15 . Bertemu Bintang Hatiku

161 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Sampai saat ini, aku masih terus berharap kau kembali dan berdiri disampingku. Membelai rambutku dengan penuh kasih sayang, mendengarkan semua hal yang aku ceritakan, memberikan sebuah kecupan dipagi dan dimalam hari, dan berada disisiku sampai maut memisahkan. Aku merindukanmu, cepatlah kembali, Ibu."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎


💐💐💐

Monica memeluk erat tubuh Zevan yang sedang mengendarai motornya. Tubuhnya begitu kedinginan akibat cuaca malam.

Tapi siapa disangka, Zevan menghentikan motornya disalah satu halte. Lalu laki-laki itu menuruni motor diikuti oleh Monica.

Tatapan matanya serta raut wajahnya tidak ada yang berubah dari yang sebelumnya. Bahkan Monica sempat meringis pelan karena Zevan tak kunjung berbicara. Apalagi ia hanya memperhatikan wajahnya dengan tatapan intimidasi.

"Aku melakukan kesalahan ya?" tanya Monica dengan pelan.

"Kamu bilang, kamu enggak suka melihat aku terlalu dekat dengan Kinan. Tapi apa yang kamu lakukan? Justru kamu juga terlalu dekat dengan Jo," ucap Zevan.

Kini Monica mengerti arah pembicaraan Zevan. Benar yang dikatakan laki-laki itu, ia tidak suka Zevan terlalu dekat dengan Kinan, tapi mengapa dia juga dekat dengan Jo yang notabenya juga orang yang berlawan jenis dengannya?

"Maaf," cicit Monica.

"Aku enggak suka kamu dekat-dekat sama laki-laki itu. Sekalipun dia bencong," ucap Zevan menekan semua perkataannya.

Monica terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Zevan. Lalu perempuan itu memberanikan dirinya untuk menatap manik mata Zevan.

"Aku juga enggak suka kamu dekat sama Kinan. Jadi kita sama-sama pahamkan rasanya gimana?"

"Ini berbeda, Mon. Kinan itu udah aku anggap sebagai adik kesayangan aku, enggak lebih," tegas Zevan.

"Dan Jo juga hanya sahabat dekat aku. Enggak lebih."

"Kamu kenapa ngeyel banget sih dibilangin?" kesal Zevan.

"Kamu mau aku jauhin Jo kan? Kalau gitu, kamu juga harus menjauhi Kinan. Impas bukan? Jadi, diantara kita enggak perlu lagi ada saling cemburu."

"Aku enggak akan pernah jauhin Kinan. Tidak akan pernah," jawab Zevan cepat.

"Aku juga gitu."

Mendengar perkataan Monica, mampu membuat Zevan murka. Tapi mati-matian ia menahannya karena tak ingin menyakiti hati Monica.

"Apasih yang kamu sukai dari Jo sampai-sampai selalu berduaan dengan dia?" tanya Zevan. Terselip nada kesal diperkataannya.

"Jo itu sahabat aku. Dia mengerti dan memahami perasaan aku. Jadi bukannya wajar kalau aku nyaman berteman dengan dia?"

"Nyaman? Kamu lebih nyaman sama Jo ketimbang sama aku?" tanya Zevan terkekeh.

"Itu berbeda, Zevan. Seharusnya kamu paham maksud perkataan aku, jangan membesarkan masalah ini," tutur Monica terlihat lelah.

"Mon, dengerin perkataan aku. Jangan kayak gini."

"Kayak gini gimana? Kamu egois, Zevan."

Zevan mengacak-acak rambutnya kesal. Akhirnya ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan cara diam sejenak.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang