33

605 45 2
                                    

Sejak pagi, markas tampak sibuk sekali. Tak ada pertemuan, tapi mobil-mobil mewah berdatangan.

Penjaga keamanan keluarga Kim yang tahu siapa saja mereka-mereka itu tentu tak berani untuk tidak membukakan pintu.

Para pelayan mulai kewalahan.

Jaehan dan Sebin tentu menjadi yang paling sibuk.  Tanpa persiapan, tanpa peringatan. Begitu tahu ada banyak tamu yang menunggu, keduanya yang baru saja bangun langsung buru-buru membersihkan diri dan berpakaian rapi.

Terpaksa, hari ini mereka tak berangkat ke kantor juga.

Hyuk sendiri tak terlalu terganggu meski tahu bahwa orang-orang itu sebenarnya datang untuk dirinya yang dibebaskan tanpa perundingan. Tak jauh berbeda dengan Yechan yang tampak santai di depan sarapan yang sudah pelayan siapkan.

Pemuda itu hanya melihat Jaehan yang mondar-mandir mempersiapkan ini dan itu, belum lagi gerutuannya yang menyesalkan mengapa orang-orang elite itu datang tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

Yechan jelas memahami, bahwa orang-orang itu datang tak lain dan tak bukan adalah untuk kemarahan.

Menyesap batang rokok yang tinggal sejengkal, Yechan berdiri dan tanpa bertanya ia berkata, "Biar aku saja yang bicara."

Langkah Jaehan langsung berhenti, melihat Yechan yang berdiri. "Apa?"

"Aku yang akan menemui mereka."

Terkadang Yechan bisa sangat membingungkan. Ada kesan kekanakan, namun ada juga saat di mana pemuda itu bisa begitu dewasa, dan seolah berani menghadapi dunia dengan rasa percaya dirinya.

Bahkan meski Jaehan bisa mengetahui apakah itu Kim Yechan atau Shin Yechan, tindakan mate-nya selalu menjadi sebuah kejutan.

"Yechan-ah ... apa adikku sudah kembali?"

Yechan  tersenyum, "Dia tidak pernah pergi, hanya rajukannya memang merepotkan sekali."

cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. by owner (pic from pinterest)



Lama Yechan menatap langit kamar. Di sisinya, Jaehan sudah terlelap. Terlihat jelas jika kelelahan.

Di sini, begitu banyak yang terjadi dalam satu hari. Hidup santainya tak lagi ada. Walaupun ia tak terlalu memikirkan juga semua masalah yang tengah terjadi di sana.

Ia tipe fleksibel yang hanya akan berpikir jika memang diperlukan saja.

Menarik napas panjang, kembali ia memanggil teman seumur hidupnya. "Kim Yechan ... Kau sungguh tak ingin keluar? Sampai kapan kau akan marah padaku?"

Dan tak seperti sebelumnya, kini Yechan bisa mendengar suara geraman. Cukup menakutkan -walau tak berlaku untuk dirinya tentu saja.

"Berhenti merajuk, kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Bagaimana pun aku dan saudara kembarmu adalah mate."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang