04 . Hujan Deras

273 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Pada dasarnya, rasa sakit tidak selamanya karena cinta."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Malam yang dingin menyapa kulit seorang perempuan yang kini tengah berteduh disalah satu halte. Dengan rok mini dan baju kaos yang dipadukan dengan jaket, ia menatap sekelilingnya, sangat sepi. Tidak ada satu orang pun disana selain dirinya sendiri.

Tapi, hal itu tak membuatnya merasa takut. Justru ia sangat nyaman dengan suasana saat ini.

Monica memejamkan kedua matanya sejenak. Ia menghembuskan nafasnya perlahan.

Dengan menikmati air hujan yang membasahi permukaan bumi, ditambah suasana disekitarnya yang saat ini tengah sepi, membuat Monica enggan untuk bangkit pergi dari sana.

Tadi Monica memutuskan untuk berjalan-jalan agar menghilangkan rasa kesepiannya, tapi justru saat dipertengahan jalan, hujan turun dengan sangat deras. Membuat Monica mau tak mau harus berteduh.

Saat ini, Monica ingin sekali bermain di bawah hujan, berlari kesana dan kemari dengan tawa serta senyuman yang terukir diwajahnya. Namun, hal itu tak bisa ia lakukan mengingat luka di tubuhnya masih dalam proses pemulihan.

Jika ia memaksakan diri, kemungkinan luka ditubuhnya akan bertambah parah dan mengakibatkan sekujur tubuhnya merasakan perih. Monica tak ingin itu semua terjadi, ia ingin luka di tubuhnya cepat pulih kembali.

"Papa bakal marah enggak ya, kalau tahu gua belum pulang? Mau gua kabarin, tapi handphone aja enggak gua bawa," gumam Monica.

Tiba-tiba terlihat pengendara motor melaju dengan cepat tepat didepan jalan halte yang kini Monica tempati. Karena melaju dengan kecepatan yang tinggi, serta jalanan yang licin akibat hujan, membuat motornya terpleset dan mengakibatkan pengendara tersebut terbanting di jalanan.

Karena terkejut, Monica mundur dua langkah. Sontak ia menyadari siapa pengendara motor tersebut.

Saat Monica ingin menghampirinya, langkahnya terhenti. Ia teringat, bahwa luka ditubuhnya baru saja diobati.

"Gua harus gimana?"

Tak mempedulikan lukanya, Monica berlari menghampiri pengendara tersebut dengan langkah terburu-buru. Hujan mengguyur seluruh tubuhnya membuat badannya menjadi basah.

"Kak El!" teriak khawatir Monica.

Elaric menoleh kearah sumber suara. Saat ia hendak ingin berdiri, tiba-tiba saja kedua telinganya berdengung hebat serta kepalanya yang sangat sakit.

"ARGH!" rintih Elaric memegangi kepalanya yang berdarah.

"Kak El, kakak baik-baik aja?" tanya Monica khawatir.

"J-jangan, s-sentuh gua!" sentak El.

"Tapi, kakak kesakitan."

"JANGAN SENTUH GUA! PERGI! GUA JIJIK SAMA LO!" bentak Elaric dengan nafas yang naik dan turun.

Monica tersentak akibat bentakan dari Elaric. Tapi, hal itu tak membuat Monica pergi dari sana. Tak mungkin ia meninggalkan Elaric yang sedang dalam keadaan terluka seperti ini bukan?

"ARGH! Sial! Kepala gua sakit banget," ringisnya.

Darah segar terus mengalir dari kepala Elaric. Rasa perihnya ia rasakan berkali-kali lipat, karena air hujan yang juga membasahi kepalanya.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang