⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
"Bukannya tidak punya hati, hanya saja, keadaan yang membuatnya harus berperilaku layaknya seorang penjahat didunia."
- Monica Kathleen
⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎
💐💐💐
Dibawah teriknya sinar matahari tak bisa membuat Monica kelelahan untuk terus memperhatikan Zevan yang sedang bermain basket ditengah lapangan.
Sejak tadi, Monica menunggu Zevan agar laki-laki itu mau berbicara dengannya. Namun, sepertinya harapannya untuk bisa menyelesaikan masalah mereka musnah begitu saja. Mengingat sikap Zevan kepadanya yang akhir-akhir ini begitu dingin.
Saat Zevan telah selesai dengan permainannya, ia pergi begitu saja tanpa ada niatan menoleh maupun melirik Monica. Tentu saja sikap Zevan yang begitu dingin membuat Monica kembali merasa resah.
Monica berlari lalu berhenti dihadapan Zevan. Ia memandang manik mata laki-laki itu, tidak ada kehangatan seperti dulu yang selalu Monica lihat setiap kali bersama ataupun bertemu.
"Zevan, kamu marah sama aku?" tanya Monica.
Zevan tidak merespon ucapan Monica. Tentu saja itu membuat Monica merasa sedih.
"Jangan kayak gini. Aku takut kamu juga marah sama aku seperti yang dilakukan orang-orang." Monica menundukkan kepalanya dengan rasa sakit dihatinya.
Zevan memutar kedua bola matanya malas. "Wajar kalau orang-orang marah sama kamu, sikap kamu udah keterlaluan, Monica. Bisa enggak jangan selalu bertingkah kekanakan?"
Sontak Monica mengangkat kepalanya memandang Zevan dengan tatapan terkejut.
"Kamu marah sama aku karena tindakan aku yang jedutin Kinan ke dinding?"
"Iya. Itu salah!"
"Kamu sadar enggak, sih! Sikap Kinan lebih keterlaluan dari aku, Zevan. Tapi kenapa kamu malah nyalahin aku?" tanya Monica dengan tertawa kecil.
"Karena kamu salah, Monic. Udahlah, aku capek harus berdebat terus sama kamu," kesal Zevan lalu meninggalkan Monica sendirian.
"Kamu berubah, Zevan." gumam Monica menatap sendu punggung Zevan yang menjauh.
💐💐💐
Setelah pulang sekolah, Monica pergi kesalah satu kebun apel yang ada di kotanya. Ia memutuskan untuk meneliti kegunaan serta olahan apa saja yang cocok dengan bahan utama apel.
"Halo nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pria yang Monica yakini ialah salah satu pekerja di kebun apel ini.
"Halo juga. Perkenalkan saya Monica Kathleen, disini saya ingin belajar dan meneliti secara singkat tentang buah apel, apakah diperbolehkan?"
Pria itu tersenyum lebar lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Tentu saja boleh. Justru, saya sebagai salah satu petani apel merasa bangga karena ada seorang gadis Sma yang merasa tertarik dengan buah apel."
"Mari, saya temani untuk berkeliling."
Sudah hampir setengah jam Monica berkeliling, dan ia sudah mendapatkan banyak ide untuk meneliti dan mengolah apel agar menjadi makanan yang sehat, berkhasiat, dan tentunya juga enak.
"Terima kasih Pak, atas bantuannya hari ini. Saya senang sekali bisa tahu banyak tentang buah apel."
Setelah berterima kasih kepada petani itu, Monica memutuskan untuk pulang mengingat hari sebentar lagi akan menjelang malam. Sesampainya ia di rumah, Monica duduk dimeja belajarnya sembari berpikir keras tentang makanan apa yang kiranya menarik, enak dan terjual habis nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monica [END]
Teen FictionHanya sebatas kisah seorang perempuan sederhana yang memiliki banyak luka dihidupnya. Monica Kathleen, tidak populer, tidak terlalu cantik dan tak terlalu pintar. Ia hanyalah seorang gadis dengan satu impian, yaitu bahagia. • • • "Pulang, gua oba...