⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
"Teruslah melangkah walaupun kau dihina dan dicaci maki, jangan pedulikan omongan orang-orang yang membuat semangatmu menjadi patah. Biarkan tuhan yang membalasnya, kau hanya perlu bersabar dan terus percaya bahwa semua akan baik-baik saja."
- Monica Kathleen
⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
💐💐💐
"Alaric, Elaric, kalian mau makan apa nak?" tanya Maryam tersenyum manis sembari menyiapkan makanan untuk Kinan.
Kini keluarga bahagia itu sedang duduk sarapan di meja makan. Tentunya tanpa Monica, karena perempuan itu tidak keluar kamar semenjak Marko membentaknya kemarin malam.
"Apa aja," jawab dingin Alaric.
"Aku nasi goreng aja, Tante," jawab Elaric tersenyum ramah.
"Kak El dan Al jangan malu-malu ya, masakan Bunda aku enak lho! Kalian pasti suka," ucap Kinan antusias.
"Tumben lo panggil gua kakak?" tanya Elaric terkekeh.
"Karena sekarang kita adik dan kakak, El. Tapi posisi gua tetap sama ya di Moonlight," jawab Kinan tersenyum.
"Tentu cantik."
Kinan tertawa kecil lalu melirik kearah Alaric yang fokus dengan makanannya. "Kak Al, makanannya enak?"
"Enak."
Mendengar jawaban Alaric, Maryam tersipu malu. Sudah ia duga bahwa dirinya akan mudah mendapatkan hati anak-anaknya Marko.
"Kalau gitu nanti tambah ya, dan kalau bisa kalian berdua panggil Tante dengan sebutan Bunda juga," ucap Maryam.
Alaric dan Elaric sontak terdiam. Rasanya menuruti permintaan Ibu tiri mereka sangatlah susah.
"Sebelumnya maaf ya Tante, kami membutuhkan waktu," jawab lembut Elaric.
"Iya sayang, Tante ngerti kok."
"Ekhm."
Marko berdehem singkat. Lalu kedua matanya menatap keluarganya secara bergantian. Sontak senyuman terbit di wajahnya.
"Dari tadi Papa dianggurin terus, Papakan mau ikutan ngobrol juga," ucap Marko.
Semuanya tertawa mendengar penuturan Marko. Kecuali Alaric yang hanya tersenyum tipis.
"Akhirnya setelah sekian lama, keluarga saya lengkap lagi," batin Marko bahagia.
Saat Maryam ingin berjalan kearah Marko, tiba-tiba saja ia tak sengaja menginjak buntut seekor kucing membuat kucing itu mengeong keras. Maryam dan yang lainnya pun terkejut.
Karena kaget, kucing itu mencakar kaki Maryam. Dan Maryam meringis kesakitan.
"AKHH! Sakit, dasar kucing sialan," umpat geram Maryam.
Karena marah, Maryam mengambil air panas dimeja yang ada ditermos lalu ia siramkan semua kearah kucing tersebut. Melihat kucing itu kesakitan, Maryam tersenyum puas.
"BRISIA!" teriak panik Monica.
Monica berlari menuruni tangga lalu menghampiri kucing kesayangannya yang sebagian badannya sudah melepuh. Rasa sakit menggerogoti hatinya.
"Brisia," lirih Monica menatap kucing itu dengan khawatir.
"Jadi itu kucing kamu? Makanya dijaga! Kucing kurang ajar gitu kok dipelihara," cibir Maryam tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monica [END]
Teen FictionHanya sebatas kisah seorang perempuan sederhana yang memiliki banyak luka dihidupnya. Monica Kathleen, tidak populer, tidak terlalu cantik dan tak terlalu pintar. Ia hanyalah seorang gadis dengan satu impian, yaitu bahagia. • • • "Pulang, gua oba...