17 . Makan Malam

138 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Sedih itu ketika kemampuanmu diremehkan oleh keluargamu sendiri."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Kinan mencoret-coret asal kertas yang didepannya menggunakan pulpen miliknya. Kini, ia tengah belajar biologi dan diajarkan oleh Eci. Kinan memanglah dari jurusan ipa, namun entah mengapa ia paling tidak suka dengan pelajaran biologi. Ketimbang biologi, ia lebih memilih fisika.

Karena kebetulan Eci pintar biologi, jadi Kinan meminta bantuannya untuk mengajarinya mata pelajaran yang sangat ia tidak sukai itu. Kinan tidak akan mau belajar segiat ini jika saja besok bukanlah ulangan harian.

"Gua capek! Udah deh sampai sini aja," kesal Kinan dengan wajah yang ditekuk.

Samudra mengulurkan tangan kanannya lalu mengacak-acak rambut Kinan dengan penuh kasih sayang. "Jangan marah-marah atuh neng, nanti cantiknya hilang."

Kinan hanya melirik sinis kearah Samudra. Kali ini moodnya benar-benar hilang.

"Jangan putus asa gitu. Pantang menyerah sebelum berhasil, kalau gagal coba lagi. Lo bisa kalau aja lo berusaha, tidak peduli seberat apapun itu. Namanya juga usaha Kin, jadi jangan menyerah gitu aja," sahut Zevan tersenyum begitu manis.

Sungguh manis, sampai-sampai Eci yang melihatnya saja meneguk salivanya kasar. Pantas saja Monica betah pacaran dengan Zevan pikirnya.

"Betul yang dibilang sama Zevan, lo harus tetap semangat Kinan. Kami semua percaya dan yakin, kalau besok nilai ulangan lo yang paling besar di kelas," ucap Adnan.

Kinan hanya menganggukkan kepalanya untuk menanggapi perkataan-perkataan mereka. Disaat yang lain sibuk menghiburnya, Elaric datang dengan senyuman tipis diwajahnya.

"Kinan, kita pulang sekarang ya," ucap tiba-tiba Elaric.

Kinan mengerutkan alisnya. "Tapi gua belum selesai belajarnya, El. Kenapa sih buru-buru banget? Di rumah juga mau ngapain, sepi."

Elaric menoel hidung Kinan lalu mengacak-acak rambutnya. Hal itu mampu membuat Kinan mengembungkan pipinya karena kesal. Dia heran, mengapa semua laki-laki suka sekali melakukan hal seperti itu?

"Lama-lama gua botakin juga nih rambut!" cibir kesal Kinan.

Mereka hanya tertawa kecil saja mendengar perkataan Kinan.

"Udah dong marah-marahnya, sekarang kita pulang. Soalnya Papa sama Tante Maryam ada di rumah, ngajak makan malam," ujar Elaric lembut.

Sontak bibir Kinan membentuk sebuah senyuman yang amat manis. "Ih beneran?! Asik, kalau gitu ayok kita cepetan pulang El, gua enggak sabar mau ketemu mereka. Udah kangen soalnya."

Elaric menganggukkan kepalanya lalu berpamitan dengan yang lainnya. Melihat punggung Elaric dan Kinan yang menjauh, Eci memilih untuk membereskan semua buku-bukunya yang berserakan diatas meja lalu memasukkannya kedalam tas dan hendak pergi. Tapi, Asher menghentikan langkahnya.

"Gua yang nganter lo pulang," ucap Asher lalu berjalan terlebih dahulu untuk keluar markas.

"Eh? Gausah, gua bisa pulang sendiri kok," tolak Eci merasa tidak enak hati.

"Gua nganterin lo pulang karena Elaric yang nyuruh. Jadi, enggak ada bantahan. Cepetan! Lelet," sahut Asher tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

Dengan langkah lebar, Eci menghampiri Asher yang sudah menaiki motornya terlebih dahulu. Setelah itu, keduanya meninggalkan markas sama seperti Elaric dan juga Kinan.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang