⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
"Raihlah apa yang ingin kau raih, jangan biarkan mereka mematahkan semangatmu hanya dengan omong kosong mereka. Dan jangan lagi menerima orang yang menanamkan luka disetiap kala kau bersamanya."
- Monica Kathleen
⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
💐💐💐
Semilir angin menerpa wajah seorang perempuan yang sedang menikmati indahnya langit malam di balkon kamarnya. Udara dingin yang begitu menusuk kulit mengharuskan perempuan itu untuk kembali kedalam kamarnya.
Monica menghembuskan napasnya. Lalu ia meraih sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja belajarnya. Foto seorang wanita hebat yang telah mengandung hingga melahirkannya.
"Ibu, aku kangen," lirih Monica.
Tiba-tiba saja, Monica baru keingat akan sesuatu. Sontak senyuman terbit dibibirnya. Ia berencana untuk memulai membuat laporannya malam ini.
Saat Monica mencari buku catatan yang ia gunakan untuk mencatat semua materi yang ia dapat dari hasil pemikiran dan penelitiannya, ternyata tidak ada di mana-mana.
Dengan perasaan panik dan gelisah yang menjadi satu, Monica menuruni tangga mencari maid yang tinggal di rumahnya.
"Maaf, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya maid yang kini berhadapan dengan Monica.
"Saat saya tidak di rumah, apakah ada yang masuk kamar saya? Seperti membersihkan atau semacamnya, apa Bibi melihatnya?" tanya Monica dengan raut wajah panik.
Maid itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Nona. Sejak tadi tugas saya hanya di dapur. Kemungkinan maid yang lain tahu jawaban atas pertanyaan dari Nona. Sekali lagi, maafkan saya."
Monica hanya menganggukkan kepalanya singkat. Saat hendak pergi, salah satu maid memanggil namanya.
"Nona, Monica. Saya tahu!" sahut maid yang baru saja datang.
"Tadi saat saya membersihkan kamar den Elaric, saya tidak sengaja melihat Nona Kinan masuk ke kamar Nona Monic. Terus keluarnya kayak sembunyi-sembunyi gitu dengan membawa barang," ucap maid itu jujur.
"Terima kasih informasinya," ucap Monica lalu menjauh dari sana.
Monica pergi ke kamarnya. Lalu ia mengambil handphonenya untuk menelpon Kinan. Saat terdengar suara dari seberang telpon, Monica langsung berbicara.
"Kembalikan buku gua," ucap dingin Monica.
Monica dapat mendengar suara tawa dari handphonenya. Ia dapat menyimpulkan jika Kinan menertawai perkataannya.
"Ternyata lo udah tahu. Gua cuman minjam, jangan panik gitu dong."
"Gua enggak pernah ngizinin buku gua dipinjam!" jawab Monica sedikit tak santai.
"Gua enggak butuh izin dari siapapun. Kalau lo mau buku lo kembali, ambil aja sendiri."
Suara Kinan terdengar seperti menantang. Walaupun rasanya Monica tidak ingin meladeninya, namun dengan berat hati ia harus mau tak mau mengambilnya sendiri. Karena, buku itu sangat amat berharga bagi Monica.
"Di mana?" tanya dingin Monica.
"Markas Moonlight."
"Gua enggak tahu tempatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monica [END]
Teen FictionHanya sebatas kisah seorang perempuan sederhana yang memiliki banyak luka dihidupnya. Monica Kathleen, tidak populer, tidak terlalu cantik dan tak terlalu pintar. Ia hanyalah seorang gadis dengan satu impian, yaitu bahagia. • • • "Pulang, gua oba...