14 . Dinginnya Malam

158 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Anggap saja kita seperti sebuah pena. Kau adalah penanya, dan aku tutup penanya. Kau adalah pena yang selalu dibutuhkan sebuah kertas agar dapat membuatnya menjadi berguna. Saling membutuhkan? Benar. Dan aku, hanyalah tutup pena yang berusaha menjadi yang terbaik namun terabaikan."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dari dalam kamarnya, suara tawa memenuhi ruang tamu rumah kediaman milik keluarga Effemy. Monica tahu suara itu berasal dari anggota inti Moonlight yang kini sedang berkumpul di rumahnya. Tentu saja ada Kinan disana.

Mereka berkumpul di rumahnya karena baru saja mengantar Marko dan Maryam ke bandara.

Monica tersenyum miris. Harapannya memiliki keluarga yang utuh dan harmonis seperti dulu benar-benar hancur.

Marko dan Maryam baru saja pergi ke negara Swiss untuk honeymoon atau berbulan madu. Jika mengingat hal itu, entah mengapa rasanya Monica tidak rela.

Dengan mudahnya Marko melupakan Karin. Terkadang, Monica berpikir kapan kedua orang itu mendapatkan karma?

Memang terkesan jahat, namun, bagi seorang anak tentu saja ia ingin Marko, Papanya bisa menyadari kesalahannya dan berubah.

"Gua ingin bahagia, hanya itu. Tapi kenapa rasanya esulit itu?" gumam Monica sedih.

💐💐💐

"Jangan nangis, kan ada kami semua yang bakal jagain lo, Kin," ujar Elaric lembut dengan mengusap-usap surai rambut Kinan.

"Iya, cantik. Jangan sedih lagi ya?" ucap Samudra berusaha menenangkan Kinan yang menangis.

Saat Marko dan Maryam berangkat, Kinan tak kuasa menahan tangisnya. Kinan takut jauh dari Maryam, karena seumur-umur ia tak pernah berjauhan dengannya.

"G-gua takut Bunda n-ninggalin," ucap Kinan sesegukan.

"Jangan nangis, nanti cantiknya hilang," ucap Zevan.

"Gapapa, nantikan bisa cantik lagi," jawab Kinan menyeka air matanya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar. Dengan cepat, para maid yang bekerja di rumah kediaman Effemy itu berlari untuk membukakan pintu.

Ceklek

"Halo, Bi. Monicanya ada?"

Maid itu tersenyum ramah lalu menganggukkan kepalanya. "Ada kok, den. Tunggu ya, saya panggilkan."

Interaksi antara mereka tak luput lepas dari pandangan anggota inti Moonlight.

"Siapa, Bi?" tanya Elaric kepada maid yang hendak naik keatas untuk memanggil Monica.

"Temannya nona Monic, den."

"Owh, gitu."

"Iya, den. Kalau gitu, saya permisi."

Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini Monica menuruni tangga melangkah kearah pintu utama tanpa melirik sedikit pun kearah anggota inti Moonlight dan Kinan yang memperhatikannya.

"Jo?" beo bingung Monica.

Laki-laki dengan bando dikepalanya itu tersenyum menatap Monica.

"Hai, Mon. Gua bawain donat buat lo, titipan dari Nyokap gua. Di makan ya, Nyokap gua sendiri yang bikin," ujar Jo tersenyum.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang