Extra Part 1

83 4 0
                                    

Dengan senyuman yang tak pernah luntur diwajahnya, Monica berjalan menyusuri kota kelahirannya.

Ia merindukan semuanya, setelah 3 tahun tidak pernah lagi ke sini, akhirnya sekarang adalah kesempatannya.

Monica pulang ke kota kelahirannya dengan dua tujuan. Tentu saja tujuan itu akan terjawab nantinya.

Langkah kakinya berjalan menuju Pemakaman. Pemakaman tempat di mana Alaric di makamkan kala itu.

Ia berjalan menuju makam Alaric. Bersih, tidak ada rumput sama sekali. Bahkan tanahnya juga tidak kering.

Tentu saja, karena Monica setiap bulannya mengunjungi makam Alaric. Walaupun ia harus naik pesawat dari Bandung-Jakarta hanya untuk berkunjung ke makam Alaric.

Monica melakukan itu hanya karena tidak ingin Alaric kesepian. Jika bukan dia yang rajin datang, lalu siapa lagi?

Elaric? Dia sudah tidak ada lagi di Jakarta. Elaric kuliah sekaligus kerja di negara Inggris. Awalnya Elaric di tempatnya di Bandung, namun karena mengingat Alaric yang sudah tidak ada lagi, jadi Elaric dipindahkan ke Inggris.

Dengan tangan yang lihai, Monica menaburkan serpihan bunga-bunga diatas gundukan tanah. Air matanya terus menetes.

Tidak ada yang berubah, Monica masih lemah. Ia juga masih sering menangis, hanya saja ia tidak memperlihatkannya.

"Halo, abang. Aku kembali lagi untuk mengunjungi abang, semoga abang baik-baik saja di sana, ya?"

"Abang tahu? Rutinitas setiap hariku adalah merindukanmu, semuanya. Tentang senyumanmu, kehadiranmu, dan segalanya."

"Sulit percaya rasanya kalau abang udah pergi meninggalkan aku disini."

Monica menyeka air matanya yang tumpah. "Astaga, aku cengeng banget ya? Yaudah, abang, istirahat yang tenang ya? Aku akan selalu merindukan abang, selalu."

Setelah berbicara cukup lama, akhirnya Monica meninggalkan pemakaman dan pergi ke salah satu restoran yang ada di Jakarta.

"Monica!" panggil Eci melambaikan tangannya kearah Monica yang baru saja masuk kedalam restoran.

Monica tersenyum lembut. Lalu ia berjalan menghampiri meja yang ada dipojok. Di sana sudah ada Jo dan Eci.

"Lama tidak bertemu, Jo, Eci," sapa Monica.

"Wah, Monica! Penampilan lo berubah ya?" ucap Jo terkekeh.

"Jika itu pujian, terima kasih," ucap Monica ramah.

Sedangkan Jo hanya tertawa.

"Rasanya udah lama ya kita enggak kumpul kayak gini? Kita tinggal berjauhan, apalagi dulu kita sempat bermusuhan," ucap Eci mengingat masa lalu.

"Yang berlalu biarlah berlalu, Ci. Cukup ambil pelajarannya aja," ucap Monica.

Jo menganggukkan kepalanya setuju. "Gua setuju sama Monica. Yang penting, kita bisa kumpul lagi kayak dulu."

Seperti dulu, Jo tidak banyak berubah, sama halnya dengan yang lain.

Jika dulu Jo sering memakai bando dan bertingkah culun, sekarang penampilannya berbeda. Tidak ada lagi bando yang bertengger di kepalanya, karena baginya menyimpannya itu lebih baik dan aman.

Lalu Monica, penampilannya juga tak seperti dulu. Jika dulu luka terlihat dibeberapa bagian tubuhnya, kini luka itu sudah hilang. Penampilan Monica pula sangat feminim, apalagi rambut yang sering ia gerai dan rawat menambah kesan manis didirinya.

Eci? Tidak, perempuan itu sekarang hanya sering menguncir satu rambutnya. Poninya pula tidak hilang, dan kini ia memakai kaca mata. Baginya itu keren.

"Apakah kini kalian sudah memiliki pasangan?" tanya Eci memulai topik baru.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang