29 . Rumah Sakit

128 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Sikapnya yang acuh membuat aku sadar, bahwa sesuatu yang dipaksakan hanya akan berakhir tak mengenakan."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Monica mengerjabkan matanya perlahan. Matanya begitu silau karena cahaya yang didepannya begitu mengkilau.

Ada seseorang yang bergerak berjalan maju didepannya. Seorang perempuan dengan baju putih yang begitu indah. Senyuman pula terpatri diwajahnya.

"Bagaimana keadaan putri kecilku sekarang?"

Suara itu, suara yang Monica rindukan sejak lama.  Tanpa sadar, air matanya menetes begitu saja.

"Mama, keadaanku buruk," lirih Monica.

Ia ingin sekali memeluk sosok perempuan didepannya. Namun anehnya, tubuh Monica tidak bisa digerakkan. Bisa dibilang tubuhnya kaku secara tiba-tiba.

"Monica sayang, selalu tersenyum ya? Dunia enggak sekejam itu kok. Semua yang kamu hadapi itu ujian dari Tuhan untuk melihat seberapa besar iman kamu kepada Tuhan."

"Luka kamu saat ini, tidak sebanding dengan kebahagiaan yang menanti kamu suatu hari nanti."

Monica terus meneteskan air matanya. "Suatu hari itu kapan?"

"Secepatnya. Bersabarlah."

Karin memeluk erat tubuh Monica yang bergetar karena menangis. Lalu ia menyeka air mata yang membasahi pipi Monica dan menciumnya.

"Mama akan selalu bersamamu, dihati kamu, Monica. Mama sayang sama kamu."

Tangisan Monica semakin histeris kala sosok didepannya mulai menghilang. Hatinya tidak rela dan tidak sanggup untuk berjauhan dengan Karin lagi. Tapi, ia bisa apa? Tubuhnya bahkan tidak bisa digerakkan.

"MAMA, JANGAN PERGI," teriak Monica histeris.

Sebelum pada akhirnya, tiba-tiba saja ia terbangun disebuah ruangan bernuansa berwarna putih. Bahkan, bau-bau obatan tercium jelas.

"Ini di mana?" lirih Monica begitu pelan.

"Akhirnya lo sadar," sahut Alaric yang muncul dari balik pintu lalu menghampiri Monica yang tertidur diatas brankar rumah sakit.

Monica melihat sekelilingnya. Ini rumah sakit. Tapi, mengapa bisa ia berada disini? Padahal, seingatnya ia tadi berada di kamar dan tiba-tiba bertemu Karin. Dan anehnya, ia terbangun dan langsung berada di rumah sakit. Apakah tadi itu hanyalah sebuah mimpi?

"Lo koma selama tiga hari," ucap Alaric seolah tahu bahwa Monica sedang kebingungan.

"Koma?" beo bingung Monica.

Flashback on

"Maaf Tuan, ini udah tiga hari Nona Monica dikurung tanpa makan dan minum. Apakah tidak sebaiknya kita cek keadaannya? Apalagi, kemarin ada banyak luka ditubuh nona Monica, takutnya ada sesuatu yang terjadi," ucap maid tua dengan sopan.

"Benar juga, Pa. Takutnya, dia mati Papa yang dipenjara," celetuk Elaric yang tengah menyantap sarapannya.

"Bagus dong kalau dia mati, beban Papa jadi berkurang," ucap Kinan.

"Jadi bagus juga kalau Papa masuk penjara?" tanya Elaric.

"Ish! Enggak gitu," kesal Kinan dengan mencebikkan bibirnya.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang