22 . Hanya Sendiri

120 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Orang jahat jauh lebih baik ketimbang orang yang berpura-pura baik. Karena percayalah, disakiti oleh orang yang berpura-pura baik jauh lebih sakit ketimbang disakiti oleh orang jahat."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Suasana yang begitu sunyi membuat Monica menghembuskan napasnya lelah. Selalu seperti ini, tidak ada kehangatan maupun kelembutan di rumahnya. Ia merindukan di mana keluarganya yang dulu tidak hancur.

Monica pergi ke dapur untuk mengambil satu gelas juz buah yang sudah menjadi rutinitasnya untuk meminumnya setiap ingin pergi tidur saat malam.

Saat Monica menginjakkan kaki di dapur, ia melihat para maid yang menundukkan kepalanya sopan. Monica berpendapat bahwa para maid itu pasti sedang membersihkan dapur.

Rasa ingin berkata "Tidak perlu terlalu formal dengan saya" sangat ingin Monica lontarkan. Namun, karena Marko yang selalu menjunjung tinggi bahwa bawahan harus berperilaku formal dan sopan dengan atasan membuat Monica mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal itu.

Jika saja nanti Marko tahu Monica berkata seperti itu, entah hukuman apalagi yang akan laki-laki itu berikan.

Monica hanya tersenyum tipis lalu mengambil buah alpukat dan mulai mengolahnya menjadi juz. Jangan kalian mengira tidak ada para maid yang ingin membantu Monica ataupun tidak ada yang menawarkan bantuan.

Dulu para maid pernah menawarkan untuk mereka saja yang membuatnya, dan menyuruh Monica untuk menunggu saja. Tapi, Monica menolak keras akan hal itu.

Sejak kecil ia selalu dibiasakan hidup mandiri, jadi sifat mandirinya terbawa hingga besar sampai-sampai merasa tidak enak jika harus meminta bantuan kepada orang lain padahal diri sendiri masih mampu melakukannya.

Setelah selesai, Monica meneguk juz yang ia buat sampai tandas lalu mencuci gelasnya.

Monica menyadari akan perubahan suasana dapur yang mendadak canggung karena kehadirannya, dengan cepat ia pergi dari dapur karena takut mengganggu kenyamanan para maid di sana.

Sebelum itu, ia sempat berpapasan dengan salah satu maid yang paling tua dibandingkan yang lainnya. Maid itu juga sangat ramah dibandingkan para maid lainnya.

"Nona, anda butuh sesuatu?" tanya maid itu sopan dengan senyuman lebar yang terukir diwajah keriputnya.

"Tidak. Tapi, saya ingin bertanya. Apakah Papa dan wanita itu belum pulang?" tanya Monica.

Karena tidak terbiasa berbicara dengan para maid membuat Monica canggung dan bingung harus berperilaku seperti apa. Makanya, saat ini perasaannya gelisah dan gerakan tubuhnya menggambarkan bahwa ia tidak nyaman.

Maid itu terkekeh melihat Monica yang canggung. "Belum, Nona. Tapi, seperti yang Tuan infokan, katanya Tuan dan wanita itu kan menginap bersama disalah satu hotel yang ada di kota ini. Jadi kemungkinan besar mereka akan pulang besok malam, karena paginya mereka harus pergi bekerja lagi," ucapnya dengan menekan kata 'wanita itu'.

Monica tersenyum ketika mendengar maid tua itu menyebut Maryam dengan kata 'wanita itu' sama sepertinya.

(Sebut saja maid itu dengan sebutan maid tua).

Maid tua itu paham akan perasaan yang dirasakan oleh Monica. Pasti, perempuan sekaligus anak dari Bosnya itu tidak suka akan kehadiran wanita lain didalam hidup Marko.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang