09 . Lapangan Sekolah

214 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Kini, yang harus kau lakukan adalah belajar menerima semua yang terjadi didalam kehidupanmu. Tidak ada waktu untuk terus mengeluh, kau hanya perlu bersyukur atas semua yang diberikan oleh Tuhan. Karena hanya Tuhan yang mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dengan wajah yang lelah, Monica baru saja keluar dari kamar mandi. Ia baru saja membersihkan noda minuman yang mengenai baju seragamnya saat di kantin tadi.

Sudah 3 hari ia masuk sekolah, dan pembullyan selalu ia alami selama 3 hari berturut-turut. Entah mengapa para guru tidak ada yang mengetahui kasus pembullyannya.

Monica sungguh sudah sangat sabar menghadapi sikap seluruh murid Sma BTI. Ia selalu diam walaupun seluruh murid mengejeknya, membullynya, membicarakannya, dan bahkan tak segan-segan ada yang menyindirnya dan menjauhinya secara langsung.

Terkadang ia berpikir, mengapa manusia mudah sekali percaya dengan apa yang ia dengar? Mengapa mereka tak mencari tahu dulu kebenarannya?

Monica selalu diam setiap mendapatkan perilakuan yang tak menyenangkan oleh orang-orang disekitarnya. Bukan takut, hanya saja ia tak ingin terlalu memikirkannya.

Monica hanya bisa terus berdoa kepada Tuhan agar dirinya diberikan kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi masalah yang terus-terusan menimpa dirinya. Ia juga percaya, bahwa Tuhan itu adil.

"Lo yang sabar ya, Mon," ucap Jo merasa kasihan dengan Monica.

"Iya, makasih ya!"

Sedangkan Eci hanya diam tak berkutik. Melihat perilaku aneh yang ditunjukkan Eci, membuat Monica merasa bersalah.

Karena semenjak rumor tentang Monica tersebar, mengakibatkan Jo dan Eci juga menjadi terseret dalam masalahnya. Tak jarang Eci dan Jo ikut-ikutan dibully oleh kakak kelas mereka, maupun orang-orang seumuran dengan mereka.

"Maafin gua ya. Karena gua, kalian jadi ikut-ikutan dibully. Padahal jelas-jelas ini tidak ada sangkut pautnya dengan kalian," ucap Monica merasa bersalah.

Jo tersenyum. "Jangan terlalu dipikirkan Mon, kami berdua enggak mempermasalahkan itu kok."

Monica tersenyum mendengar perkataan Jo. Ia merasa beruntung sekali masih bisa memiliki teman sebaik Jo dan Eci.

Tiba-tiba, ada seorang tiga kakak kelas perempuan mereka yang berjalan menghampiri Monica. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, salah satu dari mereka menarik pergelangan tangan Monica untuk menuju lapangan.

Monica yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa diam saja, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mau bagaimanapun, perempuan itu ialah kakak kelasnya.

Melihat interaksi antara Monica dan kakak kelas itu membuat seluruh pasang mata menatap kearah mereka. Bahkan tak jarang ada yang mengikuti dari belakang.

Sesampainya di lapangan, Monica menyentak kasar tangannya yang sudah memerah. Apakah kakak kelasnya ini ingin mempermalukannya ditengah lapangan?

Dari kejauhan, Monica dapat melihat Jo mendekatinya. Tapi anehnya tidak ada Eci disana. Hal itu membuat Monica bertanya-tanya, kemana gadis itu pergi? Apakah dia baik-baik saja?

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang