36 . Danau Yang Indah

99 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Menjauh dari sesuatu yang menyakiti dirimu adalah salah satu pembuktian bahwa kau peduli kepada dirimu sendiri."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Teriknya matahari menjadi alasan keringat Monica yang bercucuran dipelipisnya. Hari ini mereka dipulangkan cepat karena anak kelas 12 melaksanakan LUS.

Sudah 2 jam Monica berdiri didepan pintu gerbang menunggu supir pribadinya kembali ke sekolah setelah mengantar Kinan pulang, tapi anehnya supirnya itu belum kembali juga.

Tiba-tiba saja ada yang memegang pergelangan tangannya lalu memeluk tubuhnya.

"Maafin aku, Mon. Kamu berubah, dan aku merindukanmu," ucap Zevan.

Dengan cepat, Monica mendorong Zevan lalu menjauh dua langkah dari laki-laki itu.

"Jangan ganggu aku lagi," ucap dingin Monica.

"Mon, aku minta maaf, aku sayang sama kamu," ucap tulus Zevan.

Monica tertawa kecil mendengar penuturan Zevan. "Sayang? Bulshit!"

"Jangan seperti ini. Aku menyesal."

"Menyesal sekarang udah enggak ada gunanya lagi, Zev. Aku udah terlanjur kecewa sama kamu."

"Monica, apa benar kamu udah enggak sayang lagi sama aku? Makanya kamu menerima perjodohan kamu dengan anak rekan bisnis Papa kamu?" tanya Zevan.

"Itu enggak ada hubungannya, dan itu juga bukan urusan kamu," jawab Monica.

"Itu urusan aku! Karena aku masih pacar kamu, Mon," sentak Zevan.

"Kita udah putus!"

"Enggak! Aku belum setuju, putus itu ketika kedua belah pihak menyetujuinya," ucap Zevan.

"Emang aku peduli? Enggak."

"Monica, batalin perjodohan kamu itu," ucap Zevan berusaha sabar.

"Kamu enggak berhak atur-atur, aku! Lagian, enggak ada yang dijodohin, biasakan pastikan kebenarannya dulu."

"Tapi, kata Kinan," gumam Zevan bingung.

"Pantes, percaya kok sama hama," cibir Monica.

"Mon, Kinan bukan hama!" sentak Zevan.

"Terus? Iblis?"

Zevan mengusap wajahnya kasar. Mengapa Monica menjadi berubah sedratis ini?

"Ayo kita perbaiki semua ini dari awal lagi," ucap Zevan dengan sendu.

"Gak!"

"Monica."

"Aku bilang enggak mau!"

"Harus mau."

"Bodo amat."

Monica hendak pergi meninggalkan Zevan namun tidak jadi saat tiba-tiba ada sebuah motor besar berhenti tepat disampingnya.

Hampir saja ia tertabrak jika saja Monica tidak langsung menghindar.

Laki-laki itu membuka helmnya lalu menyugar rambutnya. Terlihat dari seragamnya, ia bukan berasal dari sekolah Sma BTI.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang