24 . Ulang Tahun

123 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Sekarang adalah waktunya untuk dirimu merelakan dan mengikhlaskan apa yang pergi darimu, karena Tuhan selalu memiliki pengganti yang lebih baik dari sebelumnya."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

"Pergilah bersiap-siap! Malam ini kamu harus hadir dalam acara ulang tahun Kinan. Jangan membuat Papa malu, jadi bersikaplah dengan sopan."

Perkataan Marko llah yang membuat Monica mau tak mau harus memperias dirinya. Perasaannya tidak bisa digambarkan saat ini. Antara sedih, bahagia, gelisah, takut, dan kecewa menjadi satu.

Monica kecewa karena seumur hidupnya ia tidak pernah dirayakan ulang tahunnya oleh keluarganya. Tapi sedangkan Kinan? Dia baru saja menjadi bagian dari keluarga Effemy, dan malah keluarganya merayakan ulang tahun perempuan itu dengan mewah. Monica iri, tentu saja.

Ia juga bahagia karena ini pertama kalinya Marko mengajaknya ke sebuah acara besar. Tapi dibalik itu semua, Monica juga merasa takut sekaligus gelisah karena harus berhadapan dengan keluarga besarnya yang lain. Benar, keluarga besarnya sangat membenci Monica. Bahkan tak jarang dulu mereka mengacuhkan dan memukuli Monica tanpa belas kasihan.

Karena kejadian itulah, Monica merasa enggan dan sangat malas bertemu dengan keluarga besarnya lagi. Dari kejadian itu juga, Marko saat itu memutuskan untuk mengasingkan Monica selama lima tahun dari negara asalnya.

Namun, Monica juga sedih karena malam ini nantinya ia harus melihat keluarga harmonis berdiri diatas panggung. Katanya, Marko akan mengumumkan bahwa Kinan dan Maryam resmi menjadi bagian dari keluarga Effemy. Dan keluarga Effemy juga akan mengadakan foto bersama diatas panggung dengan seluruh keluarga besar Effemy tanpa terkecuali.

Tentu saja Monica bukan bagian dari keluarga tersebut. Karena didalam nama Monica tidak ada marga 'Effemy'. Sekaligus, keluarga besarnya tidak ada yang menganggap keberadaan Monica. Semuanya menganggap Monica hanyalah hama yang suatu hari akan membawa kehancuran dan malapetaka bagi keluarga Effemy.

Miris sekali bukan hidup Monica? Tapi, mau mengeluh juga rasanya tidak ada gunanya. Yang Monica bisa lakukan sekarang hanyalah percaya kepada Tuhan bahwa semua akan baik-baik saja.

Monica hanya memakai olesan make up tipis diwajahnya. Ia juga membiarkan rambutnya tergerai sempurna, dengan dress berwarna hitam sepanjang lutut serta sepatu heels hitam yang melekat dikaki jenjangnya.

Setelah merasa semua sudah lengkap, dengan cepat Monica menuruni tangga untuk menemui Marko yang ia duga pasti sudah selesai bersiap-siap.

"Pa, bang Al sama kak El enggak bareng kita?" tanya Monica dengan menundukkan wajahnya takut menatap wajah Marko.

"Tidak. Mereka sudah pergi duluan, ayo!"

Monica menganggukkan kepalanya lalu mengikuti langkah kaki Marko dari belakang. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat mengukir sebuah senyuman. Entah apa yang membuatnya begitu merasa bahagia, mungkinkah karena Marko yang bersedia menunggunya dan memperbolehkannya untuk berangkat bersama? Mungkin saja, itu benar.

💐💐💐

Hanya membutuhkan waktu 25 menit, kini mobil yang dinaiki oleh Marko dan juga Monica sudah sampai disebuah gedung besar yang dihiasi dengan sangat mewah.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang