42 . Buket Bunga

69 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Dia nyata, nyatanya tak pantas bersanding dengan orang sepertiku."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dengan langkah yang pelan, Monica berjalan memasuki rumahnya. Ia pulang sendiri, dikarenakan Alaric harus pergi kerja kelompok.

Hari sudah hampir malam, dan Monica memutuskan untuk segera pergi ke kamarnya.

Keadaan rumahnya kini benar-benar kacau. Tidak ada yang berinteraksi dengan baik sama sekali.

Marko dan Maryam yang tidak pernah lagi saling berbicara dan selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kinan yang selalu mengacuhkan Maryam dan yang lainnya terutama Elaric.

Elaric juga yang hanya diam tanpa ingin memulai pembicaraan. Ia merasa bahwa dirinya tidak salah untuk menegur Kinan kala itu.

Alaric pula yang memang jarang berbicara dengan orang-orang rumah, kecuali Monica saat ini. Lalu Monica, yang berbicara dengan orang rumah jika saja memang ada hal penting yang harus dibicarakan.

Saat hendak menaiki tangga, tiba-tiba saja Maryam muncul dari arah dapur dan memanggilnya.

"Monica."

Monica menolehkan kepalanya menatap Maryam. "Ada apa?" tanyanya dengan dingin.

"Kemarilah, saya ingin berbicara denganmu," jawab Maryam.

Monica berjalan menghampiri Maryam lalu duduk disalah satu kursi yang ada di meja makan. Begitu pula dengan Maryam. Kini, mereka duduk dengan berhadapan.

"Saya sudah memasak makan malam, jadi, ayo kita makan," ucap Maryam dengan tersenyum.

Monica sedikit terkejut akan sikap Maryam yang sedikit lebih lembut terhadapnya. Sebenarnya, apa yang terjadi?

"Tumben, apa yang kau inginkan?" tanya Monica.

Maryam menatap Monica dengan dalam. Ada rasa sedikit bersalah saat melihat bekas-bekas luka yang ada ditubuh Monica.

"Kupikir kau lapar karena baru saja pulang dari sekolah, jadi apakah kau tidak ingin memakannya?"

"Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah seperti ini? Pasti ada alasannya bukan?" tanya Monica.

Maryam bangkit dari duduknya lalu berjalan dan berdiri disamping Monica. Melihat Maryam yang berdiri disampingnya, Monica pun ikut berdiri dan menghadap kearah Maryam.

"Saya minta maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan selama ini. Maafkan saya Monica, karena telah menghancurkan keluarga yang sangat berharga bagimu. Saya melakukan semua ini hanya demi putri tunggal saya, yaitu Kinan."

"Saya ingin, Kinan merasakan hangatnya kasih sayang dari seorang ayah. Saya tidak ingin Kinan dicap menjadi anak haram, jadi, saya melakukan semua ini. Tapi, anak yang selalu saya perjuangkan kebahagiaannya mati-matian, justru malah melawan dan menganggap saya hina," ucap Maryam panjang dengan nada yang purau.

Maryam mengulurkan tangannya lalu memegang pipi Monica dan mengusapnya pelan. Air matanya menetes membasahi pipinya.

"Saya minta maaf ya. Saya menyesal. Monica, kamu adalah anak yang baik."

"Saya udah memaafkan Tante. Dan tidak ada gunanya menyesali semua perbuatan yang Tante lakukan. Semuanya sudah terjadi. Jadi, lupakan saja," jawab Monica.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang