37 . Seorang Ibu

87 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Jagalah selalu sikapmu, karena tidak ada yang tahu siapa yang akan tersakiti lewat tindakan yang kau lakukan. Jika kau saja tidak ingin disakiti, maka jangan menyakiti orang lain."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dengan suara dentuman petir yang menggelegar diatas langit, Maryam menatap pintu utama rumahnya berharap sosok yang ia tunggu-tunggu akan segera tiba.

Walaupun jam sudah menunjukkan pukul 23.48, namun Marko dan juga Kinan masih tak kunjung pulang.

Tadi, Marko mengajak Kinan untuk pergi menemui kolega rekan bisnisnya disebuah restoran mahal dan terkenal di kota ini. Karena Marko memutuskan untuk memberikan salah satu perusahaannya yang baru saja ia kembangkan kepada Kinan.

Oleh karena itulah Marko ingin mulai melatih Kinan agar di masa depan nanti ia menjadi terbiasa dan terlatih. Namun, sayangnya Maryam sedikit tidak setuju akan hal itu.

Dengan seusia Kinan yang masih terlampau begitu muda untuk diajari bisnis pasti akan mengganggu pendidikannya. Dan juga, pasti Kinan memiliki mimpinya sendiri.

Bukankah akan lebih baik sebagai orang tua mendukung apa keputusan maupun mimpi anaknya saja? Bukannya malah diatur seperti ini.

"Tante, belum tidur?" tanya Elaric yang baru saja keluar dari arah dapur.

Maryam menatap Elaric. "Belum. Kinan belum pulang," jawabnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

Tiba-tiba, pintu utama rumahnya terbuka dan menampilkan sosok Marko dan Kinan yang melangkah menghampirinya. Terlihat wajah Kinan yang lelah dan mengantuk.

"Kenapa kalian lama sekali pulangnya?" tanya Maryam terlihat sedikit marah.

"Bukankah jika ada acara bisnis seperti ini harusnya lama? Jadi, kamu tidak perlu terlalu khawatir atau marah seperti itu, Maryam," jawab santai Marko.

"Kinan masih terlalu muda untuk semua ini, Mas!" sentak Maryam.

"Aku lakuin ini demi kebahagiaan dia! Demi masa depan dia! Kok kamu malah marah?" tanya Marko merasa heran.

"Wajar kalau aku marah! Kinan itu anak aku, dia perempuan. Enggak seharusnya kamu ajak dia ke acara besar seperti itu, apalagi sampai malam," ucap Maryam berusaha mengontrol amarahnya.

"Maryam! Jangan terlalu mengekang Kinan! Justru diusianya sekaranglah dia harus bisa belajar tentang bisnis. Dia harus mempersiapkan masa depan dia," ucap Marko menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir mengapa Maryam harus marah seperti itu hanya karena alasan yang padahal itu akan membuat masa depan Kinan cerah.

"Kenapa enggak anak-anak kamu aja yang kamu giniin? Kenapa harus anak aku?!"

"Kinan juga anak aku, Maryam! Lagian, Al dan El udah ahli dalam bisnis. Jadi, mereka tidak perlu lagi aku ajarin."

"Oh? Jadi maksud kamu Kinan bodoh? Iya?"

"Gila kamu ya. Kapan aku ngomong gitu?!"

"Kamu memang enggak ngomong gitu, tapi secara enggak langsung kamu nyindir, Mas."

Sebuah pertengkaran ditengah malam tercipta antara suami dan istri. Kinan memutar bola matanya malas, sedangkan Elaric hanya memperhatikan tanpa niat ingin ikut campur.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang