47 . Dia Dan Lukanya

83 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Bagaikan hujan yang membasahi permukaan bumi, seperti itu pula tangisanku yang selalu membasahi pipiku setiap kali memikirkanmu."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Tangannya terulur untuk mengusap batu nisan yang ada didepannya. Memandang begitu lama gundukan tanah yang didalamnya terdapat sosok laki-laki yang sangat ia sayangi.

Alaric Railos Effemy
bin
Marko Effemy
Lahir : 08 Oktober 2005
Wafat : 21 Maret 2024

Air matanya tidak berhenti untuk terus mengalir. Rasa sesak kian menyeruak didalam dadanya.

Monica tidak pernah membayangkan akan terjadi seperti ini. Kini tidak akan ada lagi sosok penyemangat didalam dirinya. Semua yang ia sayangi satu persatu meninggalkannya.

"Abang, kenapa abang ninggalin aku sendiri?" gumam Monica dengan sesegukan.

Elaric menoleh menatap Monica. Ia begitu tidak tega melihat Monica yang begitu terpuruk.

Sejak tadi, Monica diajak untuk pulang, namun ia enggan untuk beranjak pergi dari sana. Jadinya, Elaric memutuskan untuk menemani Monica disaat yang lainnya memilih untuk pulang ke rumah duka.

"Setelah semuanya pergi, kenapa abang juga pergi? Abang selalu ingin aku bahagia, tapi dengan perginya abang, itu justru membuat aku terluka," ucap Monica menangis sesegukan.

Kecewa. Satu kata yang selalu ia rasakan dan ia alami.

"Ayo pulang," ajak Elaric lagi namun Monica menggelengkan kepalanya pelan.

"Nanti abang sendirian," jawab Monica purau.

Mendengar jawaban Monica, itu semakin membuat Elaric sedih. Begitu berpengaruhnya keberadaan Alaric kepada Monica.

"Abang enggak sendirian. Ada Tuhan yang selalu bersamanya. Tuhan sayang sama bang Al, jadi kita sebagai umatnya hanya bisa menerimanya dengan lapang dada," ucap Elaric berusaha memberikan pengertian.

Monica tahu semua itu. Tapi, entah mengapa hatinya sulit sekali untuk merelakan dan menerima kenyataan bahwa Alaric kini sudah tidak ada lagi.

"Abang, aku sayang sama abang. Jangan lupa datang dimimpi aku ya? Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk abang di sana. Selamat istirahat, my favorite boy," ucap Monica lalu tersenyum.

Begitu sayangnya Monica dengan Alaric. Elaric pun mengajak Monica untuk menaiki mobilnya dan pergi untuk pulang.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini mereka sudah sampai di rumah.

Saat menuruni mobil dan berjalan memasuki rumahnya, ia bertemu dengan Karel yang memandangnya sendu.

"Gua turut berduka cita ya atas meninggalnya Alaric, ini pasti tidak mudahkan untuk lo?" ucap Karel tulus.

Monica tidak membuka suara sama sekali. Pandangannya selalu kosong. Wajahnya pucat, serta kantung matanya yang membengkak.

"Monica," panggil Karel namun tetap tidak ada respon sama sekali.

"Ini bukan saatnya mengajak dia berbicara," ucap Elaric.

Tiba-tiba saja, ada Sonya yang menghampiri mereka lalu hendak menampar Monica namun tidak bisa karena tangannya langsung dicekal oleh Elaric.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang