54 . Tentang Waktu

75 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Ingatlah, tidak ada kesalahan yang tak pantas dimaafkan. Tuhan saja maha pemaaf, mengapa hambanya tidak?"

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Dengan langkah yang anggun, Monica menuruni tangga rumahnya lalu pergi ke taman yang terletak di belakang rumahnya.

Ia mencari-cari keberadaan Brisia kemana-mana, namun ia tak kunjung juga menemukannya. Lalu pada akhirnya, ia melihat Brisia yang tengah berada didalam gendongan Zyahir.

Zyahir yang menyadari keberadaan Monica pun menatap perempuan yang sekarang memiliki status sebagai kakaknya.

"Kak Onic, Jahir pinjem kucingnya sebentar ya? Buat temen main." Zyahir berujar lembut.

Monica tersenyum hangat lalu menyamakan tingginya dengan Zyahir. "I'ts Okay, Zyahir."

Senyuman manis pun terbit diwajah Zyahir. "Nama kucing ini siapa, kak?"

"Namanya Brisia."

Zyahir ber-oh ria lalu mulai bermain lagi dengan Brisia. Kucing yang sangat menggemaskan.

Tiba-tiba saja, aroma menyengat mengganggu indra penciuman Monica dan juga Zyahir. Bukan karena terlalu bau atau apa, hanya saja baunya terlalu berlebihan, lebih tepatnya harum tapi tidak sedap.

Sean muncul dengan wajah songongnya. Ia menyugar rambutnya kebelakang dengan tangannya.

"Gimana sama wangi parfum gua, kak?"

Monica tersenyum kikuk. Bingung harus menjawab apa atas pertanyaan dari Sean. Ingin menjawab jujur, tapi ia takut menyakiti hati Sean.

"Bau!" celetuk Zyahir dengan sinis.

Sean mendengus sebal. "Gua enggak tanya sama lo, bocil!"

Zyahir menjulurkan lidahnya kearah Sean, lalu tertawa mengejek.

"Sok-sokan pake parfum, wangi aja enggak! Bau iya," cibir Zyahir tertawa keras, mampu membuat raut wajah Sean berubah drastis.

"Idih! Dasar bocil ngeselin," sinis Sean.

Monica tersenyum manis. "Tapi Sean, untuk apa ganti parfum? Parfum yang biasanya itu udah cocok ditubuh lo."

Sean menggaruk tengkunya yang tak gatal. "Masalahnya, parfum gua yang biasanya enggak mampu membuat Dinda nempel sama gua. Jadi gua ganti parfum yang lebih wangi."

"Dinda?"

"Itu kak, cewek yang kemarin motornya mogok, terus gua samperin," jawab Sean.

"Lo suka sama perempuan itu?"

"Menurut lo aja kak, cinta itu enggak memandang penampilan," seru Sean seolah tahu apa yang ada dipikiran Monica.

"Iya, gua tahu. Tapi jangan terlalu terlena dengan cinta, sewaktu-waktu lo bisa aja dibuat kecewa nantinya," ujar Monica tersenyum miris.

"Lo pernah jatuh cinta, kak?"

"Iya."

Sontak bola mata Zyahir memancarkan binar yang terang. "Siapa itu kak Onic?"

"Rahasia dong!" seru Monica terkekeh.

"Enggak asik lo kak! Mainnya rahasia-rahasiaan, minimal deskripsiinlah orangnya," sahut Sean.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang