08 . Rencana Kencan

220 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Sesungguhnya aku tersakiti bukan karena dirimu, melainkan karena harapanku sendiri."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Sinar matahari menyinari kamar milik Monica. Sebuah senyuman terbit diwajahnya ketika ia melihat sebuah bingkai foto yang terpajang diatas meja belajarnya.

Lalu Ia pergi keluar kamarnya untuk menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Saat melihat seseorang yang ia cari-cari hendak keluar rumah, Monica menghampirinya dengan berlari kecil.

"Kak Elaric!" panggil Monica.

Elaric menoleh dengan memasang wajah datar. Perempuan itu sungguh mengganggu paginya hari ini.

"Kak, kakak mau ke markas kan? Aku mau titip barang buat kasihin ke Zevan, boleh?" ucap Monica.

Tanpa banyak bicara, Elaric langsung mengambil paperbag yang ada ditangan Monica dengan kasar. Hal itu membuat Monica keheranan. Tumben sekali pikirnya.

"Gua enggak mau punya hutang budi sama lo. Jadi anggap ini sebagai balas budi gua karena lo udah nolong gua waktu malam itu." Elaric berkata sembari melangkahkan kakinya pergi.

Monica menatap kepergian Elaric dengan tersenyum tipis. "Terima kasih," ucapnya dengan pelan.

💐💐💐

Elaric memasuki markas dengan langkah cepat. Disepanjang jalan memasuki markas, ia tersenyum membalas sapaan para anggota Moonlight lainnya.

Setelah sampai di ruangan inti, Elaric melemparkan paperbag kearah Zevan. Dengan sigap Zevan menangkap paperbag yang dilempar Elaric dengan raut wajah kebingungan.

"Ini apa?" tanya Zevan.

"Dari Monica," jawab Elaric lalu mengambil satu kaleng soda yang ada diatas meja.

Samudra menaikan satu alisnya keatas. "Tumben banget lo mau dijadiin babu sama itu cewek?"

"Iya tuh, betul. Ada apa nih?" tanya penasaran Adnan.

"Kalian enggak perlu tahu." Elaric bangkit dari duduknya lalu pergi ke balkon yang ada di ruangan inti dan disusul oleh Asher.

"Isinya apaan tuh?" tanya Adnan yang mulai tambah penasaran.

"Banyak tanya lo," cibir Zevan lalu membuka paperbag yang ada ditangannya saat ini.

Isi dari paperbag itu ialah sebuah bekal nasi goreng dan bingkai foto keduanya. Tidak hanya itu, kata-kata manis juga tertulis disebuah selembar kertas.

Senyuman terlukis lebar diwajah Zevan. Walaupun sudah menahan agar tidak tersenyum, tapi usahanya sia-sia.

Melihat Zevan yang tersenyum mampu membuat teman-temannya keheranan. Apakah laki-laki itu masih waras?

"Woy, Zevan. Lo masih waraskan?" tanya spontan Adnan.

Mendengar pertanyaan Adnan, Zevan merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia bangkit dari duduknya lalu mengambil benda pipih yang ada disaku celananya.

Zevan mengarahkan handphonenya ketelinganya. Lalu terdengar suara perempuan yang menyahut dari handphone.

"Halo?"

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang