kelopak mata.
"Hmm, apa kau tak ingin meminta keadilan? Bahkan dari Kim Jaehan? Kau dan Sebin ... aku yakin di balik penolakan, kalian juga saling merindukan."
Hyuk tampak berjalan mendekat, menatap Yechan dengan lekat. Bocah kecil yang begitu berani, itu adalah apa yang Hyuk pikirkan tentang inang dari sahabatnya ini.
"Kim Yechan, kau ... tidak seharusnya kembali. Bocah ini juga tidak seharusnya berada di sini. Jika mereka tahu kau datang, itu akan berbahaya untuk Jaehan dan Sebin."
Tak hanya Hyuk, tapi iris mata Yechan pun mulai berubah, "Jika aku tak kembali, menurutmu siapa yang akan memperbaiki? Kebobrokan Antella ... Hyuk, bukankah seharusnya kita yang membenahi?"
Hyuk mundur, seringai terbit dari bibir yang lama tak terbuka karena memang tak ada yang pernah mengajak bicara selain kekasihnya, "Bagaimana caranya, Yechan-ah? Bertahun-tahun aku memikirkannya, aku tak menemukan apapun selain tetap berada di sini, karena hanya ini satu-satunya cara agar aku tak semakin melukai."
Kim Yechan tampak menghela. Reuni seharusnya membicarakan hal-hal indah yang pernah terjadi, tapi kedua Alpha ini tak memiliki ingatan lain kecuali luka yang mereka beri bahkan pada orang-orang yang keduanya kasihi.
"Hyuk, anak ini adalah mate dari Jaehan Hyung."
Riak ekspresi dari wajah yang biasa sendu itu kini terlihat lagi, Hyuk kembali mendekat, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja.
Kim Yechan tersenyum, seolah bangga saat mengatakannya, "Dan kau tahu apa yang mengejutkan dari anak ini? Dia Enigma, namun tak pernah sekali pun hilang kendali seperti yang pernah kita alami."
Anak ini adalah keberhasilan yang tak diperhatikan. Bukankah ini juga adalah salah satu kekuatan yang harus mereka manfaatkan?
Ia hanya harus membuat Kim Jaehan percaya dan berada di pihaknya. Para tetua ... harus segera dihentikan sebelum datang bencana yang lebih besar dari mereka.