10 . Perhatian Kecil

221 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Percayalah, Tuhan punya seribu cara untuk mempersatukanmu dengan dirinya. Namun, Tuhan juga punya seribu cara untuk memisahkanmu darinya."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dengan ditemaninya malam yang gelap dan angin yang kencang, serta dentuman petir yang terdengar diatas langit, membuat Monica merasa tenang. Ia duduk dipinggir jalanan layaknya orang tak memiliki tujuan untuk hidup lagi.

Tatapannya kosong, matanya bengkak, air matanya tak berhenti untuk terus membahasi kedua pipinya. Tidak hanya itu, bahkan darah juga mengalir dihidungnya walaupun tak sebanyak sebelumnya.

"Jika keberadaanku tidak diinginkan, lantas mengapa aku dilahirkan?" gumam Monica lirih.

"Karena Tuhan percaya, bahwa kamu bisa melewati cobaan yang ada didunia ini. Ini adalah takdir dari Tuhan, tidak ada yang bisa menentang maupun merubahnya. Hanya Tuhanlah yang bisa melakukannya."

Suara itu, adalah suara Elaric. Orang yang memiliki status sebagai kakak laki-laki keduanya.

Tapi sayangnya, hanya Monica yang menganggap Elaric sebagai kakaknya. Sedangkan Elaric? Ia menganggap bahwa Monica hanya orang asing yang berhasil merusak keluarga bahagianya.

"Kak El?"

Elaric memutar bola matanya malas. "Jangan kepedean, gua ngomong gitu karena enggak mau lo ngerasa Papa jahat dan lo enggak berguna hidup didunia ini."

"Maksudnya?"

"Lo masih belum sadar? Lo itu berguna didunia ini. Berguna untuk menghancurkan hidup seseorang," ucap Elaric.

Perkataan Elaric mampu membuat hati Monica kembali terluka. Padahal, ia kira Elaric benar-benar peduli kepadanya.

"Ayo pulang. Papa nyuruh gua buat nyari lo, dan pasti setelah ini, lo bakal merasakan kemarahan Papa lagi. Ralat, kali ini lebih besar."

Mendengar hal itu sama sekali tidak membuat Monica terkejut maupun takut. Ia sudah tahu apa konsekuensi yang akan ia dapatkan ketika ia berani melawan Marko, dan ia siap untuk menerima semuanya.

Tidak ingin banyak membantah, Monica berdiri dari duduknya. Saat ia hendak melangkah untuk pergi terlebih dahulu, Elaric menahan lengannya.

Monica menatap wajah Elaric yang tak menampilkan raut wajah apapun. Jika ia bertingkah seperti ini, Elaric terlihat sangat mirip dengan Alaric.

Elaric mengambil tisu yang ada disaku celananya lalu mengulurkannya kearah hidung Monica. Ia membersihkan darah yang ada disana dengan telaten.

Setelah selesai, Elaric berjalan terlebih dahulu meninggalkan Monica yang masih berdiri. Elaric memang berjalan kaki saat disuruh mencari Monica.

Monica menyadari jika ternyata Elaric sudah berjalan duluan, lalu dengan cepat ia menyusul kakaknya itu. Kini posisinya Elaric didepan, dan Monica berada dibelakang Elaric.

Disepanjang jalan tidak ada yang membuka obrolan, semua hanya diam larut dalam pikiran masing-masing. Sebenarnya keadaan saat ini sungguh sangat canggung untuk Monica, karena seumur hiduo ia tak pernah berjalan hanya berdua dengan Elaric.

"Kak, kakak benci aku?" tanya Monica tiba-tiba.

Elaric menoleh sebentar ke belakang, lalu merubah raut wajahnya menjadi sangat datar. "Lebih dari sekedar benci."

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang